12 Pengakuan (1)

Alucard masih berdiri di hadapan Raja Tigreal. Ternyata tidak mudah bertatapan dengan seseorang yang dulu pernah dihormatinya karena semua kenangan buruk itu mulai bermunculan kembali dalam ingatannya. Akhirnya malam ini Alucard bisa bertemu dengannya tanpa harus menunggu lebih lama lagi karena kesibukan sang Raja akhir-akhir ini.

"Kau sudah tumbuh dewasa sekarang, bagaimana keadaanmu?" tanya Raja Tigreal.

"Tidak perlu berbasa-basi lagi. Aku datang bukan untuk membicarakan hal yang remeh," tandas Alucard.

Jelas Raja Tigreal melihat kemarahan yang disembunyikan oleh Alucard. Meskipun pemuda itu tumbuh menjadi seorang yang dingin, tetapi Raja Tigreal mengakui Alucard termasuk hebat dalam pengendalian dirinya.

"Aku mengerti dengan sikapmu. Aku juga tidak akan menyalahkanmu. Tapi biarkan aku membantu setiap masalah yang kauhadapi."

Alucard membuang napas. Dia menatap dingin Raja Tigreal. "Kenapa?" desisnya, "kenapa kau membuat mereka terbunuh? Karena kau, mereka harus mati. Apa dosa yang sudah kuperbuat padamu, Tigreal?!"

"Alucard!" tukas Aaron memperingatkan. Dia tidak bisa berdiam diri mendengar pemuda itu bersikap kurang ajar pada rajanya.

Raja Tigreal menghentikan Aaron yang hendak menyentuh Alucard. "Tidak perlu marah, Aaron. Ini memang salahku. Biarkan dia bicara."

Aaron menurut dan kembali bungkam.

"Tidak pernah sekali pun aku bisa melupakan kejadian itu, waktu di mana orangtuamu rela mengorbankan diri mereka untuk menyelamatkanku. Maaf, karena aku tidak terlalu kuat saat itu. Aku menyesalinya."

"Penyesalanmu tidak ada gunanya. Kau sudah menghancurkan semua harapanku."

Raja Tigreal tak menampik ucapan Alucard karena semua itu memang benar. Dia merasa tidak berdaya sekarang. Dia seperti kembali pada masa lalu yang sempat membuatnya sedih dalam waktu yang lama.

"Aku akan menerima pembalasan dendammu, tetapi tidak sekarang. Kuyakin kau datang tidak hanya untuk mengucapkan hal ini."

"Kau benar," pungkas Alucard. Dia merogoh saku pada mantelnya, mengambil sebuah logam bulat di sana. "Aku datang untuk memenuhi keinginan ayah dan ibuku."

Alucard melempar logam bulat berwarna keemasan itu. Raja Tigreal menangkapnya. Dia terhenyak sesaat ketika melihat benda itu. Logam keemasan itu adalah lambang keluarga Alucard yang pernah dipakai dua orang yang menjadi Mentor di Order of Imperial Knight.

"Beberapa waktu sebelum misi uji coba itu dilakukan, mereka ingin aku memberimu lencana ini. Kau sangat menginginkannya dan ingin menyimpannya. Waktu itu kau tidak bisa mendapatkannya dari orangtuaku karena lencana itu tidak bisa diberikan pada orang lain begitu saja," papar Alucard menyingkap sebuah fakta di masa lalu yang tidak diketahui oleh Raja Tigreal sendiri.

"Lalu kenapa akhirnya mereka mau menyerahkan ini padaku?"

"Karena mereka memercayaimu. Bagi mereka kau pantas menyimpannya," kata Alucard masih tetap dengan nada dinginnya.

Raja Tigreal tak bisa berkata-kata. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini.

"Aku menghormatimu karena kau adalah kebanggaan orangtuaku. Mereka selalu optimis kau akan bisa mereka andalkan suatu saat nanti. Kau akan menjadi ksatria pelindung paling kuat yang pernah ada dan bahkan bisa menjadi seorang Raja. Tapi karena tindakan bodohmu itu, mereka harus tewas di tangan para iblis,"

"Alucard—"

"Aku tidak akan pernah melupakannya, Tigreal!" sahut Alucard tak ingin memberi kesempatan bagi Raja Tigreal untuk bicara. "Aku masih ingat kau hanya terdiam saat melihat mereka disergap. Kau pernah bilang padaku, sesakit apa pun kau, kau tidak akan membiarkan seseorang menyakitiku dan dua orang yang sudah mengajarimu banyak hal. Kau melupakan janjimu padaku! Aku bahkan tidak ingin memanggilmu Raja. Mereka selalu mengharapkanmu untuk menjadi pelindung bagiku, tapi bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Kau bahkan tidak mampu melindungi ayah dan ibuku, bagaimana kau mampu melindungiku?!"

