webnovel

*150 Tahun Sebelumnya

Tanda * pada judul bab menceritakan kilasan flashback.

---

150 tahun silam, perang besar terjadi di empat kerajaan terbesar dari masing-masing sisi penjuru dunia. Western Desert di bagian Selatan, Awaken Light di bagian Barat, dan Nost Gal di bagian Utara telah hancur oleh para pengikut Queen of Darknest, seorang Penyihir Kegelapan yang dikabarkan bersekutu dengan Dark Lord, raja dari segala kegelapan.

Dark Witch menciptakan pengikut dengan kekuatannya yang luar biasa dan ditakuti oleh banyak orang. Kekuatan dimana ia dapat membangkitkan orang mati dan mengutuk jiwa-jiwa mereka ke dalam tubuh yang baru. Dengan kekuatan gelapnya, Dark Witch memerintahkan seluruh pengikutnya untuk menyebar ke segala penjuru dunia dan menghancurkan semua kerajaan besar yang mampu menghalangi tujuannya.

Dalam peperangan itu, para iblis dan para makhluk bertudung dengan ganasnya menghabisi setiap nyawa yang mereka lihat. Mereka terus menyabetkan senjatanya dan membantai manusia yang tak berdosa. Setiap bangunan di kerajaan dihancurkan dalam sekejap. Banyak jiwa melayang. Seluruh kota lenyap. Senjata yang runcing mengkilat pun terus mereka acungkan ke langit dengan mata berkilat merah seolah menunjukkan merekalah yang berkuasa atas segala nyawa-nyawa yang melayang. Mereka bersorak ketika satu per satu manusia mulai berjatuhan dengan darah segar yang mengucur deras dari tubuh mereka.

Calestine Land, kerajaan besar yang berdiri kokoh di bagian Timur juga tak luput dari kekejaman para pengikut Dark Witch. Mereka mendatangi setiap kota dan desa yang berdiri di tanah Calestine Land dan berusaha menghabisi seluruh kehidupan di sana.

Di bawah kepemimpinan Raja Tigreal, Calestine Land mulai menunjukkan kekuatannya. Dengan menurunkan seluruh pasukan dan beberapa Pelindung Utama yang telah lama terlatih ke medan perang, akhirnya mereka mampu menahan serangan yang diluncurkan para pengikut Dark Witch meskipun ada sejumlah pasukan Calestine Land yang harus tewas dan terluka.

Raja Tigreal yang tak bisa hanya tinggal diam pun ikut serta dalam peperangan dan menebas makhluk-makhluk terkutuk yang berani menginjakkan kaki di tanah kerajaannya sebagai balasan atas gugurnya para pasukannya yang telah tewas demi kerajaannya. Tak peduli dengan banyaknya jumlah pengikut Dark Witch, Raja Tigreal dan para ksatrianya tak henti bergerak dan membantai balik musuh-musuhnya. Suara teriakan, jeritan kesakitan, senjata yang berdentingan keras, membaur menjadi satu dalam pertumpahan darah sore itu.

Salah satu ksatria berbaju zirah hitam legam berteriak kencang ketika melihat beberapa makhluk bertudung berhasil meninggalkan peperangan dan berlari ke arah barat.

"Yang Mulia, mereka kabur ke arah barat!!" teriak Flavian pada Raja Tigreal dan seketika tubuhnya tersungkur terlentang di atas tanah akibat tendangan musuh di dadanya.

Flavian meringis nyeri. Dalam sedetik ia lengah namun masih tetap siaga. Kini musuh sudah berdiri diatasnya dan siap mengacungkan pedangnya kembali untuk membelah kepala Flavian. Dengan sigap Flavian mengambil pedang yang terjatuh di sampingnya dan bergegas menahan serangan musuh dengan pedangnya sendiri. Dengan sekuat tenaga ia menahan kekuatan tangan musuh yang luar biasa besar dan mulai menendang perut lawannya sekeras mungkin. Musuh berhasil tersungkur. Flavian kembali bangkit dan melanjutkan aksinya membinasakan para musuh di depannya.

Sementara jauh beberapa meter di depannya, Raja Tigreal berhasil memenggal kepala beberapa musuh dan membuat celah supaya ia bisa lolos dan mengejar beberapa makhluk yang kabur ke arah yang diteriakkan oleh Flavian. Beruntung Flavian cepat memberitahunya sehingga ia bisa menghentikan mereka. Bagaimanapun caranya mereka tidak boleh sampai ke sana. Tempat itu adalah tempat yang sudah lama ia sucikan dan rencananya akan ia bangun untuk para rakyatnya yang berbakat dan memiliki darah seorang Pelindung. Di tempat itulah mereka akan mengasah kemampuan mereka dan mendapatkan beberapa ilmu pengetahuan tambahan. Hanya seorang berdarah ksatria yang bisa memasuki tempat itu. Untuk itulah Raja Tigreal harus melindungi tempat itu dari jarahan musuh.

Para musuh menghentikan langkahnya ketika Raja Tigreal berhasil mencapai mereka. Jumlah mereka tidak banyak, hanya empat makhluk dan itu terlalu mudah bagi Raja Tigreal untuk membinasakan mereka. Raja Tigreal kembali mengayunkan pedangnya dan melawan mereka seorang diri. Beberapa kali para makhluk itu berusaha mengepung dan menyerang namun berulangkali pula Raja Tigreal dapat mengatasinya. Satu per satu dari mereka lenyap dan menjelma menjadi bulu-bulu hitam. Sudah berakhir. Sorak sorai para pasukan di kejauhan terdengar riuh di gendang telinganya yang menandakan mereka telah memenangkan peperangan.

