Pakunoda, Gon dan Killua tiba di bandara Lingon tepat waktu sesuai waktu yang telah ditentukan. Mereka bertiga langsung berjalan menuju ke landasan pertama tempat pesawat diparkirkan.
Terlihat ada sebuah pesawat balon udara yang sedang menunggu kedatangan mereka atas perintah dari Kurapika. Dari atas dengan pesawat yang berbeda, Kurapika, Senritsu dan Leorio mengawasi mereka.
Senritsu : Seperti janjinya, hanya mereka bertiga.
Kurapika : Masih belum, kita tidak tahu sampai pesawatnya lepas landas. Tetaplah berjaga-jaga. Perhatikan semua sudut.
Leorio : Serahkan saja padaku.
Dari dalam pesawat, Leorio melihat ke sekitaran bandara. Tiba-tiba dari kejauhan tampak seseorang yang sedang berjalan mengikuti Pakunoda dari arah samping kiri. Leorio terkejut.
Leorio : Ada seseorang di sana!
Kurapika : Matte! Tomare! Kakunin suru made soko ugoku na! (Tunggu! Berhenti! Jangan bergerak sampai aku memastikannya!)
Pakunoda, Gon dan Killua menghentikan langkah mereka setelah mendengar suara Kurapika dari speaker. Refleks mereka menoleh ke belakang. Mereka sedikit kebingungan.
Kurapika : Apa itu Lucia?
Leorio : Itu...
Seseorang itu tersenyum licik cukup lebar. Bersamaan dengan itu ponsel Kurapika berbunyi. Kurapika merasakan perasaan yang tidak nyaman ketika melihat nomor yang tidak di kenal muncul pada layar ponselnya. Dia sengaja tidak mengangkatnya dan membiarkan ponselnya terus berbunyi.
Kurapika mencurigai orang yang meneleponnya pastilah salah satu dari anggota Ryodan lainnya yang diam-diam mengikuti Pakunoda. Dia menyipitkan matanya, melihat ke arah luar jendela pesawat untuk memastikan orang yang meneleponnya dengan orang yang datang dari kejauhan itu adalah orang yang sama.
Orang itu semakin mendekati landasan parkiran pesawat yang akan Pakunoda, Gon dan Killua naiki. Dari cahaya lampu jalan, terlihat cukup jelas sosok tersebut, Leorio yang sudah merasa yakin dengan seseorang itu tersenyum lega.
Leorio : Itu Lucia!
Akan tetapi, orang yang terus meneleponnya bukanlah Lucia karena Lucia tidak sedang memegang ponselnya. Tiba-tiba Leorio terkejut. Dia melihat ada seseorang lagi yang berjalan santai mendekati landasan parkiran pesawat.
Chrollo yang bisa menebak pada saat Kurapika berkomunikasi dengan Lucia di telepon tidaklah terkejut dengan kedatangan Lucia. Akan tetapi, dia cukup terkejut dengan kedatangan seseorang yang lainnya lagi.
Kurapika merasa ada yang aneh dan menjanggal, dia pun akhirnya mengangkat telepon itu. Terdengar suara orang yang dia kenal cukup baik menyapanya. Kurapika tersentak kaget.
Dan Pakunoda dikejutkan oleh kedatangan Lucia yang tiba-tiba muncul dari arah samping kiri. Lucia hanya tersenyum senang melihat reaksi Pakunoda yang marah dan terkejut.
Pakunoda : Zero! Kenapa kau berada di sini?!
Lucia : Hi, Paku.
Bersamaan dengan sapaan santai itu, orang yang menelepon Kurapika muncul dari arah berlawanan. Dia berjalan santai sambil menaruh ponselnya di telinga. Orang itu juga tersenyum licik cukup lebar.
Leorio : Hisoka!
Kurapika : Apa kau menyelinap keluar?!
Hisoka : Jangan khawatir. Ada seseorang (Illumi) yang menggantikan aku dan orang itu akan berada di dalam markas selama 4 sampai 5 jam sebelum dia kembali ke sosok aslinya.
Samar-samar seperti mengenal suara tersebut Pakunoda refleks langsung membalikkan badannya dan belum selesai terkejut dengan kedatangan Lucia, sekali lagi dia dikejutkan kembali dengan kedatangan Hisoka.
Pakunoda : Hisoka! Kenapa?!
Pakunoda sungguh kebingungan dan ketakutan. Dia juga marah. Sedangkan Killua dan Gon hanya menatap diam di tempat mereka. Hisoka dan Lucia berdiri menjaga jarak beberapa meter dari Pakunoda, Gon dan Killua. Hisoka sedikit mendongakkan kepalanya dan menatap pesawat balon udara yang ada di hadapannya.
Kurapika : Apa yang kau inginkan?!
Merasa sangat kecewa dan dikhianati, Pakunoda berteriak keras.
Pakunoda : Nande... NANDE OMAERA KITA NO YO?! (Kenapa... KENAPA KALIAN DATANG?!) HISOKA! ZERO!
Lucia tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dan berkacak pinggang sambil menatap Hisoka dengan tajam. Hisoka juga mengabaikan Pakunoda, dia memalingkan wajahnya ke arah samping dan sibuk dengan teleponnya.
Hisoka : Biarkan aku juga naik ke pesawat bersama dengan mereka. Jika kau menolak, aku akan membunuh Killua dan Gon langsung.
Kurapika : KISAMA! (KAU BAJINGAN!)
Hisoka tersenyum licik dan Lucia masih menatap Hisoka.