Alucard menumpahkan segala beban dan rasa sakit hati yang selama ini dipendamnya. Seperti sebuah bendungan yang tak mampu menahan bebannya, air itu meluap dengan hebatnya.

Aaron mulai memahami situasi ini. Dia tak menyangka pemuda itu pernah mengalami kejadian buruk di masa lalunya.

Raja Tigreal tak membantah. Dia masih memberikan waktu untuk Alucard menyampaikan semua yang ingin dia ucapkan.

"Bahkan kau tidak pernah mencariku saat aku disiksa di luar sana. Kau hanya peduli pada dirimu sendiri," desis Alucard.

"Aku mencarimu! Tapi—"

"Kau masih berani mengucapkan kata Tapi?Mungkin aku akan membuat perhitungan pribadi padamu nanti. Sebelum itu aku ingin mengungkapkan satu hal lagi padamu," kata Alucard lagi. Dia berusaha menahan keinginannya untuk melayangkan pukulan pada Raja Tigreal sebagai sedikit balasan atas penderitaannya selama ini.

"Katakan."

"Selain memenuhi permintaan orangtuaku, aku datang ke sini untuk sebuah misi."

"Misi? Jadi yang dituduhkan Zilong padamu itu memang benar?" sahut Aaron.

Raja Tigreal mengerutkan kening. "Ada sesuatu yang tidak kuketahui, Aaron?"

Sebelum Aaron sempat menjawab, Alucard sudah lebih dulu menyahut. "Aku dan Dragon Knight berduel. Dia salah sangka padaku. Dia mengira aku datang ke tanah ini dengan niat buruk tetapi itu tidak benar."

"Jelaskan semuanya," pinta Raja Tigreal.

"Memang benar aku dan Ruby sedang menjalankan misi. Aku datang untuk mencari jawaban tentang perang yang terjadi 150 tahun yang lalu."

"Apa yang ingin kauketahui?"

"Saat perang itu terjadi, apakah kau pernah bertemu dengan seorang iblis yang berusaha menyampaikan sesuatu padamu?"

Raja Tigreal dan Aaron nampak berpikir. Seingat mereka, mereka hanya bertarung dan tidak bicara serius dengan semua musuhnya.

"Tidak. Aku hanya bertarung waktu itu. Apa yang terjadi?" tanya Raja Tigreal bingung.

"Ada seorang iblis dari pasukan itu yang berusaha menyampaikan pesan padamu. Tentang Vexana dan Raja Kegelapan. Kau yakin tidak bertemu dengannya dalam perang itu?"

"Tidak, tapi..." Raja Tigreal nampak mengingat sesuatu, "saat itu memang ada salah satu iblis yang menyampaikan sesuatu tentang kebangkitan Dark Lord. Tapi dia tidak bicara padaku. Dia bicara pada salah satu ksatriaku."

"Siapa? Katakan! Apakah iblis itu mati?" paksa Alucard.

Raja Tigreal dan Aaron bingung melihat reaksi Alucard. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Flavian. Iblis itu menyampaikan sesuatu pada Flavian. Dan setelah iblis itu mengatakannya, dia binasa," jelas Raja Tigreal.

Alucard sudah menduganya. Tidak mungkin seseorang itu tidak akan mati di tangan para ksatria Calestine Land.

"Kau punya hubungan dengan iblis itu? Kenapa kau menanyakannya?"

Mata Alucard yang tadinya berkilat marah kini meredup. Ada kesedihan di sana. Hal itu membuat Raja Tigreal dan Aaron bertambah bingung.

"Iblis itu... adalah kakakku. Kakak angkatku."

"APA??!" pekik Aaron.

"Dia berusaha menyampaikan sesuatu padamu, Tigreal. Dan seharusnya hanya kau yang dia temui. Dia berusaha memberitahumu tentang rencana Vexana dan menitipkan sebuah pesan untukku. Untuk itulah aku datang, untuk mengetahui apa yang sudah dia katakan padamu."

"Dia tidak mendekatiku, Alucard. Aku sendiri waktu itu sibuk menghabisi pasukan bertudung. Aku baru mendengarnya dari Flavian setelah perang itu selesai."

Lalu Raja Tigreal berusaha mengingat kejadian itu kembali dan menceritakannya pada Alucard.

avataravatar
Next chapter