11 Pertemuan Pertama di Istana

"Uhh, rasanya aku masih lelah. Kenapa kita tidak istirahat sebentar saja di sini?" Miya mengeluh pada dua pemuda yang menemaninya melakukan pengawasan khusus di Shade Forest.

Mereka baru saja meninggalkan rumah kayu milik Irithel. Sambil bertugas, mereka meluangkan waktu sebentar untuk mengunjungi gadis itu. Sejak kedatangannya waktu itu, Aaron mengijinkannya tinggal bersama Leo. Irithel membangun rumahnya sendiri di dalam Shade Forest dan berjanji akan ikut menjaga hutan itu dengan baik. Setidaknya hal itu bisa meringankan tugas para ksatria lain yang masih harus bergantian melakukan pengawasan di beberapa hutan lainnya.

"Tidak biasanya kau mengeluh begini," ucap Clint.

"Seharusnya kau berada di istanamu. Memakai gaun cantik dan menikmati semua fasilitas yang ada. Untuk apa seorang Putri sepertimu mau bersusah payah begini? Menjadi ksatria tidaklah mudah," imbuh Hayabusa. Clint menyetujui perkataannya. Sekarang mereka sudah ber-tos ria.

"Kalau begitu, katakan itu juga pada Kaguramu, oke?" balas Miya.

"Kagura lain lagi. Dari dulu dia memang keras kepala. Aku juga tidak mengira dia akan mengikutiku sampai ke sini," terang Hayabusa.

Clint tertawa. "Kau juga bisa katakan itu pada Miya. Dia kan juga keras kepala, persis seperti Kagura."

Miya memukul bahu Clint. Clint mengaduh-aduh.

"Ah, benar. Mereka berdua memang mirip," kata Hayabusa lagi.

"Ah, sudahlah. Kita kembali saja."

Ketiganya memutuskan mengakhiri pengawasan mereka siang ini. Mereka kembali ke Mansion. Setibanya di sana mereka dikejutkan dengan kerumunan banyak orang di halaman rumah besar itu. Semuanya tampak membicarakan sesuatu yang sangat serius.

"Permisi, ada apa ramai-ramai begini?" tanya Miya pada salah seorang perempuan.

"Zilong dan Alucard selesai bertarung. Alucard terluka dan sepertinya parah."

"Bertarung??" Miya, Clint, dan Hayabusa menjawab serempak. Lebih karena terkejut mendengarnya.

Perempuan itu mengangguk. "Tadi di dekat perkebunan, mereka bertarung di sana. Zilong mengetahui Alucard dan Ruby datang ke sini hanya untuk menjalankan misi. Nobilium yang datang ke sini dengan membawa misi itu kan sangat dilarang."

"Misi apa?" tanya Hayabusa.

"Kami tidak tahu. Dia tidak mau mengaku."

"Kita pastikan saja di dalam. Ini pasti ada yang salah," ucap Clint. Dia menghambur masuk ke Mansion.

"Clint, tunggu!" teriak Miya lalu mengikuti pemuda bertopi coboy itu. Hayabusa turut serta.

***

Di ruang pengobatan, Aaron, Orion dan Ruby menunggui Alucard yang sedang diobati oleh seorang tabib istana. Aaron yang mendengar kabar dari Orion langsung bergegas kembali dari tugasnya di desa seberang. Dia masih belum menyelidiki tentang masalah ini.

"Untuk sementara dia akan tertidur. Ini agar supaya racunnya tidak menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia akan segera pulih," kata Tabib meyakinkan.

Aaron mengangguk. "Baiklah. Akan lebih baik jika dia tidur. Terima kasih atas bantuanmu, Tabib."

"Tidak masalah, Tuan. Saya permisi dulu."

Aaron memersilakan. Tabib keluar meninggalkan mereka semua.

"Apakah Zilong memanggil kekuatan dalamnya?" tanya Aaron memastikan.

"Benar," jawab Orion.

"Senjata Zilong berbeda dari yang lainnya. Saat dia telah memanggil kekuatan dalamnya maka tombaknya akan teraliri dengan racun yang berasal dari kekuatannya sendiri," jelas Aaron.

"Ada kekuatan yang seperti itu?" tanya Ruby. Ini pertama kalinya dia mendengar ada kekuatan semacam itu.

"Kekuatan Zilong mengandung esensi racun. Racun itu hanya akan bekerja jika dia memusatkan kekuatan penuh pada tombaknya. Itulah keistimewaan dari kekuatan tombak miliknya, Dragon Supreme."

"Itu sebabnya seseorang seperti Alucard pun juga bisa melemah jika terkena racun itu," imbuh Orion. "Tapi bukan berarti dia lemah dari Zilong. Dari awal aku sudah terkesan dengan anak ini. Pertahanan fisiknya sangat luar biasa."

