webnovel

Perasaan Vincent

Vincent berbaring di dalam kamarnya sambil menatap gantungan kunci yang dipegangnya kearah langit kamar. Warna lumba-lumba di tangannya bewarna abu-abu; warna yang netral untuk tubuh ikan mamalia tersebut; warna yang dikiranya adalah warna kesukaan Cathy.

'Kau menyukai warna abu-abu?' sebenarnya saat dia menanyakannya tadi, Vincent sama sekali tidak memperhatikan apakah perempuan itu mengambil warna abu-abu atau tidak, karena dia merasa yakin gadis itu pasti memilih warna abu-abu. Jadi dia bertanya hanya ingin mendengarnya langsung dari gadis itu tanpa melihat tangannya.

Dan saat pandangan gadis itu melirik ke arah gantungan kunci yang diambilnya dia juga ikut melirik sekilas ke arah lumba-lumba berwarna dan barulah dia sadar, gadis itu telah mengambil yang warna biru.

Dia hendak berbicara untuk menukarnya sesuai dengan kesukaan gadis itu. Tapi kalimat yang ingin diucapkannya tertelan kembali begitu mendengar kalimat gadis itu yang berikutnya.

'Aku memilihnya karena warnanya cocok denganku.'

Cocok dengannya? Menurutnya warna yang cocok untuk Cathy bukanlah warna abu-abu. Dia tidak tahu warna apa yang cocok dengan gadis itu, tapi yang pasti bukan abu-abu.

Tidak. Bukan ini masalah yang dipikirkannya. Masalah sebenarnya adalah gadis itu berkata dengan yakin seolah-olah dia memang mengambil warna abu-abu padahal sebenarnya warna birulah yang diambil.

Atau apakah mungkin warna abu-abu dan biru sulit dibedakan? Tidak. Warna keduanya sangat berbeda dan mata manapun pasti bisa membedakannya.

Ini berarti... Cathy memiliki kelainan... tidak bisa membedakan warna. Catherine West adalah seorang buta warna. Bagaimana bisa? Dia ingat data yang diterimanya saat itu menunjukkan bahwa Catherine sehat dan tidak mengidap kelainan apapun. Lalu bagaimana mungkin Cathy bisa menjadi buta warna? Apakah adik-adiknya tahu bahwa kakak sulung mereka buta warna?

'Kakak aneh sekali. Kalau model tas kami berbeda kakak tidak pernah lupa. Sekarang hanya warna yang berbeda kakak sering lupa.'

Apakah ini berarti selama ini Cathy menyembunyikan kelainannya pada keluarganya? Kenapa?

Jika memang gadis itu buta warna dan tidak ada yang mengetahuinya, berarti gadis itu sangat cerdik dalam menyembunyikan sesuatu.

Dia teringat kejadian tadi siang saat seseorang meminta bantuan Cathy untuk mengambil sesuatu di tas bewarna kuning. Perempuan itu tidak langsung menyentuh tas yang jelas-jelas hanya ada satu yang bewarna kuning; tapi malah menanyakan sesuatu yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan permintaan rekannya.

Tadinya dia tidak berpikiran aneh-aneh dan menganggapnya angin lalu. Dia bahkan sempat merasa cemburu karena Cathy mengidolakan seorang pria lain.

Rupanya, pertanyaan itu hanyalah idenya untuk menemukan tas bewarna kuning tanpa membongkar kelainannya.

Vincent menghela napas dan menjatuhkan sebelah tangan yang dari tadi memegang kunci kearah atas. Dia tahu gadis itu sangat pintar, tapi dia tidak pernah menyangka gadis itu jauh lebih cerdik dari perkiraannya.

Ia bangkit berdiri dan melihat hasil potretannya pada kamera digitalnya. Dia memang tidak terlalu suka memakai kamera digital, tapi khusus hari ini.. khusus di pantai tadi, dia sengaja menggunakan kamera tersebut agar bisa mengambil gambar yang dia inginkan dengan cepat.

