webnovel

Moon Eclipse

Clara : Gadis biasa yang terjebak didunia berbeda, memiliki sifat pemberani, pintar dan melakukan apapun yang dia suka. Alveno : Pangeran kerajaan Orion yang tampan dan disukai rakyatnya. Sayangnya ia bersifat songong, pemarah dan terlalu percyaya diri. Pada gerhana bulan di malam yang penuh bintang seorang perempuan berjalan ditengah kebisingan kota. Dengan air mata yang terus menetes, dan keadaan yang tidak baik sama sekali setelah kesedihan yang menimpanya. Sebuah kecelakaan terjadi dan membuatnya menatap gerhana bulan total saat menutup mata. Saat ia terbangun, ia sudah berada disebuah dinasti berbeda, zaman yang berbeda dengan zaman yang sebelumnya.

ghkamilah · Fantasy
Not enough ratings
153 Chs

11

Clara menggenggam tangannya yang diperban, ia merasa gugup untuk masuk ke arena pedang nanti.

"Huft... Semua akan baik-baik saja Clara" Batinnya

Mereka semua sudah kembali didalam ruangan yang penuh dengan alat alat persiapan itu. Jika tadi mereka harus memilih panah maka sekarang mereka akan memilih pedang. Clara melirik pedang yang berkilauan diatas meja dengan motif pegangan yang berbeda-beda itu.

"Ra, kamu gak milih pedang?" tanya Rose yang berhasil membuyarkan hayalan Clara

"Aku akan memakai apapun, semua pedang sama saja kan, hehehe"

Clara mengambil sebuah pedang tanpa memilih, dia kembali duduk disamping Rose menunggu panggilan selanjutnya

"Apa kita semua langsung diadu?" Polos Clara

"Hah? Gak dong ra kita akan dibagi dua terus nanti akan menjadi dua pemenang yang akan kembali bertarung" Jelas Rose

"Terus gimana peraturan mainnya? "

"Kita harus menjatuhkan pedang lawan tanpa melukainya"

"Berarti kita boleh melakukan apapun asalkan tidak melukai lawan? "

"Hmmm seperti itulah kira-kira"

Penjelasan dari Rose sudah cukup lengkap dan memberikan petunjuk yang jelas untuk Clara, pikirannya sekarang hanya mengenai siapa yang akan lebih dahulu tampil.

"Rose dan putri Brienna"

Seketika perasaan tegang dan lega menghampiri Clara, entah itu senang karena bukan dia yang pertama dan tegang ketika Rose harus bertarung dengan Brienna yang menurutnya ganas itu.

"Semangat Rose! " Ucap Clara sambil mengacungkan kepalan tangannya.

Kedua wanita yang dipanggil itu pun segera memasuki lapangan sedangkan Clara dan Bianca tersenyum kikuk satu sama lain karena sudah pasti mereka akan menjadi musuh dilapangan nanti. Mereka berdua juga tidak bisa melihat bagaimana proses pertandingan Brienna dan rose diluar sana.

"Bianca, aku dengar kau punya seorang saudara yang bernama pangeran Charlos? "

"Oh iya dia anak pertama dan aku kedua. Seumuran dengan pangeran alveyno"

"Berarti dia sudah menjadi raja? "

"Belum karena ayahku masih memegang. pangeran Alveno harus cepat diangkat menjadi raja karena permintaan rakyat"

"Rakyat? "

"Yah... Aku dengar rakyat merasa posisi raja sudah terlalu lama ksong semenjak meninggalnya raja" Jelas Bianca

Clara mengangguk paham sampai seketika suara dentingan pedang terdengar berkali-kali dan terus menerus yang membuat mereka fokus mendengarkan di sela sorakan yang tak kalah kuatnya

Setelah mendengar dengan rasa penasaran dan khawatirnya sorakan yang lebih keras dari biasanya pun terdengar sebagai akhir adu pedang antara Brienna dan rose.

Kedua orang yang baru saja bertarung  itupun kembali ke tempat Clara berada dan dapat dilihat ekspresi kekalahan yang ada di wajah Rose dan kemenangan di wajah Brienna.

"Apa kau baik-baik saja? "

"Iya tenang aja, kau akan dipanggil semangat yah" Ucap Rose

Clara mengangguk dan menunggu namanya dipanggil bersama Bianca.

"Putri Bianca dan Clara" Panggilan dari luar

Otomatis Clara mempererat genggaman nya pada pedang, rasa gugupnya sudah hilang dan digantikan dengan rasa keberanian yang meluap-luap. Ia berjalan keluar dengan pikiran yang bahkan tak lagi mengingat pergelangannya yang masih di perban.

Mereka sudah sama-sama ada di lapangan dengan tatapan beribu mata yang menuju arah mereka. Laki laki tua yang akan menjadi pengontrol pertandingan kembali memberikan instruksi.