Hisoka : (Bercanda. Mana mungkin aku bisa membunuh mereka di saat penjaganya (Lucia) yang berada di sana sedang menatapku tajam sebegitunya. Lagian tujuan utamaku hanyalah satu.)
Killua mengernyit dahinya. Sekilas dia menatap Hisoka lalu menatap Lucia. Dia tidak bisa menebak rencana apa yang akan dilakukan dari kedua orang tersebut. Sedangkan Gon hanya menatap lurus ke arah Hisoka dengan tatapan serius. Pakunoda yang kebingungan dan juga marah masih menunggu jawaban keduanya.
Hisoka : Tujuanku ke sini hanyalah ada keperluan dengan bossku yang kau culik itu. Jika dia di lepas, aku juga akan pergi dari sana tanpa mengusik teman-temanmu dan dirimu. Aku hanya ingin bertarung melawannya. Itu saja.
Kurapika merasa geram dan marah. Dia menggertakkan giginya tanpa suara. Dengan berat hati dan terpaksa dia mengizinkan Hisoka naik ke pesawat bersama Pakunoda dan lainnya.
Selama di dalam pesawat balon udara. Pakunoda yang waspada hanya duduk diam. Dia menatap sinis, dingin dan tajam ke arah Lucia dan Hisoka. Hisoka yang santai dan tenang hanya memainkan kartunya. Sesekali dia tertawa dan menunjukkan senyuman psychonya. Sedangkan Lucia berbincang-bincang dengan Killua dan Gon.
Lucia : Oniichan, Gon, kalian pasti kaget, kan? (menyeringai lebar)
Killua : Ya, sedikit. Tapi aku tidak merasakan kau mengikuti kami. Bagaimana bisa?
Gon : Itu benar. Sejak kapan? Kenapa kau bisa datang ke sini? Bukannya ini melanggar aturan?
Lucia hanya tertawa kecil. Pakunoda melirik Lucia dengan geram.
Lucia : Itu rahasia. Tapi tenang saja, aku sudah mendapatkan izin dari Kurapika. Jadi aman. Hehe..
Gon : Begitu rupanya (tersenyum lega)
Killua : Tapi tidak dengan dia, kan?
Lucia menatap Hisoka, lalu tersenyum.
Lucia : Ya, berbeda dengannya. Dia di luar dugaan. Tapi aku tahu alasannya kenapa.
Gon : Kenapa?
Lucia mengeluarkan kertas ramalannya dan menunjukkannya ke Gon. Gon dan Killua membacanya di dalam hati mereka.
Gon : Aku tidak mengerti. Killua kau mengerti?
Killua : Hmm... Ini apa?
Lucia hanya tertawa melihat kebingungan Gon dan Killua.
Lucia : Aku tidak akan beritahu kalian kertas apa itu. Tapi isi dari kertas itu sama dengan isi dari kertas milik Hisoka. Intinya aku hanya mengikuti apa yang tertulis pada kertas itu. Sisanya coba pikirkan sendiri jawabannya. Hehe..
Killua dan Gon saling memandang aneh, lalu mengembalikan kertas ramalan Lucia. Kemudian, mereka berdiskusi bersama mengenai isi ramalan tersebut.
Tidak lama kemudian, mereka pun tiba di sebuah tebing bebatuan. Kedua pesawat mendarat di setiap ujung tebing yang berbeda. Setelah semua sudah saling berhadap-hadapan. Kurapika menelepon Killua.
Kurapika : Killua, letakkan ponselmu di dadamu.
Killua melakukannya. Senritsu mengeceknya dan berkata tidak ada masalah apa pun. Kurapika tersenyum lega. Setelah itu, Kurapika sedikit berteriak supaya pihak Pakunoda bisa mendengarnya.
Kurapika : Baiklah! Kita mulai pertukarannya!
Killua dan Gon tersenyum lebar. Sedangkan Chrollo hanya menunjukkan ekspresi datar. Killua melihat ke arah Lucia.
Lucia : Pergilah, oniichan. Aku ada sedikit urusan. Aku akan meneleponmu setelah urusanku selesai nanti.
Killua mengangguk. Lucia hanya tersenyum. Setelah itu, Chrollo, Killua dan Gon mulai berjalan secara perlahan-lahan. Meskipun suasana pertukaran cukup panas dan menegangkan.
Akan tetapi, baik Lucia maupun Hisoka hanya tersenyum sangat lebar. Sedangkan Pakunoda hanya menatap diam ditempatnya saja. Tampak para sandera dari kedua belah pihak saling melewati sesama.
Chrollo hanya menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke arah Killua dan Gon. Sedangkan Killua dan Gon refleks melihat ke arah Chrollo. Tidak ada senyuman sama sekali di wajah Chrollo.
Leorio yang merasa tegang bercucuran keringat. Dia melihat Kurapika berjalan maju ke depan. Leorio yang panik pun mencoba memanggil Kurapika. Dia berpikir Kurapika akan mulai menyerang Ryodan kembali. Kurapika menoleh.
Kurapika : Shinpai suru na! (Jangan khawatir!)
Ternyata Kurapika sudah kembali seperti biasanya. Matanya yang tadinya masih berwarna merah, sekarang sudah kembali normal. Dia tersenyum lebar. Dia langsung berlari ke arah Gon dan Killua. Leorio dan Senritsu saling memandang sejenak lalu tersenyum lega. Mereka langsung mengejar Kurapika.
Kurapika : Killua, Gon!
