webnovel

Rindu

Tiga tahun kemudian,

Banyak perubahan terjadi di keluarga Mahesa sejak menghilangnya Yana dan terbongkarnya jatidiri Galih. Hubungan Sekar dan Galih mulai membaik meski belum seratus persen. Galih mulai putus asa mencari keberadaan Yana yang hilang bak ditelan bumi meski semua tempat sudah ia datangi. Ardan dan Sekar pun akhirnya memberi restu jika Galih akhirnya bisa menemukan dan membawa Yana pulang. Dua tahun yang lalu Galih melanjutkan kuliahnya ke Berlin sekalian untuk melupakan Yana.

Daniel dan Jessy akhirnya dikaruniai anak kembar Jadden dan Jemima. Ardan sangat over protektif menjaga dua cucunya dan terkadang bersikap lebay jika Daniel pulang kerja langsung ingin menggendong si kembar tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Ardan pun memaksa mereka tinggal di rumah yang sama dengan alasan tidak ada pengasuh yang bisa dipercaya menjaga cucunya. Kondisi kesehatan Daniel masih dalam tahap pemulihan paska operasi jantung setahun yang lalu.

Awalnya Daniel menolak operasi karena anak-anaknya masih bayi, Daniel takut nyawanya tidak bisa ditolong sedangkan dua anaknya masih butuh kasih sayangnya. Bujukan Jessy tidak sedikitpun membuat Daniel luluh dan akhirnya Jessy menceritakan semuanya ke Ardan dan Sekar. Reaksi pertama Ardan setelah mendengar cerita Jessy adalah menarik Daniel ke rumah sakit. Tidak ada bantahan atau penolakan Daniel saat Ardan dan Sekar memaksa Daniel melakukan operasi.

Alleia mulai tumbuh menjadi wanita dewasa, hubungannya dengan Galang masih jalan di tempat. Alleia pun akhirnya tahu tentang dirinya bukan anak kandung Ardan. Ardan sendiri yang memberitahunya agar tidak ada lagi rahasia di antara mereka. Awalnya Alleia marah dan merasa dibohongi, menangis berhari-hari karena merasa tidak akan disayang ayahnya lagi tapi Ardan sampai kapanpun akan tetap menganggap Alleia anak kandungnya. Anak kesayangannya dan akan selalu seperti itu. Perlahan-lahan Alleia mulai menerima dan semakin manja walau umurnya tidak lagi muda.

Galang pun tidak pernah bermimpi hubungannya dengan Alleia bisa berakhir di pelaminan. Jarak di antara mereka begitu besar dan Galang perlahan demi perlahan menjaga jarak agar Alleia tidak semakin tergantung padanya dan akhirnya hubungan mereka berakhir dua tahun yang lalu. Galang yang mengakhiri hubungan mereka dan sejak itu Alleia tidak pernah menyapa dan mengacuhkan Galang.

Arjuna, Nimas, dan Bintang akhirnya memutuskan untuk pensiun dan pindah ke Bandung meski awalnya Ardan tidak mengizinkan. Ardan sangat tergantung dan masih membutuhkan Arjuna di sampingnya. Arjuna akhirnya menjelaskan kalau ia sudah mulai tua dan sudah waktunya untuk beristirahat. Apalagi Ardan akhirnya bisa memiliki kembali seluruh harta keluarga Mahesa setelah Ibu Marinka meninggal dengan cara tragis.

Setiap pagi mereka selalu menghabiskan waktu dengan berkumpul di meja makan. Membahas kegiatan masing-masing atau untuk sekedar menunjukkan wajah. Meski masih terasa kurang tanpa kehadiran Galih dan Yana.

"Kakak kapan pulang?" tanya Alleia manja. Tangannya masih memegang ponsel yang menunjukkan wajah Galih di layar ponselnya.

"Kamu kangen?"

"Ho oh, kak Daniel nggak asyik kak. Sibuk di kamar mulu sama kak Jessy. Ayah dan Ibu sibuk ngurus cucu dan melupakan anak gadisnya yang cantik ini,"

Alleia memeletkan lidahnya ke arah Daniel dan Jessy yang mulai merona setiap Alleia menggodanya. Ardan dan Sekar hanya bisa tertawa melihat tingkah anak-anak mereka yang terkadang bikin sakit kepala.

