webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime & Comics
Not enough ratings
145 Chs

125 - Persyaratan × Pertukaran

-Markas Ryodan-

Hisoka sedang menunggu Illumi datang sambil memainkan kartunya. Illumi mengatakan akan membawa Kalluto sebagai pengalihan Ryodan supaya Illumi bisa bertukaran dengan Hisoka.

Tidak lama kemudian, Kalluto dan Ilumi datang. Terdengar adanya suara besi jatuh dan langkah kaki. Franklin yang diperintahkan oleh Chrollo untuk menjaga markas bersama Bonolenov dan Hisoka melirik ke arah sumber suara.

Franklin : Ada seseorang yang datang.

Franklin bangkit dari tempatnya. Dia melihat ke arah Bonolenov dan Hisoka.

Franklin : Ayo kita cek.

Hisoka hanya tersenyum licik. Di sepanjang koridor Franklin dan Bonolenov mengecek setiap ruangan. Sedangkan Hisoka hanya berjalan lurus ke arah depan tanpa mengecek sekitarnya.

Franklin : Hei! Berhati-hatilah.

Hisoka menghentikan langkahnya tepat di arah tikungan, lalu sedikit menoleh dan melihat ke arah Franklin.

Hisoka : Aku tidak apa-apa.

Dengan percaya diri, Hisoka menunjukkan kartunya lalu berbelok ke arah tikungan dan sedikit berjalan beberapa langkah. Dia tersenyum licik yang cukup lebar saat melihat sosok Illumi yang sudah berubah menjadi dirinya.

Tanpa berbicara apapun, Hisoka dan Illumi hanya saling melewati sesama begitu saja. Hisoka melompat keluar melalui jendela.

Sedangkan Franklin dan Bonolenov masih mengecek sekitar, setelah beberapa menit kemudian, Franklin dan Bonolenov merasa ada sedikit keanehan karena tidak ada apapun.

Tiba-tiba dari belakang munculnya seseorang. Franklin dan Bonolenov refleks menoleh ke belakang. Tampak sosok Kalluto. Tanpa memerdulikan Franklin dan Bonolenov dengan santainya Kalluto melompat ke arah jendela.

Franklin : Kodomo? (Seorang anak?)

Lalu sekilas sebelum melompat turun ke bawah, Kalluto menoleh. Mata mereka bertemu pandang. Tanpa menunjukkan ekspresi apapun, Kalluto hanya menatap mereka berdua sejenak.

Karena tugasnya untuk mengalihkan Ryodan telah selesai, Kalluto melompat turun ke bawah, dengan cepat Franklin dan Bonolenov langsung melihat ke bawah. Mereka melihat Kalluto mendarat dengan sukses dan berlari ke arah luar.

Franklin : Apa dia teman dari mereka juga? Haruskah kita mengejarnya?

Franklin masih melihat ke arah Kalluto yang semakin menjauhi gedung markas.

Franklin : Tidak, mungkin ini jebakan. Sebaiknya kita tunggu sampai semuanya tiba.

Illumi yang dengan wujud Hisoka kembali muncul di belakang mereka. Illumi tersenyum licik.

-Bandara Lingon-

Pakunoda yang sudah tiba hanya berdiri diam. Dia melihat ada banyak sekali pesawat balon yang lepas landas dan juga mendarat di tempat parkiran pesawat. Dia sedang menunggu Kurapika menghubunginya kembali. Tidak lama kemudian, teleponnya berbunyi.

Pakunoda : Halo?

Kurapika : Di landasan ketiga. Naiklah, aku di depan pintu masuk.

Tut Tut Tut

Pakunoda memegang erat ponselnya lalu berjalan ke arah yang di perintahkan. Dia menaiki tangga pesawat. Setibanya di dalam pesawat, tiba-tiba pintu pesawat bergerak tutup secara otomatis. Baling-baling pesawat mulai berputar dan pesawat pun terbang ke atas.

Pakunoda melihat ke sekelilingnya. Tidak lama kemudian, tampak Kurapika bersama Chrollo yang sedang diikat oleh rantai Nen dan Senritsu yang muncul dari arah tikungan. Mereka berdiri beberapa meter dari tempat Pakunoda berdiri. Pakunoda menatap dingin ke arah Kurapika.