Seperti yang diharapkannya, dia bisa mencuri gambar gadis itu saat gadis itu tersenyum tanpa ketahuan. Gadis itu hanya menunjukkan senyuman tulusnya saat melihat adik-adiknya tertawa. Tidak ada satupun yang bisa membuatnya tersenyum seperti tadi selain ketiga adiknya.

Vincent mengelus layar kameranya dengan ibu jarinya. Lebih tepatnya ibu jarinya sedang mengelus gambar wajah Cathy yang sedang tersenyum lebar dari posisi samping.

"Padahal senyumanmu cantik seperti ini." desahnya dengan berat. "Apa tidak ada cara membuatmu tersenyum melalui keindahan dunia?"

Vincent melihat foto lain yang tersimpan di kameranya. Dia melihat momen dimana Cathy tertawa bersama rekan kerjanya ketika bertanding voli; atau saat Cathy memeluk adik-adiknya dengan tawa yang lebar; hampir semua senyuman dan tawa Cathy hanya ditujukan untuk adik-adiknya.

Sekali lagi Vincent mendesah dengan berat kemudian terdapat bayangan didalam pikirannya. Dia merasa ada ingatan lama yang terkubur tiba-tiba terkuak saat melihat wajah gadis itu.

Dia memperbesar layar menunjukkan wajah Cathy dari posisi samping dengan rambut bewarna merah. Sepengetahuannya warna rambut Cathy coklat terang.. tapi kenapa berubah menjadi merah di kameranya? Bukan.. rambutnya memang masih terlihat coklat, tapi coklat yang ini lebih condong ke arah merah.. warna rambut seperti ini merupakan ciri khas seorang Paxton. Hanya keluarga Paxton yang memiliki warna rambut coklat kemerahan seperti ini.

Selain itu, jika dilihat dari samping.. wajah Cathy tampak tidak asing dalam ingatannya. Siapa? Siapa wanita yang mirip dengan Cathy?

Vincent memejamkan kedua matanya sambil berusaha menggali ingatannya. Ada sebuah rumah besar dengan pagar besi tinggi menjulang serta hiasan dua ekor singa besar yang menghiasi gerbang utama rumah tersebut.

Kemudian muncul punggung seorang wanita berambut coklat kemerahan berdiri di sebuah halaman rumah besar.

Benar. Wanita itu.. wanita yang sangat ditakutinya namun juga dihormatinya... Wanita itu adalah...

Kring! Kring! Telepon kamarnya tiba-tiba berbunyi menghapuskan gambaran di ingatannya.

"Halo.. Ah, kalian tidak perlu repot-repot.... baiklah aku akan kesana. Rekanku? Dia sudah pulang kemarin lusa bersamaan dengan para tamu... Baik. Sampai ketemu nanti."

Setelah menutup kembali telepon kamar, Vincent kembali melirik ke arah kamera yang masih dibawanya.

Dia bertanya-tanya apakah mungkin ada suatu hubungan antara Catherine dengan wanita itu? Apakah mungkin Catherine adalah putri dari wanita itu? Tidak. Wanita itu tidak pernah menikah seumur hidupnya.

Atau apakah mungkin Cathy adalah wanita itu?

"Tidak mungkin." jawabnya terhadap pikirannya sendiri. "Catherine bukan wanita itu. Wanita itu sudah tiada dan Catherine masih berusia dua puluh lima. Benar. Tidak mungkin. Lagipula, Catherine sama sekali bukan berasal dari keluarga Paxton." ucapnya dengan yakin sebelum mematikan kameranya.

Sekali lagi Vincent berbaring dan kembali pada pemikirannya semula. Dia mengingat kembali saat pertama kali dia melihat Cathy di Green Park bersama keempat adiknya.

Vincent adalah orang yang menyayangi keluarganya. Dia bersikap hangat dan lembut bahkan kadang jahil atau nakal hanya terhadap keluarganya dan teman-teman terdekatnya. Tapi dia akan bersikap biasa dan normal saat berhadapan dengan orang yang tak dikenalnya. Ada juga yang mendekatinya dengan maksud tertentu, terhadap orang seperti ini sikapnya akan menjadi dingin dan memandangnya sebagai musuh.