Gon dan Killua sedikit tersentak kaget karena di sambut oleh Kurapika yang tersenyum dengan sangat lebar. Gon dan Killua juga langsung tersenyum lebar.
Gon : Kurapika!
Kurapika : Kalian berdua baik-baik saja, kan?
Gon : Ya! Aku sangat baik!
Killua : Aku juga. Tapi semua yang telah terjadi agak berbahaya ya!
Tanpa menoleh ke belakang, Killua menunjuk ke arah belakang dengan jempolnya.
Killua : Laba-laba, mereka benar-benar keras kepala.
Leorio : Tentu saja! Mereka semua gila! Tapi syukurlah kalian baik-baik saja. Kau tahu Kurapika hampir menangis lho saat kalian tertangkap.
Gon : Eh? Benarkah, Kurapika?
Kurapika tidak menjawab. Dia langsung memukul keras kepala Leorio. Leorio meringis kesakitan dan mereka pun tertawa bersama.
Kurapika : Baiklah, ayo kita naik dulu ke pesawat. Ceritanya nanti saja.
Leorio : Lho? Lucia, dia tidak ikut pulang bersama kita?
Gon : Lucia bilang dia ada urusan sedikit.
Killua : Katanya dia akan menghubungiku nanti.
Leorio : Oh, begitu.
Sementara itu, di bagian Chrollo dan lainnya.
Hisoka tertawa kecil.
Hisoka : Okaeri (Selamat datang kembali.)
Chrollo tidak menjawab. Dia terus berjalan dan melewati Pakunoda begitu saja tanpa menyapanya. Ini dilakukan karena persyaratan yang dilakukan oleh Kurapika. Dia tidak boleh berhubungan dengan laba-laba.
Meskipun Pakunoda sudah tahu akan hal ini bakalan terjadi, akan tetapi dia yang merasa rindu dan berharap mendapatkan sapaan hangat, tersentak kaget dengan sikap cuek dan dingin yang Chrollo tunjukkan padanya.
Tiba-tiba terdengar suara tawa Gon, Leorio dan Killua, refleks Pakunoda melihat ke arah depan. Pakunoda melihat Gon dan lainnya berjalan masuk ke pesawat. Dia merasa cukup iri.
Kurapika masih memberikan tatapan benci ke arah Ryodan. Kemudian, Pakunoda menoleh dan masih sedikit berharap, dia menatap punggung Chrollo yang memunggunginya. Chrollo yang sama sekali tidak perduli dengan semua itu hanya diam.
Lucia : Paku, pulanglah dulu ke markas. Lalu bawalah kertas ini dan sampaikan pesanku ini kepada yang lainnya.
Pakunoda menerima sebuah kertas dan membacanya.
"Meskipun aku pergi, tapi aku bukanlah musuh kalian. Kita akan segera bertemu kembali nanti. Jaga diri kalian baik-baik sampai hari itu tiba. -Zero-"
Pakunoda terkejut tapi memutuskan untuk tidak berkata apapun. Setelah itu, dia menaiki pesawat dengan perasaan sedih dan terluka.
Dia pergi meninggalkan Chrollo, Lucia dan Hisoka begitu saja di atas tebing bebatuan. Chrollo hanya diam dan menatap pesawat yang terbang tinggi ke atas.
Hisoka : Zutto matteta yo, kono toki yo (Aku sudah lama menunggu, waktu seperti ini.)
Chrollo menatap datar ke arah Hisoka yang tersenyum psycho terhadapnya.
Hisoka : Saa, yaro! (Nah, ayo kita lakukan!)
Hisoka melentangkan kedua tangannya penuh semangat dan tersenyum lebar.
Lucia : Ehm!
Lucia sengaja berdeham. Hisoka dan Chrollo melirik ke arah Lucia yang berdiri di tengah-tengah mereka.
Lucia : Tahan sebentar ya Hisoka. Setelah ini, kau bebas mau melakukan apapun.
Hisoka : . . . . .
Lucia : Lucilfer, jangan salah paham ya. Kurapika dan laba-laba, dua-duanya adalah favoriteku.
Chrollo : Kau selalu menarik seperti biasanya ya Lucia.
Lucia : Ah, tapi cuma kau tetap favoriteku, no 1. Sahabat masa kecilku yang tidak dapat tertandingi oleh siapa pun kok.
Lucia mengedipkan satu matanya ke arah Chrollo. Chrollo hanya tersenyum tipis.
Chrollo : Terus bisa kau jelaskan kenapa kau bisa berada di sini?
Lucia : Bukannya kau sudah tahu jawabannya? Aku hanya mengikuti petunjuk dari kata ramalanku. Sebelumnya kau pernah bertanya kan apa isi dari ramalanku itu?
Lucia menunjukkan kertas ramalannya ke Chrollo. Chrollo membacanya, kemudian kembali menatap Lucia.
Lucia : Kau tahu untuk dapat keluar dari markas butuh kesempatan dan waktu yang tepat. Anggota lain sungguh waspada. Itu melelahkan tapi cukup menantang dan menarik. Hihihi.. Ah, tentu saja, kau tidak perlu khawatir dengan persyaratanmu itu, aku sudah mendapat izin dari Kurapika supaya bisa menemuimu.
Chrollo : Kau seperti angin ya Lucia, tanpa bentuk dan tanpa waktu. Bertiup tanpa tujuan.
Lucia tidak berkomentar dengan sindiran halus Chrollo, dia hanya tersenyum sinis.
Chrollo : Lalu boleh aku bertanya satu hal?
Lucia : Apa?