Pakunoda : . . . .

Kurapika : Identifikasi dirimu. Apa kau Pakunoda dari Ryodan?

Pakunoda : Tentu saja.

Kurapika melihat ke arah Senritsu. Dia sedang menunggu Senritsu memeriksa dengan cara mendengar suara detak jatung Pakunoda. Senritsu mengangguk.

Sedangkan Pakunoda melihat ke arah Chrollo yang hanya diam menatap dirinya. Chrollo tidak bisa bersuara karena mulutnya telah di bungkam oleh rantai Nen. Dia merasa sedikit lega karena Chrollo terlihat baik-baik saja.

Kurapika : Aku akan membuat beberapa syarat, masing-masing dari kalian berdua memiliki syarat yang berbeda. Jika kau mematuhi kondisi ini, aku akan melepaskan pimpinanmu.

Tiba-tiba mata Kurapika berubah menjadi merah. Dan muncul sebuah pisau Nen dari tangannya. Chrollo melirik ke arah pisau Nen itu.

Chrollo : (Sadarlah, Pakunoda. Dia lebih mengkhawatirkan teman-temannya dari pada membalaskan dendamnya. Itulah kelemahannya.)

Kurapika : Pertama-tama untuk pemimpinmu. Satu, penggunaan Nen di larang. Dua...

Kurapika terdiam sejenak. Dia tidak dapat mengatakan syarat keduanya karena merasa tidak yakin. Meskipun dia sangat marah dan ingin membalaskan dendamnya, tapi di sisi lain hatinya cukup berat untuk melakukannya karena memikirkan sahabatnya. Dia berpikir keras.

Kurapika : (Apa begini saja sudah cukup? Haruskah aku memilih memutuskan hubungan mereka? Tapi...)

Kurapika teringat kembali perkataan Chrollo yang mengatakan bahwa dirinya itu tidak bernilai sebagai sandera. Tanpa sadar Kurapika menggertakkan giginya tanpa suara. Senritsu melirik ke arah Kurapika, dia merasa khawatir karena tiba-tiba suara detak jantung Kurapika berubah aneh.

Kurapika : (Apa ini akan baik-baik saja?)

Kurapika merasa ragu sejenak.

Kurapika : (Jika aku mengalahkan pemimpin mereka, laba-laba pasti akan kehilangan arah. Itulah yang selalu aku pikirkan. Tapi itu tidaklah benar. Bahkan jika aku menghapus kepala mereka. Laba-laba akan terus bergerak. Pemimpin tidaklah diutamakan. Jika perlu, anggota dapat mengabaikan pemimpin mereka di saat kritis. Itulah Genei Ryodan. Meskipun aku bisa melumpuhkan pemimpinnya sekarang... Akan tetapi, aku tidak bisa melumpuhkan Ryodan! Jika demikian, apa yang harus aku lakukan? Apa tidak ada cara lainnya? Bisakah aku menyelesaikan ini sementara dia berada di bawah kendaliku? Sebuah keajaiban yang kubutuhkan sekarang!)

Kurapika terus memikirkan caranya, tapi dia tidak dapat menemukan apapun. Sedangkan Pakunoda masih diam di tempatnya, dia menunggu syarat kedua dari Kurapika. Sementara itu, anggota Ryodan lainnya sudah berkumpul di dalam markas. Mereka semua hanya diam di tempat masing-masing.

Pada akhirnya Kurapika memutuskan untuk memilih menyelamatkan Killua dan Gon dan mengesampingkan balas dendamnya terhadap Ryodan. Karena dia sudah tidak ingin kehilangan sesuatu yang berharga baginya seperti keluarga ataupun sahabat di dalam kehidupannya lagi.

Kurapika : Dua, dia (Chrollo) harus memutuskan semua koneksinya dengan anggota Ryodan lainnya mulai dari sekarang. Ini adalah dua syaratnya. Dan untuk memastikan dia mematuhinya, aku akan menembuskan pisau Nenku kepadanya. Jika dia melanggarnya, maka kematian yang akan menghampirinya. Apakah kau setuju atau tidak, kau yang putuskan sendiri, Pakunoda.

Chrollo : (Pakunoda, lihatlah dengan sesakma! Orang ini tidak akan bisa mengorbankan teman-temannya!)