"Kau benar, Orion. Aku juga tidak mengira dia memiliki kemampuan penyembuhan diri seperti itu. Ah, padahal hari ini aku sudah berjanji pada Yang Mulia akan membawanya ke Istana. Apa yang harus kukatakan padanya tentang masalah ini?" keluh Aaron.

"Kau akan membawanya pada Yang Mulia?" tanya Ruby memastikan.

Aaron mengangguk. "Aku sudah mengatur pertemuan antara mereka hari ini. Ruby, aku harus mengetahui masalah ini lebih lanjut. Aku sudah mendengar inti masalahnya dari Orion. Aku ingin mendengarnya juga darimu."

"Tidak perlu, Tuan Aaron. Alucard sendiri yang akan menjelaskannya pada Yang Mulia nanti," terang Ruby.

Tiba-tiba Miya, Clint, dan Hayabusa memasuki ruangan. Mereka ingin melihat keadaan Alucard.

Aaron tak mendebat lagi. Dia menghargai ucapan Ruby.

***

Alucard sudah sadar dan duduk di tepi ranjangnya. Tubuhnya masih terbalut dengan perban. Dia masih mengingat kejadian tadi pagi ketika berduel dengan sang Dragon Knight. Dia tidak menyangka pemuda itu juga memiliki kekuatan yang luar biasa.

Dia meraih pakaian serta mantelnya. Dia sudah merasa lebih baik sekarang. Sebelum masalahnya kian merumit, dia sudah memutuskan untuk menemui Raja Tigreal malam ini juga.

Aaron dan Ruby datang ketika dia hendak keluar dari ruang perawatan.

"Kau sudah baikan? Bagaimana perasaanmu?" tanya Aaron.

"Jauh lebih baik."

"Kau mau ke mana? Kami membawakanmu obat," kata Ruby. Dia membawa baki berisi obat-obatan dan meletakkannya di atas meja.

"Maaf aku sudah melibatkanmu dalam masalah ini, Ruby."

"Apa maksudmu? Kau tidak perlu meminta maaf."

"Aku sudah memutuskan untuk segera menyelesaikan urusanku. Aku tidak akan berlama-lama lagi," ucap Alucard serius. Lalu dia mengalihkan pandangannya pada Aaron. "Bagaimana pun caranya, malam ini aku harus menemui Raja. Aku tidak peduli dengan kesibukannya. Pertemukan aku dengannya sekarang."

Aaron mengerti maksud ucapan Alucard. "Baiklah."

***

Alucard sudah berada di Istana bersama Aaron. Ruby tetap tinggal di Mansion. Sang Raja sudah mendengar pesan Aaron yang akan membawa pemuda itu padanya. Namun, dia tidak mengira pertemuan itu akan datang secepat ini.

Aaron memasuki ruang pertemuan. Alucard mengekor di belakangnya.

"Salam, Yang Mulia," hormat Aaron.

Raja Tigreal bangkit dari singgasananya. Dia berjalan mendekati mereka dan menyambut kedatangan mereka, khususnya Alucard.

"Akhirnya, kita bertemu malam ini, sang Fiery Inferno," kata Raja Tigreal dengan pandangan teduh.

Alucard tak bersuara. Setelah sekian lama akhirnya dia bertatapan langsung dengan Raja Tigreal.

"Sudah lama aku menantikan kedatanganmu. Aku tahu, pasti kau akan datang mencariku."

"Aku tidak punya pilihan lain," jawab Alucard dingin. "Dan sepertinya kau menjalani kehidupanmu dengan baik di sini. Akhirnya kau menjadi seorang Raja."

"Tidak lebih baik tanpamu, asal kau tahu itu."

Aaron merasa mereka sudah lama saling mengenal dan merasa tidak harus berada di tengah pembicaraan mereka. Jadi dia meminta ijin meninggalkan ruangan.

"Kau tetap di sini, Aaron. Sudah saatnya kau mengetahui apa yang ingin kauketahui."

Aaron mengangguk dan tetap berdiri pada tempatnya.

"Alucard, selagi kau di hadapanku. Aku ingin meminta maaf padamu," ucap Raja Tigreal membuat Aaron membulatkan matanya. Dia tak memercayai pendengarannya sendiri.

"Yang Mulia, apa yang anda katakan?"

"Aku mengatakan apa yang ingin kukatakan padanya di masa lalu, Aaron. Saat di mana aku tidak sempat mengucapkan maaf karena dia lebih dulu meninggalkanku."

Alucard tersenyum miring. "Aku tidak akan terkesan dengan ucapanmu ini."

"Apa yang terjadi antara anda dengan Alucard?" tanya Aaron bingung.

"Akulah penyebab kematian kedua orangtuanya di masa lalu."

Tidak mungkin.

Aaron terpaku.

avataravatar
Next chapter