Chrollo : Apa hubunganmu dengan si pengguna rantai?
Lucia : Kita bertemu di tempat ujian Hunter, lalu kita berteman baik. Itu saja.
Chrollo : Begitu?
Lucia : Lucilfer, aku juga ada satu hal yang mau aku tanyakan padamu.
Chrollo hanya menatap Lucia.
Lucia : Apa kau pernah kepikiran untuk mengkhianatiku? Isi ramalanmu mengatakan hal itu.
Chrollo sedikit tersentak kaget tapi ekspresinya tidak menunjukkan hal tersebut, lalu dia tersenyum tipis.
Chrollo : Ternyata kau sudah tahu?
Lucia tidak menjawab. Dia hanya menatap dingin dan sinis ke arah Chrollo yang sedang tersenyum padanya.
Lucia : Baiklah, aku selesai.
Hisoka : Sudah?
Lucia : Ya, silakan kalian lanjutkan urusan kalian.
Lucia sedikit mundur ke belakang untuk menjaga jarak dari Hisoka dan Chrollo.
Lucia : Aku akan menonton kalian dari sini. Tidak apa-apa, kan?
Hisoka kembali menatap Chrollo penuh nafsu dengan ekspresi wajah psychonya.
Hisoka : Saat aku bergabung dengan Ryodan... Tidak, saat aku menipumu untuk percaya bahwa aku bergabung. Aku sudah menunggu saat ini!
Hisoka membuka bajunya lalu membiarkan bajunya terbang tertiup angin. Tubuhnya menampakan sebuah tatto laba-laba yang cukup besar dengan angka 4 yang tertempel di punggungnya. Chrollo hanya diam menatap tatto tersebut.
Hisoka : Aku sudah tidak membutuhkan ini.
Hisoka tersenyum licik. Tiba-tiba dia melepaskan tatto palsunya yang terbuat dari sebuah kain putih. Kain itu pun terbang tertiup angin. Chrollo sedikit tersentak kaget. Sedangkan Lucia hanya tersenyum licik.
Hisoka : Dengan cara ini, tidak akan menjadi perselisihan antara rekan, bukan?
Hisoka yang sudah dikendalikan oleh hawa bloodlustnya melepaskan aura Nennya. Chrollo yang merasa dikhianati hanya bisa tertawa. Dia menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Chrollo : Ternyata begitu... Karena kau bukan anggota, biarkan aku mengatakan sesuatu. Aku tidak bisa melawanmu.
Hisoka sedikit tersentak kaget ketika mendengar perkataan Chrollo.
Chrollo : Karena persyaratan itu. Pertarungan akan menjadi tidak berarti.
Hisoka : Fufufu. Apa kau sedang mencoba untuk menipuku? Atau kau mencoba mengulur waktu supaya dapat mencuri Nenku?
Hawa bloodlust yang menguasai diri Hisoka membuatnya mempertajam aura Nennya.
Hisoka : Mencuri kemampuan lain dan kemudian menggunakannya secara bebas sebagai kemampuanmu sendiri. Bukannya itu ketrampilan khususmu sebagai Hunter? Sekarang berhenti membuang-buang waktu dengan percakapan sia-sia ini. Cepat dan lawan aku.
Hisoka sudah memasang kuda-kuda bertarung.
Chrollo : Ini tidak ada gunanya. Dia menusuk jantungku dengan judgment chain-nya. Aku tidak bisa lagi menggunakan kemampuan Nen-ku.
Hisoka syok, dia membeku ketika mendengar perkataan Chrollo. Baik Hisoka maupun Chrollo terdiam sejenak di tempat. Hisoka yang tidak dapat mempercayai perkataan Chrollo pun langsung menyerang Chrollo yang hanya berdiri diam di tempatnya tanpa menghindar atau pun melawan sedikit pun.
Lucia : Lucilfer!!
Lucia menangkis dan memberikan perlawanan atas serangan Hisoka.
Lucia : Kau tahu kekuatan seseorang itu tidak di nilai dari Nen saja, bodoh! Denger ya, aku tidak bermaksud untuk membantu atau membela Lucilfer. Aku hanya melakukan apa yang ingin aku lakukan saja. Lagian kau membuatku kesal Hisoka. Aku hanya tidak suka melihat jika ada seseorang yang mau menyerang padahal lawannya hanya diam dan tidak bisa melawan. Kau kan masih bisa melakukannya jika kekuatannya kembali, bukan?!
Chrollo masih menatap diam di tempatnya tanpa memberikan reaksi apapun. Dia tidak dapat melalukan apapun saat ini karena kekuatan Nennya telah tersegel. Dia sungguh tenang dan hanya memerhatikan Hisoka dan Lucia. Tiba-tiba Hisoka tertawa. Seketika itu juga, ekspresi wajah Lucia berubah serius. Dia merasa tidak senang.
Hisoka : Kau akan menyesalinya.
Lucia : Entahlah. Kita lihat saja nanti.
Hisoka berlari dengan kecepatan tinggi ke arah Lucia sambil melempar beberapa kartu reminya. Lucia menangkisnya dengan pedang darahnya. Hisoka sudah berada di depan Lucia, dia meluncurkan tinjunya ke arah perut Lucia. Tidak sempat menghindar, Lucia mengenai serangan tersebut.
BUGH!
Lucia : Uhk!
Lucia langsung terjongkok sambil memegangi perutnya. Hisoka memandang remeh Lucia. Dengan sekuat tenaga, Lucia berusaha untuk bangkit kembali.