Pakunoda : Oke.

Chrollo terkejut dengan jawaban Pakunoda. Dia membelalakkan matanya. Setelah itu, dengan segera Kurapika langsung melemparkan pisau Nennya ke dalam jantung Chrollo. Chrollo sedikit terkejut. Dia merasa ada sesuatu yang masuk ke dalam jantungnya. Karena tidak bisa menyentuh dadanya, dia hanya melihat ke arah dadanya.

Kurapika : Selanjutnya kau, Pakunoda. Satu, bebaskan Gon dan Killua tanpa terluka sebelum tengah malam tanpa tipu muslihat apa pun itu. Cara penukaran akan dijelaskan nanti. Dua, kau di larang menyebar informasi apapun tentangku kepada orang lain setelah penukaran para sandera selesai. Jika kau melanggarnya, kau akan mati. Silakan putuskan jawabannya, setelah itu aku akan menembuskan pisau Nenku padamu.

Pakunoda : Oke.

Kurapika juga melakukan hal yang sama seperti dia lakukan terhadap Chrollo. Dia melemparkan pisau Nennya pada Pakunoda. Pakunoda terkejut. Kemudian refleks dia meraba-raba dadanya.

Kurapika : Senritsu.

Senritsu : Ya?

Kurapika : Jika Gon dan Killua dikendalikan oleh seseorang yang mempunyai Nen Manipulation, apa kau juga bisa tahu dari detak jantung mereka?

Senritsu mengangguk pelan.

Senritsu : Ya, aku bisa. Aku sudah bertemu Killua-kun jadi aku tahu keadaan normal detak jantungnya, jika terjadi perubahan aku akan tahu. Tapi aku tidak yakin dengan Gon, karena aku belum pernah bertemu dengannya.

Kurapika tersenyum.

Kurapika : Tidak masalah. Itu sudah cukup.

Kurapika sedikit maju ke depan.

Kurapika : Tentang cara penukaran sandera... Pertama, kembalilah ke markasmu, teman rekanmu semua sedang menunggumu di sana. Lalu jelaskan pada mereka tentang rincian pertukarannya. Setelah itu, bawa kedua sanderamu kembali ke tempat ini, kemudian naiklah pesawat balon di landasan pertama yang telah kusiapkan. Datanglah sebelum pukul 00.00 a.m. Tentu saja, kau di larang membawa teman rekanmu yang lainnya dan mengatakan ke mana kau akan pergi. Mengerti?

Pakunoda : Ya. Ini kesepakatan. Kau sudah boleh mendaratkan pesawatnya dan turunkan aku ke bandara.

Kurapika : Kenapa sedikit pun kau tidak curiga ataupun bertanya apa-apa?!

Pakunoda : . . . .

Kurapika : Kau tahu siapa aku, bukan?! Kau tidak khawatir?! Kau tidak merasa semua ini tidaklah adil? Kau bahkan percaya begitu saja jika aku akan mengembalikan pemimpinmu ini! Bagaimana jika aku menipumu?!

Pakunoda : Ya.

Kurapika sedikit tersentak.

Pakunoda : Jika kau memang berniat menipuku, kau tidak mungkin akan mengatakan dan bertanya tentang semua ini kepadaku, bukan?

-Markas Ryodan-

Phinks : Apa dia benar-benar berharap dengan kesepakatan itu? Katakan di mana dia (Kurapika), Pakunoda. Kenapa kau takut? Kita bunuh bocah-bocah ini, lalu setelah itu kita bunuh pengguna rantai itu. Jika kau tidak mengatakannya, kau tidak akan kubiarkan pergi.

Machi : Itu harus ya?

Phinks : Harus! Katakan Pakunoda.

Pakunoda melihat ke semua teman rekannya yang sedang menatapnya. Lalu dia menghela nafas berat.

Pakunoda : Aku menolak mengatakan tempatnya dan anak-anak ini akan kubawa lalu kembali sendirian. Tolong jangan mengganggu.

Phinks : Mengganggu katamu?! Memangnya siapa yang menghalangi kita, hah?!

Lucia : Sepertinya, kau sedang menyia-yiakan semua usaha Paku ya. Apa kau bodoh, Phin?

Phinks : Apa?!

Machi : Pergilah, Pakunoda. Aku yang akan menghentikannya.