Kepribadiannya yang sekarang terbentuk saat dia menyaksikan sendiri bagaimana seseorang dengan tega dan kejam menyakiti keluarga kandungnya sendiri. Benar. Paxton.. gara-gara mereka, hatinya menjadi tertutup dan selalu bersikap waspada tiap kali bertemu dengan orang asing.

Bahkan dia akan memasang sikap memusuhi saat ada orang yang mendekati keluarganya dengan mencurigakan. Karena itu dia sempat memusuhi Catherine begitu tahu gadis itu memanfaatkan sahabatnya.

Sejak hatinya tertutup, dia memutuskan untuk tidak mudah membuka diri terhadap orang asing dan membentuk timnya sendiri. Anggota timnya merupakan orang-orang pilihannya yang sudah dipercayainya sepenuhnya. Dengan bantuan timnya, dia bisa melindungi orang-orang disayangi dari mereka... dari Paxton yang serakah dan kejam.

Semenjak itu sangat jarang orang yang bisa menyentuh hatinya. Tidak ada yang berhasil membuatnya ingin berteman dengan seseorang. Jika dia memutuskan tidak ingin berteman dengan seseorang, maka tidak akan ada siapapun yang bisa membujuknya untuk berteman dengan orang tersebut.

Selama ini dialah yang memulai pertemanannya. Seperti Frank dan anggota timnya. Jika dia tertarik pada bakat seseorang, dia akan mendekati mereka dan memperlakukan mereka seperti keluarga. Disaat bersamaan dia akan menguji mereka apakah mereka bisa dipercayai atau tidak. Jika lulus dari ujiannya, dia akan menawarkan mereka untuk bergabung dengannya. Tapi kalau gagal dan orang tersebut berencana mengkhianatinya, maka Vincent tidak akan berhubungan dengannya lagi.

Hari itu adalah yang pertama kalinya. Dia melihat seorang perempuan yang menatap ketiga adiknya dengan penuh kasih membuat hatinya tersentuh. Dan saat melihat dengan matanya sendiri West bersaudara saling menunjukkan rasa sayangnya dengan ciuman pipi tanpa rasa malu; membuatnya tersenyum dengan tulus. Sangat jarang ditemui orang dewasa mencium saudarinya di tempat umum.

Sejak saat itu, Vincent tidak pernah berhenti merasa penasaran dengan perempuan bernama Catherine West. Rasa penasarannya semakin membesar saat mendengar tindakan-tindakan cerdik gadis itu sewaktu menyelesaikan masalah.

Tanpa disadarinya dia menganggap gadis itu adalah gadis tercantik yang pernah ia temui. Tanpa disadarinya sikapnya berubah saat bertemu dengan gadis itu. Tanpa disadarinya matanya selalu mencari dan mengikuti punggung gadis itu.

Karenanya dia selalu mengikuti Cathy kemanapun gadis itu pergi. Dia ingin sesering mungkin bersama gadis itu dan mengenalnya lebih dalam.

Tapi siapa sangka... kelemahan Cathy yang begitu sempurna disembunyikannya.. diketahuinya dengan mudah.

Jika seandainya tadi dia langsung menyerahkan lumba-lumba yang bewarna abu-abu, dia tidak akan pernah tahu kalau Cathy memiliki kelainan.

Jika seandainya dia tidak menanyakan soal warna kesukaan, sudah pasti dia tidak akan tahu gadis itu memiliki kelemahan.

Vincent mengambil napas panjang dan mengingat kembali tawa lebar gadis itu di pantai tadi. Setelah memikirkan bagaimana perasaannya yang sebenarnya, akhirnya dia membulatkan keputusannya.

Apakah Vincent tetap menyukai Cathy atau...?

Semoga kalian suka

Jangan lupa untuk vote dan review ya.

Terima kasih

VorstinStorycreators' thoughts
Next chapter