Akan tetapi, tanpa memberi kesempatan pada lawannya untuk bangkit, Hisoka kembali menendang, sehingga Lucia sedikit terseret mundur beberapa langkah ke arah samping.
Di samping itu, tiba-tiba wajah Hisoka tergores dan mengeluarkan darah, ternyata di detik-detik terakhir sebelum Lucia terseret, dia sempat membalas serangan Hisoka dengan melemparkan darah yang dia ubah menjadi bentuk sebuah jarum kecil ke arah Hisoka.
Dengan sudut matanya, Hisoka melihat wajahnya tergores. Dia membiarkan darahnya mengalir di pipinya tanpa mengusapnya, lalu tersenyum licik. Dia melihat Lucia sudah bangkit dari tempatnya.
Hisoka : Kau selalu bisa saja menghiburku. Tapi maー
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Hisoka sedikit tersentak karena tiba-tiba mendapatkan sebuah tendangan kuat tepat pada wajahnya.
Lucia : Rasakan itu, bajingan!
Pukulan itu membuat wajah Hisoka berdarah. Dia membuang ludahnya yang bercampur darah ke sembarangan tempat lalu melihat ke arah Lucia.
Lucia : Hisoka bangsat, shock punch-mu lumayan juga. Perutku sakit. Tapi bagaimana dengan shock kick-ku? Rasanya tidak jauh berbeda dari seranganmu, bukan?
Lucia tersenyum licik. Hisoka tidak menjawab. Dia yang masih dikuasai oleh bloodlust miliknya terpancing emosi karena mendapat serangan dadakan Lucia.
Tanpa basa basi, dia langsung menyerang Lucia. Dia melempar beberapa kartu reminya ke arah Lucia dan juga sudah berada di hadapan Lucia.
Lucia : Aku tidak akan tertipu untuk kedua kalinya. Serangan lembek seperti itu tidak akan mempan padaku!
Sekali lagi Lucia menangkis kartunya Hisoka dengan pedang darahnya dan menghindari beberapa kartu terbang lainnya. Kemudian dengan cepat menahan serangan Hisoka. Kartu remi Hisoka berlaga dengan pedang darah Lucia.
Lucia berhasil menggoreskan pedang darahnya sekali ke arah pinggang Hisoka. Kemudian Lucia yang berada di belakang Hisoka, langsung menembakan beberapa aura Nen yang berbentuk bola darah kecil yang dia pernah pelajari dari Franklin.
Dengan cepat Hisoka melakukan putaran salto ke belakang untuk menghindari, dia berlari ke arah Lucia dan melakukan tendangan dan mengincar pundak kiri Lucia.
Lucia yang menahan serangan langsung itu membuat tebing bebatuan di sekitar mereka pun hancur dan retak. Baik Hisoka maupun Lucia tersenyum licik.
Lucia langsung melayangkan tinjunya ke arah Hisoka, Hisoka menghindar dan bersamaan dengan itu juga Hisoka mengeluarkan sebuah kartunya.
Lucia menahan kartu Hisoka dengan pedang darahnya, lalu tanpa sepengetahuan Lucia, Hisoka telah mengumpulkan sebagian aura pada tangan kiri yang memegang kartu lainnya. Dia hendak mau menusuk ke arah perut Lucia. Lucia yang menyadarinya langsung melompat ke belakang.
Tanpa menunggu Lucia mendarat, tiba-tiba ada beberapa kartu-kartu muncul dari arah belakang. Ternyata Hisoka sempat menyebar kartunya dengan bantuan Bungee Gum dan menghilangkan auranya dengan In. Kartu-kartu berhasil melukai pipi dan lengan Lucia pun membuat Hisoka tersenyum licik.
Lucia : Uhk!
Lucia sedikit tersentak kaget karena aura Bungee Gum milik Hisoka berhasil menangkap satu kakinya. Senyuman psychonya Hisoka semakin melebar.
Hisoka : Tertangkap.
Lucia : MASIH BELUM!!
Lucia memotong aura Nen Hisoka dengan pedang darahnya. Tiba-tiba Hisoka sudah berada di belakang Lucia. Dia hendak mau menusukkan kartunya yang tajam pada Lucia tapi berhasil di hindari oleh Lucia dan di saat bersamaan juga Lucia juga membalasnya dengan serangan kilat dengan kuku tajamnya.
Meskipun Hisoka berhasil menghindari serangan kilat tersebut beberapa kali, akan tetapi kecepatan tangan Lucia yang luar biasa cepat itu berhasil mengenai dan menggoreskannya pada wajah Hisoka.
Sekarang mereka berdua saling berdiri berhadapan beberapa meter dan menjaga jarak satu sama lain. Lucia menjilati kukunya yang masih ada darahnya Hisoka.
Lucia : Wah, darahmu rasanya lumayan. Hampir mirip dengan darahnya aniki (Illumi). Tapi yah... Meskipun tidak selezat punya kakek dan ayah. Hihihi...
Tampak Hisoka sedikit terengah-engah. Lucia tersenyum licik karena jarum darah yang berhasil menggoreskan pipi Hisoka beberapa menit yang lalu sudah mulai bekerja.
Lucia : Kau tampak lelah? Kau tahukan darahku ini sangatlah special. Itu mengandung virus dan racun yang cukup kuat yang dapat melumpuhkan saraf atau pun otot lawannya secara perlahan-lahan. Dan sepertinya racun itu mulai bereaksi ya? Hihihi...
Hisoka : Melawanmu sungguh merepotkan. Kau buah yang sudah hampir matang dan layak untuk di bunuh. Tapi masih belum. Khuhuhuhu...
