webnovel

My Idiot Mom

Bagaimana perasaanmu saat kau tumbuh besar dan lahir dari seseorang yang kurang sempurna? akankah kau membencinya atau mungkin kau ingin melindunginya? dan tanpa kamu sadari , di setiap keadaan selalu ada cerita dibaliknya.

pearlx_sky · Teen
Not enough ratings
9 Chs

DUA

"Aaak...aaak..."

Terdengar ,Ah suara itu lagi. Suara yang seakan menyodok-sodok gendang telingaku. Setiap hari aku selalu mendengarkan rengekan itu. Suara mirip burung beo, yang tak merdu sama sekali. ah aku muak mendengarnya. Dengan mata sedikit terpejam ,Aku bangun dari ranjangku dan berjalan menujuh ruangannya . Ya, itu kamar ibuku.

"Ada apa?" tanya ku kesal. Dia hanya menunjuk sebuah gelas dan sambil melihat ke sekeliling kamarnya. Aku mengambil gelasnya yang kosong dengan malas dan segera mengisinya kembali dengan air.

"Nih." ucapku sambil mengulurkan ke arahnya. Tapi dia hanya melihat kesekitar tak menghiraukan ku. Hah yang benar saja aku tak punya waktu untuk ini. Aku ini orang sibuk. Pengusaha kaya raya saja masih kalah sibuk denganku.

Aku tarik tangannya dan menggenggamkan gelas itu di tangannya. Aku membantunya meminumkan air putih. Selalu saja seperti ini. Ibuku meminumnya pelan-pelan membuatku kesal melihatnya. Ku palingkan wajahku kea rah jam dinding yang menggantung ditembok.

"sial sudah jam enam." teriak ku kaget. Mataku langsung terbuka penuh tanpa menunggu gelasnya kosong,. Langsung saja ku tarik dia ke kamar mandi, tak peduli kalau dia tersedak air yang belum ditelannya. Aku memandikannya secara cepat. Sial! Tak ada waktu aku pun terpaksa harus mandi bersamanya. Secepat kilat ku buka baju tidurku dan mengguyurkan air keseluruh badan dan rambutku. Dinginya air langsung membuat rasa kantukku hlang.

"Apa liat-liat." ucap ku saat dia duduk di atas kloset sambil menatap tubuh ku terang-terangan.

"Hehehe."dia tertawa , sialan emangnya aku ini tontonan. Tangannya tiba-tiba terulur ke arah tubuhku.

"He ibu mau apa?eh.. Eh.. No no.. Tidak ..tangan tidak boleh."ucapku sambil menggoyangkan jari telunjuku seakan memarahi anak kecil. Dia menatap tanganku, namun tangannya masih menjulur kea rah tubuhku.

Cup...

"Aaaaaaaahhhhh." aku berteriak kaget dan berlari keluar kamar mandi dengan keadaan masih telanjang. Yang benar saja dia memegang... memegang... Dadaku.. Jangan-jangan ibuku...

"Brrrr..." tidak. Tidak mungkin ibuku lesbi Dia itu cuman idiot. I-di-ot. Tenang kan dirimu Berlian. Aku mengusap dadaku agar lebih tenang.

"Huuaaa..." aku meloncat kaget tiba-tiba saja dia disebelahku sambil senyum ala pasta gigi seakan tak terjadi apa-apa.

"Haaa... Ibu.." kalau sudah senyum muka bodoh seperti itu entah mengapa aku selalu tak bisa marah dengannya.

------

"Apa kalian liat-liat." ucapku ke arah gerombolan orang yang nongkrong dipinggir jalan. Ingin ku congkel mata mereka, agar tak menatap aku dan ibuku seperti itu setiap kali kita melewati jalan ini. Sungguh manusia-manusia smpah yang tak berguna.Dari pada waktu digunakan untuk nongkrong di pinggir jalan , seharusnya mereka sekolah saja atau cari kerja, bukannya jadi sampah yang merusak pemandangan.

"Cantik-cantik kok ibunya idiot neng?" goda salah satu dari mereka. Ck, Aku hanya tersenyum dan melihat ke arah bawah. Tanpa melepas gandengan tanganku di tangan ibu ,aku mengambil beberapa kerikil dan melemparkan satu persatu ke arah mereka.

Taak.. Taaak..taak..

"Aaaww ..." teriak mereka bersamaan.

"Pergilah kau setan." ucap ku sambil tetap memungut kerikil dan melemparkan ke arah mereka. Mereka berlari berhamburan. Tanpa sepata kata pun. Ah seharusnya aku memungut batu lebih besar lagi agar tepat melukai kepala tak berharga mereka. Setelah puas melihat mereka lari kesakitan, aku pun menoleh pada ibuku.

"Tenang aja Bu. Mereka itu lebih idiot dari ibu. Bahkan mereka gak punya otak. Ayo bu." Aku menarik ibuku jalan ke arah warung seberang sekolah. Sebuah warung kecil yang menjual camilan dan beberapa bahan kebutuhan rumah. Warung milik Bu As yang sudah lama di kenal oleh nenekku . hanya beliau orang yang aku percaya menjaga ibuku.

"Ibu, Berlian sekolah dulu. Ibu duduk sini ya, gak boleh kemana-mana. Ngerti? jangan ngrepotin bu As ya." ibuku mengangguk sambil menoleh ke kanan dan ke kiri seperti biasa.

"Bu As titip ibu saya ya bu. Maaf tiap hari ngerepotin." Ucapku tak enak pada Bu As.

"Gak apa-apa neng. Sudah neng masuk sudah mau bel." Bu As menjawabku dengan penuh senyum. Beliau memang orang yang baik, ia selalu membantuku menjaga ibu, padahal aku tak perna bisa memberikan beliau upah maupun yang lainnya. Bisa dibilang Bu As menjaga ibu dengan Cuma-Cuma.

"Iya Bu. Kalau ibu saya jajan dicatat aja ya nanti saya bayar." Ibu As mengangguk sambil menata dagangannya.

"Bye buk.." aku melambaikan tanganku , merasa khawatir dan senang bersamaan. Senang karena bisa terbebas beberapa jam dari ibuku, dan khawatir karena dia bakal jauh dari pandanganku.

"Bye..bye.." ibu ku melambaikan tangannya ala miss Yuni vers. Aku tertawa kecil. Dan menyebrang ke sekolah. Sekolah sudah mulai banyak siswa yang masuk. Karna jam sudah menunjuan bukul tujuh lebih seperempat. Aku mempercepat langkahku agar tak terlambat.

"Wooii Berlian. Lo udah ngerjain pr belum?" tanya seorang cowok sambil merangkul bahuku.

"Udah dong Jon." Namanya Jono. Teman kriminalku. Haha bisa dibilang aku siswi yang nakal disekolah. Dan Jono ini patnerku. Jono dia tahu segalanya tentangku. Bahkan meskipun ibu ku tak normal seperti ibu-ibu lain dia tak pernah mempersalahkannya. Tak seperti siswa-siswa lain yang menggunjingku tiap aku menggandeng ibu idotku.

Aku menoleh ke arah belakang untuk melihat ibu ku sebelum masuk ke gerbang. Meskipun dia sangat menyebalkan. Dia adalah segalanya dan satu-satunya orang yang aku punya di dunia ini. Meskipun dia membebaniku dia tetaplah ibuku. Wanita yang melahirkanku kedunia ini.

Tbc