"Masing-masing dari kalian harus berusaha menjatuhkan pedang lawan tanpa membuatnya terluka sampai berdarah. Kalian boleh menyerang fisik seperti menjegal, memukul atau pun yang lain selama tidak membuat lawan terluka parah. Jika salah satunya melukai dengan pedang makan akan langsung di diswakifikasi. " Terang si pembawa instruksi.

Clara dan bianca sudah saling berhadapan dengan pedang ditangan masing-masing, saat aba-aba dengan tiupan terompet dibunyikan mereka mulai bersiaga dengan kuda-kudanya masing masing.

Suara dentingan pedang kembali terdengar, bianca dan Clara saling menyerang dan menangkis serangan, berusaha menjatuhkan pedang salah satu dari mereka. Karena hanya menggunakan satu pedang Clara memegang pedangnya dengan kedua tangan untuk meminimalisir rasa sakit di pergelangan tangan kanannya.

Clara menggerakkan pedangnya seolah akan menghunus Bianca dan membuat gadis itu terkejut, otomatis Clara tersenyum karena merasa ekspresi Bianca itu lucu.

Dukkk

Saat Clara hampir menjatuhkan pedang Bianca dengan memutarnya tiba-tiba Bianca berputar kebelakang dan menendang lutut Clara dari belakang dan membuat Clara terduduk. Sorakan riuh terjadi tapi pertandingan mereka belum usai karena Clara masih menggenggam pedangnya dengan baik.

"Okey, bisa seperti itu ternyata" Batin Clara

Dengan sigap Clara membalas Bianca dengan senggolan siku ke pinggang nya ketika mereka berputar bertukar tempat alhasil Bianca merasa ngilu dan kesempatan itu diambil Clara untuk menghempaskan pedangnya agar beradu dengan pedang Bianca

Tingghhh

Dentingan terakhir yang keras membuat pedang Bianca jatuh ke tanah. Itu juga menjadi akhir dari adu pedang mereka berdua dengan Clara sebagai pemenang. Sorakan hebohnya rakyat yang menonton kembali terdengar.

"Maaf" Ucap Clara pada Bianca sambil tersenyum

"Ternyata benar kata orang, Clara putri penasehat sam tidak boleh diragukan" Kekeh Bianca

Mereka berdua kembali ke ruang tunggu bersama, disana Rose sudah bertanya-tanya siapa di antara mereka yang menang. Karena Clara dan Bianca datang dengan ekspresi yang sama-sama tertawa.

"Siapa kalian yang menang?"

"Clara" Ucap Bianca

Brienna yang mendengar itu melirik Clara yang sebentar lagi akan adu pedang ganda dengannya. Tak butuh waktu lama kedua orang yang menjadi pemenang dipanggil untuk memasuki arena duel lagi.

Brienna dan Clara segera memasuki lapangan kembali dan Clara bisa merasakan hawa ketegangan disana entah itu dari dirinya atau penonton.

"Penyerahan pedang ganda oleh Pangeran Alveno"

Clara terkejut dengan pendengarannya.

"Pedang ganda? Apa kami bertarung dengan dua pedang?" Batinnya

Suara bisikan yang didominasi dengan kaum hawa terdengar, mereka sedang terkagum-kagum melihat sosok pangeran Alveno yang turun ke lapangan dengan dua buah pedang ditangannya. Aura yang ia tampil kan sekarang memang sangat kuat dengan wajahnya yang memang rupawan. Banyak gadis lain yang sangat ingin menjadi golongan gadis terpilih ketika melihat pangeran Alveno.

Laki-laki itu berdiri diantara Brienna dan Clara pertama ia memberikan sebuah pedang ke putri Brienna, kemudian yang satunya lagi pada Clara. Tanpa sengaja ia melirik balutan luka ditangan Clara yang menerima pedang pemberiannya itu, mata mereka juga sempat bertemu sebelum Alveno kembali beranjak ke tempatnya.

"Baiklah pengunjung semua, pertandingan akhir hari ini akan dimulai, siapa yang akan memegang gelar Gadis tangguh hari ini?!!" sorak pembawa acara

Suara terompet kembali berbunyi dan dua buah pedang sudah digenggang masing masing mereka. Dengan cepat Brienna menghujam serangan pada clara. Beberapa serangan awal berhasil Clara tahan dengan dominan tangan kiri karena tangan kanannya masih sedikit ngilu jika terlalu tegang.

Setelah beberapa kali pergerakan Clara memaksakan tangan kanannya yang ngilu untuk kembali aktif menahan serangan Brienna yang lumayan kuat. Ia kembali menyerang Brienna dengan ke brutalan yang sama.

Bughhhh

Kali ini Brienna menendang Clara dari belakang dan hampir membuat Clara tersungkur jika tidak berhasil mempertahankan keseimbangannya.