Feitan yang berpihak dengan Phinks mengeluarkan aura Nennya.

Feitan : Menghentikan? Apa kau menghina kami?

Kortopi yang berpihak pada Machi dan Pakunoda maju sedikit di depan Pakunoda. Lucia yang berdiri di belakang Machi juga mengeluarkan aura Nennya.

Lucia : Jangan khawatir, Paku. Kami akan menghalangi dua orang bodoh ini.

Bukan hanya Feitan saja, sekarang Phinks, Machi dan Pakunoda juga mengeluarkan aura mereka.

Phinks : Kalian serius mau menghalangi kita?! Aku tidak bisa mengerti dengan pemikiran kalian! Apa kalian sudah tidak waras?!

Lucia : Kau yang tidak waras, Phin!

Feitan : Kemungkinan mereka sudah dikalahkan pengguna rantai sebelum kita tiba di hotel itu. Mereka mungkin di bawah kendalinya.

Machi menatap dingin dan sinis ke arah Phinks dan Feitan, begitu juga mereka.

Machi : Tidak ada hubungannya.

Feitan : Ha! Hanya buang-buang waktuku saja!

Lucia : Kau juga membuang waktuku!

Feitan : Biar aku yang memaksa Paku berbicara!

Lucia : Coba saja maju sini, mari kita lihat apa kau duluan yang bisa membuat Paku berbicara atau mulutmu duluan yang terbungkam untuk selamanya!

Gon yang sejak tadi hanya diam memerhatikan pertengkaran antar sesama anggota Ryodan sudah mulai merasa muak. Dia yang tidak sabar untuk menyadarkan Phinks dan Feitan pun akhirnya membuka suaranya.

Gon : Apa hal ini benar-benar sulit di mengerti?!

Semua anggota refleks melihat ke arah Gon. Killua sedikit kebingungan dengan reaksi Gon yang tiba-tiba meledak itu.

Phinks : Ha?

Gon : Apa kalian tidak mengerti kenapa Pakunoda pergi tanpa mengatakan apa-apa? Kenapa Machi dan Lucia menghentikan kalian? Apa kalian pikir mereka dikendalikan?! (suara mulai meninggi) Sudah jelas mereka ingin menyelamatkan pimpinan kalian! Apa itu sulit di mengerti perasaan ingin menyelamatkan teman?!

Killua yang kebingungan dan sedikit khawatir akan terjadi pertarungan melirik ke arah Phinks dan Feitan lalu kembali melirik ke arah Gon secara bergantian.

Killua : (Oi, oi, Gon...)

Phinks : Diam bocah! Apa kau pikir akan lolos dengan cara itu?!

Gon yang mengamuk pun dengan mudah menghancurkan rantai yang mengikat erat dirinya. Phinks dan Feitan sedikit terkejut dengan kekuatan Gon yang tidak terduga itu. Gon bangkit dari tempatnya dan sedikit maju ke depan.

Gon : Aku tidak mengatakannya demi diriku sendiri! Torikese! (Tarik kembali kata-katamu!)

Killua : Haaah... Yare-yare (Haaah... Ya ampun.)

Killua yang melihat Gon yang sudah terbebas juga ikutan melepaskan dirinya dari rantai yang mengikatnya. Lucia tersenyum. Gon menatap marah ke arah Phinks dan Feitan. Ekspresi seriusnya sungguh tajam. Berbeda dengan Phinks dan Feitan, tatapan sinis dan dingin mereka sungguh ingin membunuh Gon.

Phinks dan Gon masih saling tatap menatap. Sedangkan Feitan yang benci dengan tatapan itu mencoba menahan dirinya. Dia mulai emosi. Phinks menahan Feitan, dia maju mendekati Gon.

Phinks : Ingin melawanku? (menatap meremehkan) Jika kau merasa tidak senang, sini maju!

Phinks kembali mengeluarkan aura Nennya untuk menekan Gon.

Phinks : Jika kau maju selangkah saja, aku akan mematahkan lehermu itu!

Gon mengulurkan lidahnya.

Gon : Kau pikir aku bodoh?! Aku tidak akan melakukan hal bodoh untuk membunuh diriku sendiri seperti dirimu yang bodoh itu!