Lucia : Dasar menyebalkan! Aku tahu kau masih belum serius dan mengeluarkan seluruh kekuatanmu. Begitu juga dengan diriku. Hisoka, kalau kau sudah sedikit lebih tenang, sebaiknya kita hentikan saja pertarungan ini. Kau tahu, hatiku sakit saat bertarung dengan temanku. Lagian kau juga sudah mendapatkan jawabannya, bukan? Lucilfer bukannya tidak mau bertarung melawanmu, hanya saja dia tidak bisa melakukannya sekarang. Seperti yang dia katakan tadi, kekuatan Nennya telah di segel oleh Kurapika. Benar begitu kan, Lucilfer?
Hisoka menatap Chrollo tajam. Chrollo yang sejak tadi hanya berdiri diam tidak jauh di antara mereka berdua dan menyaksikan pertarungan sengit mereka hanya bisa tersenyum tipis sebagai balasan pertanyaan Lucia. Tiba-tiba Hisoka kehilangan nafsu bertarungnya dan memutuskan untuk berhenti.
Hisoka : Baiklah. Lagian aku sudah mulai bosan melawanmu. Aku tidak suka mengambil buah yang belum benar-benar matang sempurna sepenuhnya.
Lucia hanya bisa tersenyum jengkel. Lucia berjalan mendekati Chrollo.
Lucia : Lucilfer, aku tahu sia-sia jika aku memaksamu untuk ikut denganku atau sebaliknya. Kau pasti akan menolak dan tetap bebersih keras ingin sendirian, bukan?
Chrollo : Aku tahu kau akan mengerti.
Lucia : Baiklah, tapi berjanjilah satu hal padaku.
Lucia tersenyum sangat lebar lalu mendekatkan dirinya dan membisikkan sesuatu pada Chrollo. Chrollo membulatkan matanya, lalu tersenyum kecil.
Lucia : Janji ya! Kalau begitu aku pergi dulu.
Lucia berlari ke arah Hisoka. Lucia menelepon seseorang. Tidak lama kemudian sebuah pesawat balon udara datang menjemput. Hisoka dan Lucia menaiki pesawat dan meninggalkan Chrollo sendirian di atas tebing. Chrollo hanya menatap lurus ke depan.
Hujan mereda sepenuhnya bersamaan dengan berhembusnya angin dingin yang menerbangkan jubah hitam Chrollo ke belakang. Langit yang tadinya gelap pun mulai terang kembali karena munculnya mentari pagi.
Chrollo sedikit menundukkan kepalanya dan mengangkat satu tangannya untuk menutupi matanya yang silau karena terkena sinar matahari. Dia pun tersenyum mengingat kembali perkataan Lucia tadi lalu bergumam sesuatu.
Chrollo : Bersahabat selamanya ya...
Chrollo mengingat kembali isi ramalannya. Dia menatap lurus ke depan.
Chrollo : Timur ya?
☆
-Di dalam pesawat, bagian Kurapika-
Kurapika dan Leorio menatap ke arah luar jendela pesawat dalam keadaan diam. Sekilas Leorio melirik ke arah Kurapika. Dilihatnya meskipun misi kali ini telah berhasil sukses tapi Kurapika tampak tidak senang.
Leorio : Menurutmu apa akan terjadi pertarungan pada mereka bertiga?
Kurapika : Hisoka hanya memiliki satu tujuan. Dan itu adalah untuk bertarung dengan pemimpin laba-laba. Tapi dia pasti akan segera mengetahui jika lawannya tidak dapat menggunakan kekuatan Nennya. Dan baginya itu tidaklah menarik.
Gon : Kurapika!
Refleks Kurapika dan Leorio menoleh, mereka melihat Senritsu, Gon dan Killua tersenyum lebar dan sedang berlari kecil ke arah mereka.
Kurapika : Gon, Killua, aku minta maaf telah melibatkan kalian dalam hal ini.
Gon menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum. Semua yang berada di sana juga tersenyum. Sekarang perasaan Kurapika sungguh merasa lega dan tenang.
Gon : Kau sudah berhasil menusuk boss laba-laba dengan rantaimu itu, kan?
Kurapika : Ya, namun demikian...
Kurapika sengaja tidak melanjutkan perkataannya. Dia tersenyum kecut lalu memalingkan wajahnya ke samping dan kembali memandang ke arah luar jendela.
Gon melihat wajah Kurapika kembali sedikit murung pun langsung memutar otaknya untuk mencari sebuah alasan yang tepat untuk dikatakan. Gon yang merasa canggung menunjukkan senyuman yang dipaksakan.
Gon : Dengan begitu, insiden laba-laba berakhir!
Killua yang merasa ragu dan bingung dengan perkataan Gon pun refleks melihat ke arah Gon. Dia hanya bisa tersenyum kaku. Gon langsung melihat ke arah Killua untuk meminta bantuan.
Killua : Eh, ah ya! Pemimpin mereka kan sudah tidak bisa lagi menghubungi anggota lainnya dan juga tidak bisa menggunakan Nen. Yang berarti bahwa laba-laba telah kehilangan pemimpin mereka.
Kurapika : Bahkan begitu pun, tetap saja laba-laba tidak akan mati.
Gon : Tapi Pakunoda akan menepati janjinya! Lalu sekarang Lucia juga sudah berada dipihak kita. Ya kan, Killua?
Killua : Ya. Aku bisa menjamin itu!