"Huh, sudah mulai ternyata" Batin Clara sambil menghembuskan nafasnya ke anak rambut yang menutupi wajahnya

Clara kembali menyerang Brienna namun saat ia memutar pedangnya untuk membuat pedang Brienna yang tersangkut dengan pedangnya jatuh ia malah merasakan sakit yang luar biasa lukanya.

"Akhhh! " Pekik Clara yang berhasil memcuri perhatian semua orang.

Saat memutar pedang tentu saja pergelangan nya akan bergerak lebih luas dan membuka lukanya kembali. Clara bahkan bisa melihat bercak darah yang muncul diperban tangannya. Karena masih mengunci pedang Brienna tiba-tiba perutnya ditendang oleh Brienna dan membuat Clara harus mundur kebelakang.

Karena tidak ada kesempatan dan cara lain lagi Clara kembali kembali menyerang dan memutar pedang Brienna kembali, saat gadis itu terkunci dan wajah mereka berdekatan Clara melakukan jurus dunia modern nya

Bughhhh

Clara menabrakkan keningnya ke wajah Brienna dan membuat gadis itu terkejut. Saat itu Clara langsung menghempaskan kedua pedang Brienna dan akhirnya terjatuh ke tanah.

Sorakan riuh terdengar dengan Clara sebagai pemegang gelar wanita tangguh tapi Clara sama sekali tidak tersenyum melainkan menggenggam tangannya yang sangat sakit.

"Berikan tangan mu" Ucap seseorang secara tiba-tiba sambil langsung menarik tangan Clara.

Ketika melihat orang yang menghampirinya Clara terkejut melihat Alveno sudah menatapnya kembali kemudian membuka perban tangan Clara di tengah lapangan. Aksi itu membuat semua orang terdiam seketika entah itu karena khawatir dengan keadaan Clara atau dengan aksi heroik Alveno.

"Lukamu makin parah, ikut aku" Ucap Alveno sambil menarik tangan Clara yang satunya keluar dari lapangan.

"Baiklah pemenang adu ketangguhan kita kali ini dimenangkan oleh Clara! Putri dari penasehat kerajaan tuan Sam"

Tepuk tangan terdengar dan sisa acara kembali dilanjutkan tanpa Clara di dalamnya.

Setelah ditarik Alveno tadi ia dibawa ke sebuah ruangan yang sepertinya tidak asing bagi Clara. Ini adalah ruangan yang penuh dengan rempah dan tumbuhan herbal tempat Diva belajar.

"Kenapa kita ke sini? "

"Tabib istana harus di dekat ratu dan aku tidak tahu dimana teman tabib mu itu. Lukamu harus diobati lagi, lagian tidak terlalu parah jadi aku bisa mengobatinya" Ucap alveno

Clara duduk di sebuah kursi dan mengamati gerak gerik alveno yang mengambil obatan di sebuah lemari. Setelah menemukan apa yang ia cari ia mendekati Clara dan berjongkok di hadapannya.

Jika orang lain melihat keadaan ini pasti Clara akan dianggap tak sopan karena membuat seorang pangeran lebih rendah dibandingkan dirinya. Tapi Clara memang lupa dia sedang berada di dunia yang seperti istana dalam drama kolosal ini, yang masih ada kerajaannya.

"Pelan dong! " Pekik Clara saat alveno memasang obat herbal ke lukanya

Ekspresi terkejut langsung Alveno pasang seperti biasanya, ia tak pernah biasa dengan ke non-formal an Clara padanya.

"Aku sudah membantumu tapi kau masih kasar padaku? "

"Kasar? Siapa yang kasar?"

"Siapa lagi kalo bukan kau? Kau selalu berbicara bebas dan memanggilku dengan namaku aja"

"Terus? Seharusnya gimana? "

"Kau harus memanggilku dengan sebutan pangeran, menunduk di depanku, bahkan gak biarin aku jongkok di depanmu begini" Omel Alveno sambil memasang perban

"Kalo gak ikhlas yah gak usah"

"Ah sudahlah, dasar otak batu"

Clara menatap Alveno yang memasang perban nya dengan teliti dan cekatan. Padahal baru kemaren Alveno mendiamkan nya.

"Hey, kau sudah menemukan jawaban penjahat kemaren? Sampai sudah tidak mengintrogasi ku lagi? " Akhirnya Clara mengutarakan rasa penasarannya

"Oh... Atau memang tujuan mu ngebantu untuk interogasi lagi? " Lanjutnya

"Awww! Sakit bego! " Maki Clara saat alveno sengaja menekan lukanya yang sudah ter perban

"Kalau aku menjanjikan sesuatu kau mau jujur?" Tanya Alveno dengan wajah yang sangat serius

.

.

.

.

.

.

-beri komentar dan jangan lupa mengundi yah🙏-