"Hahaha makanya jangan jomblo mulu,"

"Kakak juga jomblo! Hih"

Galih menarik tangan gadis berambut pirang dan menunjukkannya ke Alleia.

"Kakak sudah nggak jomblo lagi. Ini Michel pacar baru kakak,"

Alleia mengamati wajah Galih yang terlihat biasa. Tidak ada aura orang yang sedang jatuh cinta dan Alleia yakin Michel hanya dijadikan tempat pelarian.

"Hmmm bagus deh,"

"Ibu mana?"

Alleia menyerahkan ponselnya ke Sekar dan wajah Sekar langsung berbinar saat bicara dengan Galih meski melalui skype. Sekar dan Galih saling melepas rindu dengan bercerita kegiatan masing-masing.

"Ibu harap kamu cepat pulang,"

"Aku akan pulang Bu,"

"Jaga kesehatan dan jangan lupa makan. Ibu merindukan kamu dan sangat mencintai kamu,"

"Aku juga,"

Komunikasi mereka akhirnya berakhir dan Sekar menyerahkan ponsel Alleia ke pemiliknya.

"Ibu merindukan Galih dan Ayana," desah Sekar dengan suara berat.

Ardan pun ikut membuang napasnya dan sudah mengerahkan seluruh tenaganya mencari Yana tapi Yana hilang seperti ditelan bumi. Kini hanya menunggu keajaiban Yana kembali sendiri ke rumah ini.

"Kak Galih belum move on dan bule tadi hanya kamuflase untuk menyenangkan kita semua. Kak Ayana sembunyi di mana ya?" Alleia memotong rotinya dan saat hendak memasukkan potongan roti ke dalam mulutnya tiba-tiba Galang muncul dan selera makannya langsung hilang.

"Aku ke kamar dulu,"

"Loh sarapannya ..."

"Nafsu makan aku hilang Bu," sindir Alleia. Galang acuh dan menyerahkan sebuah amplop yang dipesan Ardan.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Ardan ke Galang.

"Nanti saja Tuan," jawab Galang.

Daniel lalu mencium pucuk kepala Jessy dan dua anaknya, dan meminta Galang mengantarnya ke kantor. Sejak operasi Daniel dilarang nyetir mobil dan berhubung Alleia tidak ingin Galang menjadi pengawalnya akhirnya Daniel menjadikan Galang sebagai supir dan asisten pribadinya.

Setelah tiga tahun akhirnya Yana menginjakkan kakinya lagi ke rumah ini keluarga Mahesa meski Yana belum berani mengetuk pintu untuk bertemu dengan orangtuanya. Yana masih kagum melihat rumah ini sedikitpun tidak berubah dibandingkan saat Yana masih tinggal di sini. Pohon-pohon rindang masih berdiri dengan kokoh di taman yang luas. Rumah yang jauh lebih besar dari panti asuhan tempat Yana bersembunyi selama tiga tahun ini.

"Apa kabar Ayah, Ibu, dan adik-adikku. Aku harap kalian semua baik-baik saja dan aku sangat merindukan kalian," ujar Yana pelan. Yana menghapus airmatanya dan hendak kembali ke kantornya.

Daniel yang ingin masuk ke dalam mobil tanpa sengaja melihat sosok yang selama ini mereka cari sedang bersembunyi di balik mobil yang terparkir.

"Kak Yana?" panggilan dari Daniel membuat Yana langsung bergegas meninggalkan rumah keluarga Mahesa. Yana takut kemunculannya akan membuat keributan lagi.

"Kak tunggu!" teriak Daniel. Yana tetap berlari dan tidak ingin bertemu Daniel dalam kondisi seperti ini. Daniel tidak patah semangat dan tetap mengejar Yana. Kebahagiaan dan keutuhan keluarga Mahesa kini di tangan Yana.

"Kak," Daniel akhirnya berhasil mengejar Yana dan menahan kepergiannya. Yana meronta dan mencoba melepaskan pegangan Daniel di tangannya.

"Lepas ... kakak nggak bisa kembali," ujar Yana dengan wajah penuh harap.

"Mereka sangat merindukan kakak. Kami sudah mencari kakak ke semua tempat tapi hasilnya nihil. Bahkan Galih memutuskan ke Berlin untuk melupakan kakak, dia hancur saat itu dan semua kebahagiaan keluarga Mahesa ada di tangan kakak," kata-kata Daniel menyayat hati Yana.