Akhirnya, CALESTINE LAND menjadi satu-satunya tempat yang selamat dari jamahan para pengikut Dark Witch.

Raja Tigreal menarik garis senyuman di sudut bibirnya. Wajahnya yang kotor akibat debu bercampur darah dan juga luka gores menampakkan kepuasan meski ia belum benar-benar puas. Ia menancapkan ujung pedangnya ke tanah dan berusaha mengatur napas. Serangan yang terjadi begitu mendadak dan ia masih berpikir apa penyebab para iblis dan makhluk bertudung itu melakukan serangan di kerajaannya.

"Yang Mulia! Anda tidak apa-apa?"

Beberapa ksatria muncul dan berlari menyusul Raja Tigreal. Mereka juga dalam kondisi yang lebih buruk darinya. Wajah mereka penuh luka dan darah. Satu diantaranya ada yang masih mengucurkan darah segar dari sudut bibir dan pelipisnya yang robek.

"Syukurlah kalian selamat. Seberapa banyak pasukan kita yang tewas?" tanya Raja Tigreal gelisah.

"Tidak banyak, Yang Mulia. Tapi yang terpenting adalah diri anda. Sebaiknya anda kembali dulu ke Istana. Para Tabib akan mengobati luka anda," kata Irina, seorang penembak runduk mengutarakan kecemasannya.

Raja Tigreal tersenyum mendengar perkataan Irina. "Lukaku ini tidak ada artinya dibanding dengan luka dan derita yang ditanggung para prajuritku yang tewas di sana."

"Mereka telah melakukan tugas mereka dengan baik, Yang Mulia," kata Bastien, seseorang yang paling lincah berperang dalam gerakan senyap.

"Kau benar. Setelah ini kita adakan penghormatan bagi mereka yang gugur."

"Sebelum akhirnya aku membinasakan iblis terakhir, aku berhasil mendapatkan informasi darinya," kata Flavian mengalihkan pembicaraan Raja Tigreal.

"Apa itu?"

"Penyerangan ini memang terjadi atas perintah Dark Witch,"

"Dengan pengikut sebanyak ini?" ucap Raja Tigreal ragu. "Tapi, sebelumnya aku memang sudah menduganya."

Flavian mengangguk mantap. "Memang mustahil Dark Witch yang kita kenal selama ini bisa menciptakan pasukan sebanyak ini. Dari pengakuan iblis yang hendak kuhabisi, Dark Witch yang sekarang sudah menjadi lebih kuat. Dia bahkan mampu menciptakan lebih banyak pasukan untuk menghancurkan seluruh umat di dunia."

"Mustahil," sela Irina tak percaya. Begitu juga dengan Fabien.

Raja Tigreal memandang ke kejauhan. Menatap udara keruh akibat debu dan asap dari peperangan. "Jika Calestine Land diserang pasukan musuh sebanyak itu, tidak menutup kemungkinan kerajaan lain juga diserang. Kita akan mengetahuinya nanti. Lalu, bagaimana mungkin Dark Witch bisa menjadi sekuat itu sekarang? Aku bahkan masih ingat dulu aku pernah melawannya dan sempat mengalahkannya."

Ketiga ksatria itu tak heran jika Raja mereka meragukan pemikirannya sendiri karena kenyataannya apa yang disampaikan Flavian ada benarnya. Semua orang tahu pengikut Dark Witch yang lalu tidaklah banyak, namun seiring waktu jumlahnya malah semakin meningkat.

Flavian menunduk dan kembali menyampaikan informasi yang didapatnya. "Itu karena bantuan Dark Lord. Dark Witch telah bersekutu dengan Dark Lord, Yang Mulia."

"Tidak mungkin. Dark Lord sudah binasa," sanggah Fabien.

"Kau mungkin lupa Dark Witch yang kita kenal memiliki kekuatan paling berbahaya," kata Flavian menegaskan.

"Necromancer," sahut Raja Tigreal.

"Jika Dark Lord kembali, apa dia akan kembali menyerang kita?" tanya Irina cemas.

"Tunggu, bisa saja iblis itu memberimu informasi palsu untuk menakuti kita, Flavian," kata Fabien.

Flavian mengembuskan napas. Fabien memang agak susah memercayai sesuatu jika bukan dirinya sendiri yang mengetahuinya. "Kau harus percaya karena aku bisa membaca pikirannya. Kau melupakan kemampuan khususku, Fabien."

Fabien terdiam. Ia melakukan kesalahan dengan meragukan kemampuan Flavian yang berada jauh diatasnya.

"Tapi membangkitkan seorang Dark Lord pasti tidaklah mudah. Aku tahu sedikit tentang kekuatan yang dimiliki Dark Witch. Dia butuh kekuatan yang lebih besar dan energi kehidupan yang besar juga. Dari mana dia mendapat semua kekuatan itu?"

Flavian dan Fabien memandang ke arah Irina. Pertanyaan yang gadis itu ajukan membuat keduanya kembali berpikir keras. Namun semakin dipikirkan, hasilnya tak juga kunjung mendapatkan jawaban pasti.

Raja Tigreal mencabut pedangnya yang menancap di tanah. Dengan tegas ia meminta ketiga orang itu untuk kembali.

"Kita kembali ke Istana. Dan, kalian cepat cari tahu kerajaan lain yang kemungkinan juga mendapat serangan. Aku harus secepat mungkin mengetahui keadaan di luar sana."

"Baik, Yang Mulia."

Next chapter