Gon : Jadi jangan mengejar sisa anggota lainnya lagi!
Kurapika hanya diam saja. Dia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Ekspresinya juga masih menunjukkan rasa benci dan ketidak puasan. Dia masih berpikiran ingin nembalaskan dendamnya.
Gon : Aku...
Gon tidak melanjutkan perkataannya. Dia menundukkan kepalanya.
Gon : (Aku tidak ingin Kurapika melawan mereka lagi.)
Leorio : Gon...
Kurapika : (Tidak ada yang berakhir. Selama laba-laba masih hidup... Maka rasa kebencian ini tidak akan mati.)
Kurapika memasangkan ekspresi wajah terluka dan marah. Dia memegang jendela kaca pesawat dan melihat ke arah luar tanpa melihat ke arah teman-temannya.
Kurapika : Bagiku... Bagiku...
Gon : Kurapika!
Kurapika menunduk. Seolah-olah semua rasa kebencian, amarah, ketakutan, kebingungan, dendam, kesedihan dan lainnya menyatu dalam dirinya dan telah dikontrol oleh semua rasa itu, tiba-tiba pandangan matanya berubah menjadi gelap dan kosong.
Kurapika : (Masih ada hal-hal yang harus aku lakukan...)
Tiba-tiba Kurapika ambruk dan pingsan di tempatnya. Leorio yang berada di samping Kurapika pun terkejut. Semua yang berada di sana juga ikut terkejut. Senritsu yang kaget langsung berlari ke arah Kurapika.
Senritsu : Kurapika!
Gon dan Killua : Ah!!
Leorio, Gon dan Killua : KURAPIKA!!
☆
-Di dalam pesawat, bagian Pakunoda-
Pakunoda menyampaikan kejadian yang telah terjadi di bandara Lingon secara singkat kepada anggota lainnya melalui telepon.
Pakunoda : Ya, boss telah bebas. Sekarang aku sedang dalam perjalanan pulang, detailnya akan kuceritakan nanti saat aku kembali. Bagaimanapun, tunggulah aku.
Pakunoda memutuskan sambungan teleponnya. Dia memandang ke luar jendela pesawat dengan tatapan sayu lalu tenggelam dalam lamunannya.
☆
-Di dalam pesawat, bagian Lucia-
Lucia melirik Hisoka yang duduk diam tidak jauh darinya. Hisoka tampak kesal dan tidak bersemangat. Dia merasa cukup kecewa karena tidak berhasil melawan Chrollo.
Lucia : (Setelah ini Kurapika akan jatuh sakit, kemudian Gon dan Killua akan masuk ke dalam dunia game. Sebaiknya apa yang harus aku lakukan ya sebelum masuk ke dunia itu ya...)
Tidak lama kemudian, Lucia dan Hisoka tiba di bandara Lingon. Mereka turun dari pesawat. Tampak Hisoka berjalan dengan lesu.
Lucia : Hisoka...
Hisoka menghentikan langkahnya. Dia hanya menoleh tanpa menjawab.
Lucia : Setelah ini, apa yang akan kau lakukan?
Hisoka : Entahlah. Sepertinya takdir telah berubah sedikit demi sedikit. Selamat tinggal.
Hisoka tersenyum lalu kembali berjalan. Tiba-tiba Lucia sedikit berteriak. Akan tetapi, Hisoka terus berjalan tanpa menoleh.
Lucia : Hisoka, kita akan segera bertemu kembali. Dan pada saat itu juga, aku akan terus mengikutimu kemana pun kau pergi!
Setelah itu, Lucia berjalan berlawanan dengan langkah Hisoka. Baik Lucia maupun Hisoka hanya tersenyum licik.
☆
-Di bagian Pakunoda-
Pakunoda berjalan melewati sebuah jalanan kecil menuju ke markas. Di tengah jalan dia melihat ada seekor anak kucing yang sangat kecil yang tiba-tiba muncul dari gang kecil di samping tong sampah.
Kucing itu mengeong pada dirinya. Dia sedikit tersentak kaget dan menghentikan langkah kakinya. Lalu dia melihat ke arah kucing kecil itu dan tersenyum ramah.
Pakunoda mengelusnya lalu mengendong kucing tersebut, kemudian kembali melanjutkan perjalanannya menuju markas. Selama berjalan, dia teringat dengan senyuman Chrollo yang memanggil namanya. Pakunoda tersenyum.
Tiba-tiba kucing itu melompat turun. Pakunoda tersadar dari lamunannya sepenuhnya. Dia melihat kucing itu pergi dan masuk ke dalam gang kecil. Dia mengikuti kucing itu lalu melihat ada banyak sekali kucing liar yang berkumpul di taman, tempat anak-anak bermain. Kucing itu kembali mengeong. Pakunoda mencoba meniru dan ikut mengeong lalu tersenyum.
Pakunoda : (Selamat datang kembali ke tempat di mana teman-temanmu berada.)
Tiba-tiba Pakunoda melihat ada seekor kucing berwarna hitam berdiri di atas pelosotan. Kucing hitam itu menatap Pakunoda. Seketika itu juga, Pakunoda kembali teringat dengan Chrollo dan para Ryodan yang berkumpul di dalam markas.
Pakunoda berpikir kucing hitam itu sangatlah mirip dengan Chrollo. Pemandangan dan situasi ini mirip sekali dengan kehidupannya bersama para Ryodan. Matanya pun bergetar. Setelah itu, Pakunoda kembali ke markas.