Yana mulai melunak dan menatap Daniel dengan mata sendunya.

"Kakak bisa apa? Kakak penyebab kegemparan di rumah, kakak ..." Yana menundukkan kepalanya dan meneteskan airmata.

"Pulanglah kak, kami tahu kalau kakak pun cinta sama Galih. Ayah dan Ibu sudah merestui andai kakak dan Galih memutuskan untuk bersama," ujar Daniel. Yana mengangkat wajahnya dan Daniel bisa melihat binar-binar kebahagiaan dari wajah Yana.

"Benarkah?" tanya Yana. Daniel mengangguk dan menarik tangan Yana untuk masuk ke dalam rumah. Kaki Yana terasa berat untuk menginjakkan kaki di rumah yang sudah ia tinggalkan selama tiga tahun ini. Rumah yang punya banyak kenangan baik dan juga buruk. Rumah di mana ia untuk pertama kalinya jatuh cinta.

Yana mengedarkan matanya dan tidak melihat perubahan sedikitpun di dalam rumah. Semuanya tersusun rapi seperti dulu, bahkan foto-fotonya masih ada dan terpajang di dinding.

"Ayah, Ibu, Jessy, dan Alleia lihat siapa yang datang," teriak Daniel dengan antusias. Jantung Yana berdetak hebat dan takut reaksi keluarga tidak sama seperti reaksi Daniel.

Ardan dan Sekar keluar dari kamar anak-anak dan langsung shock melihat Yana sedang berdiri di depan mereka.

"Ya Tuhan Ayana!" Ardan dan Sekar serentak memanggil nama Yana dan mereka langsung memeluk Yana. Mereka saling menangis dan melepas rindu. Yana berulang kali minta maaf atas semua kesalahannya.

"Ayah dan Ibu yang seharusnya minta maaf, kami terlalu egois dan melupakan apa yang kalian rasakan," ujar Sekar dengan suara serak.

"Kakakkkkkk," Alleia berlari dari atas dan ikut memeluk Yana, "Kakak ke mana saja? Kak Galih pergi kak dan tadi katanya dia sudah punya pacar bule," sambung Alleia dengan jujur.

"Alleia!" Daniel menjewer telinga Alleia setelah melihat raut muka Yana berubah setelah mendengar Galih punya kekasih.

"Benarkah? Kakak senang mendengarnya," balas Yana. Semua orang langsung diam dan melihat senyum Yana sangat dipaksakan.

"Aku mau kakak malam ini tidur di kamar aku," ujar Alleia sambil memegang tangan Yana.

"Kakak nggak bisa,"

"Loh kenapa? Ini rumah kamu dan kamu wajib tinggal di sini," ujar Ardan.

"Aku ..."

"Walau pun kalian tidak bersama tapi kamu tetap anak Ayah dan Ibu. Kamu mau lihat Ayah dan Ibu sedih melihat anak gadisnya tinggal di luar sana sedangkan rumah ini cukup besar untuk kamu tinggali," wajah Ardan sangat sendu dan Yana tidak tega menolak keinginan Ardan.

"Baiklah," akhirnya Yana setuju lagipula Galih tidak ada dan ia tidak perlu takut harus bertemu Galih.

"Yeayyyy akhirnya kita berkumpul!" teriak Alleia dengan girang.

Yana menarik selimut yang ditendang Alleia tadi. Yana tersenyum dan merapikan anak rambut Alleia yang berserakan di wajahnya. Yana lau turun dari ranjang dan keluar untuk mengambil minum.

Malam semakin larut dan semua penghuni sudah tertidur di kamar masing-masing. Yana lalu ke dapur dan menuangkan air ke dalam gelas lalu meminumnya. Setelah itu Yana ingin kembali ke kamarnya dan tentu harus melewati kamar Galih.

Rasa penasaran dan juga rindu membuat Yana membuka pintu kamar Galih dan menghidupkan lampunya. Foto-foto Galih semakin membuat Yana semakin merindukan Galih. Yana lalu menutup pintu dan membuka lemari baju Galih. Yana lalu mengambil baju yang dulu sering dipakai Galih dan mencium aroma tubuh Galih.

"Aku sangat merindukan kamu," gumam Yana dalam hati. Yana lalu memakai baju Galih dan berbaring di ranjang untuk melepas rasa rindu yang mulai menyesakkan dadanya.

Next chapter