Phinks sedikit tersentak kaget dengan perkataan Gon. Dia sedikit tercengang dengan kelakuan Gon. Tiba-tiba Lucia tertawa kecil. Semua melihat ke arah Lucia.

Lucia : Pfft. Haha.. Uwaa, aku suka kata-kata hinaan itu Gon! Hehe.. Nice! (sambil mengacungkan jempol)

Phinks : Kau bajingan! Zero, kau juga jangan tertawa!

Lucia : Hmph!

Lucia membuang wajahnya ke samping. Phinks menahan emosinya.

Gon : Kurapika itu berbeda dari kalian! Sebenci apapun dia terhadap musuhnya, dia tidak akan kehilangan kendali dan sembarangan membunuh tanpa ampun karena emosinya. Jika dia memang telah membuat kesepakatan, dia pasti tidak akan melanggarnya!

Tiba-tiba Gon melirik ke arah Pakunoda.

Gon : Pakunoda yang telah bertemu dengannya secara langsung, pasti tahu hal itu! Jika kalian mengikuti kesepakatannya, pimpinan kalian akan dikembalikan!

Phinks : Situ sudah cukup ngocehnya, brengsek?! Jangan pikir kau bisa berbicara sesuka hatimu!

Franklin : Sudah hentikan, Phinks!

Refleks Phinks melihat ke arah Franklin.

Franklin : Biarkan saja Pakunoda pergi.

Phinks : Apa?! Sampai kau juga memihaknya?!

Franklin : Tenanglah! Shal. Sekarang ini, perkiraan terburuk apa yang bisa terjadi pada kami?

Shalnark : Hm, tentu saja ketua mati, lalu Pakunoda dan yang lainnya dikendalikan atau ditangkap sama si pengguna rantai dan bahkan pengguna rantai tidak bisa ditemukan. Belum lagi kedua anak ini kabur?

Phinks : Aku akan membunuh mereka berdua jika mereka kabur!

Shalnark : Phinks jika mereka berdua mati. Kita akan berhadapan dengan Zero dan maaf saja aku tidak akan ikutan. Aku masih sayang nyawaku.

Lucia mengangguk-angguk. Lalu menatap sinis ke arah Phinks.

Lucia : Kau tidak lupa aku dan mereka ada hubungan apa kan, Phin?

Phinks : Ck!

Franklin : Shal, kau salah. Kejadian terburuknya adalah kita semua mati dan laba-laba akan musnah total. Bila dibandingkan, punyamu biasa-biasa saja. Apa aku salah?

Shalnark : Kurasa kau benar.

Franklin : Aku tidak perduli dengan alasan kalian itu. Kalian terlalu bergantung pada boss. Jika hal ini membuat Ryodan hancur, berarti itulah pengkhianatan terbesar terhadap boss. Jika kalian tetap memilih bertengkar satu sama lain, hal itu bisa saja terjadi. Tenangkan pikiranmu. Apa aku salah? Jadi biarkan saja mereka bertindak, biarkan Pakunoda membawa kedua bocah itu. Jika boss tidak kembali, kita bunuh saja anggota yang dikendalikan dan membangun kembali laba-laba. Bukankah itu mudah?

Lucia : Itu hal bagus. Aku setuju.

Machi : Aku juga setuju itu. Akan kuberitahu, aku tidak dikendalikan. Jadi tidak mudah membunuhku.

Phinks : Cih!

Tiba-tiba ponsel Lucia berbunyi.

Lucia : Ya, Kurapika?

Semua refleks melihat ke arah Lucia.

Kurapika : Lucia, apa Gon dan Killua baik-baik saja?

Lucia : Bagaimana jika kau sendiri yang langsung tanyakan kabar mereka?

Lucia menyerahkan ponselnya ke Gon.

Gon : Halo, Kurapika?

Kurapika : Gon, kalian baik-baik saja, kan? Apa mereka semua ada?

Gon : Ya. Semuanya ada.

Kurapika : Baiklah, berikan kembali pada Lucia.

Lucia : Halo?

Kurapika : Apa mereka setuju dengan kesepakatannya?

Lucia : Ya, meskipun awalnya hampir terjadi pertarungan. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa. Pakunoda akan segera pergi bersama Gon dan oniichan.

Kurapika : Oke.