Pakunoda tiba di dalam markas, semua tatapan anggota Ryodan tertuju pada dirinya. Tatapan mereka sangatlah dingin dan ekspresi mereka sangatlah serius.
Phinks : Mana boss?
Phinks menyadari Pakunoda sedang memegang sebuah pistol.
Phinks : Pistol?
Pakunoda : Dia tidak akan datang ke sini lagi.
Phinks bangkit dari tempatnya.
Phinks : Apa?! Berhenti bercanda! Jelaskan semuanya!
Pakunoda : Ya.
Phinks : Jika jawabanmu tidak memuaskan, persiapkan dirimu!
Phinks meremes tangannya. Pakunoda mengarahkan sebuah pistol ke arah depan.
Pakunoda : Tentu, jangan khawatir. Karena itulah aku memegang pistolku, bukan? Aku hanya bisa menembakkan enam peluru memori dalam sekejap. Sisanya kalian yang akan menceritakan pada anggota lainnya.
Pakunoda menatap ke arah Phinks, Shalnark, Feitan, Machi, Nobunaga dan Franklin. Mereka yang di tatap oleh Pakunoda pun bangkit dan sedikit maju ke depan. Pakunoda mulai menyebut satu persatu nama teman rekannya.
Pakunoda : Feitan, Phinks, Machi, Nobunaga, Shalnark, Franklin. Apa kalian percaya padaku? Apa kalian siap membawa...
Pakunoda sengaja tidak melanjutkan perkataannya. Dia mengungkapkannya di dalam hatinya.
Pakunoda : (Semua ingatanku... Perasaanku...)
Machi merasakan firasat buruk. Dia menggertakkan giginya tanpa suara.
Machi : (Mungkinkah...?!) Paku!
Phinks : Hei! Kau benar-benar sudah dikuasai oleh mereka ya?!
Nobunaga : Phinks!
Phinks terdiam dan langsung menoleh ke arah Nobunaga.
Phinks : Ugh.
Nobunaga : Percayalah pada dirinya. Dia adalah Paku yang asli.
Phinks kembali menatap Pakunoda. Dia bisa merasakan hal buruk yang akan segera terjadi. Perasaannya berat dan khawatir. Tapi mencoba untuk percaya.
Pakunoda mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum tipis. Setelah itu dia langsung menembakkan keenam peluru tersebut ke arah kepala mereka.
Seluruh ingatan kejadian, kenangan masa kecilnya bersama Chrollo dan teman-temannya, perasaannya sampai ingatan yang dia ambil dari ingatan Gon dan Killua di lobby hotel, lalu pembicaraannya dengan Gon dan Killua sewaktu menuju bandara.
Di dalam ingatan itu tampak Pakunoda terkejut lalu tersenyum tulus. Kemudian persyaratan yang dia buat di dalam pesawat bersama Kurapika dan juga kejadian Lucia dan Hisoka yang muncul di bandara hingga pertukaran sandera di atas tebing, sikap Chrollo yang berubah dingin. Semuanya sudah tersampaikan pada mereka, enam orang yang terpilih.
Setelah itu, Pakunoda tersenyum lega. Tugasnya telah selesai. Perasaan marah, sedih, tertekan, khawatir dan lainnya. Semuanya telah tersampaikan tanpa tersisa satu pun.
Lalu tiba-tiba dia dapat mendengar suara rantai mendatanginya. Seketika itu juga, seolah-olah bisa melihat rantai panjang yang muncul di hadapannya, dia kembali merasakan rasa takut yang akan terjadi. Matanya pun bergetar.
Pakunoda : (Aku mohon... Biarkan semua ini kuakhiri.)
Rantai yang mengikat jantungnya telah aktif dan menusuk jantungnya.
DEG
Pakunoda ambruk ke lantai dan mati begitu saja sambil memegangi sebuah kertas (pesan Lucia) yang belum sempat dia sampaikan kepada anggota Ryodan lainnya.
Semua anggota Ryodan : PAKU!
Kekuatan memori sudah selesai diputar. Phinks terkejut. Dia melihat seluruh anggota Ryodan sedang mengelilingi tubuh Pakunoda. Shizuku yang tidak mendapatkan ingatan tersebut memeriksa tubuh Pakunoda. Dia menutup mata Pakunoda.
Shizuku : Shindeiru. Dou iu koto? Nee! (Dia sudah mati. Apa yang telah terjadi? Hei!)
Shizuku membalikkan badannya untuk melihat ke arah teman rekannya. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suaranya. Mereka masih syok dengan kepergian Pakunoda yang sangat mendadak itu.
Mereka juga bingung dengan semua memori ingatan yang mereka terima dari Pakunoda. Shizuku masih menunggu. Pada akhirnya Phinks berkata akan menceritakan semuanya. Lalu pada saat Shizuku hendak mau bangkit untuk mendengar cerita Phinks, dia melihat ada sebuah kertas di tangan Pakunoda.
Shizuku : Tunggu! Aku menemukan kertas ini. Paku memegangnya.
Shizuka terkejut setelah membaca isi kertas tersebut.
Machi : Kertas apa itu?
Shizuku : "Meskipun aku pergi, tapi aku bukanlah musuh kalian. Kita akan segera bertemu kembali nanti. Jaga diri kalian baik-baik sampai hari itu tiba. -Zero-"
Feitan : . . . . .
Phinks : Si sialan itu... Sudah pergi tanpa pamit, dia malah meninggalkan pesan omong kosong!
Nobunaga : Aku akan menghajarnya jika aku bertemu dengannya kembali nanti!
☆Season 1 End☆