Sambungan telepon terputus. Lucia tersenyum licik. Tidak lama kemudian, Pakunoda berangkat. Di sepanjang perjalanan menuju bandara Lingon, Pakunoda, Gon dan Killua hanya diam saja dan sibuk dengan pemikiran masing-masing. Mereka tidak berbicara sepatah kata pun.

Sementara itu, tampak semua anggota hanya diam di tempat dan melakukan aktivitas masing-masing. Phinks duduk santai di samping Franklin. Dia masih kesal dan tidak begitu rela membuat Pakunoda pergi sendirian.

Akan tetapi, dia terpaksa menurutinya karena sudah berjanji kepada Pakunoda. Franklin yang merasa penasaran dengan sikap Phinks mencoba menanyakan sesuatu padanya.

Franklin : Kau tidak mengikuti mereka? Bukannya sekarang si pengguna rantai tidak bisa lagi memantau tindakan kita?

Phinks : Urusee! (Berisik!) Aku tahu, jika aku pergi mengejar mereka, kau pasti akan menjadi orang pertama yang menghentikanku!

Franklin tersenyum. Phinks memalingkan wajahnya ke samping.

Phinks : Aku akan melihat apa yang terjadi terlebih dahulu. Seperti yang kau katakan, jika boss tidak kembali, aku akan membunuhmu juga. Mengerti?

Franklin : Lakukan sesukamu.

Lucia sedang menunggu waktu yang tepat supaya bisa pergi dari markas. Dia melihat Hisoka berbeda dari biasanya lalu teringat akan sesuatu. Dia tersenyum lebar dan mendekati Hisoka yang duduk di tempat favoritenya.

Lucia tahu orang yang di depannya ini bukanlah Hisoka melainkan Illumi yang menyamar sebagai Hisoka. Illumi melirik ke arah Lucia yang sedang tersenyum padanya.

Lucia duduk di sampingnya sambil membuka bungkusan kue coklat kesukaan Illumi, lalu dengan sengaja menyodorkan kue tersebut kepada Illumi.

Lucia : Aniki, mau? Ini kue kesukaanmu lho.

Meskipun ekspresinya masih datar seperti biasanya. Lucia tahu Illumi pasti terkejut. Lucia menggunakan telepatinya.

Lucia : "Ah, kau tidak perlu sekaget itu, aniki. Aku tahu tentang pemikiran Hisoka. Dia pasti akan menggunakan cara ini supaya bisa bertemu Lucilfer. Meskipun sekarang wajahmu itu adalah Hisoka. Tapi kalian sungguh tampak berbeda. Tenang saja, hanya aku saja yang tahu tentang hal ini. Sekarang Hisoka pasti sedang menuju ke tempat Kurapika berada. Ngomong-ngomong, aniki kau tidak bisa membuat satu boneka tiruan lagi?"

Illumi tersenyum licik.

Illumi : "Kau selalu di luar dugaanku, Luci."

Lucia : "Hahaha... Tentu saja. Jadi?"

Illumi : "Tidak bisa."

Lucia : "Begitu ya? Sayang sekali. Ya, tidak masalah sih."

Tiba-tiba Lucia teringat sesuatu. Dia memberikan bungkusan kue itu kepada Illumi dan mencari sesuatu di dalam tasnya, lalu tersenyum lebar saat telah menemukan yang dia cari.

Lucia menunjukkan sebuah botol kosong berukuran 100 cc di hadapan Illumi. Illumi menatap botol kosong itu lalu menatap ke arah Lucia yang tersenyum lebar.

Lucia : Kau tahu maksudku, kan? Hihi..

Illumi : . . . . .

Lucia tersenyum senang saat melihat sebuah botol yang sudah terisi penuh dengan darah Illumi. Matanya berbinar-binar. Dia menulis nama Illumi dengan spidol di botol tersebut sebagai tanda. Lalu setelah itu, dia melihat ke sekelilingnya dengan sesakma.

Lucia : (Waktu kepergian Pakunoda sudah cukup lama berlalu. Jika aku keluar dari sini sekarang, aku rasa tidak masalah.)

Melihat ada kesempatan, tanpa berpamitan kepada yang lainnya, tiba-tiba Lucia sudah menghilang bagaikan debu tertiup angin. Illumi hanya tersenyum lebar.

-Bersambung-