14 Pengakuan (2)

Malam semakin larut. Pertemuan Alucard, Aaron dan Raja Tigreal masih berlangsung.

"Hanya itu saja yang Flavian katakan padaku. Tidak ada yang lain."

Raja Tigreal berusaha meyakinkan Alucard tentang apa yang diketahuinya. Tetapi pemuda itu tak kunjung percaya dengan ucapannya.

"Kau yakin ksatriamu itu berkata jujur padamu?" desak Alucard.

"Ya. Dia memiliki kemampuan khusus. Dia bisa mendeteksi perkataan iblis itu melalui gelombang pikiran yang sudah lama dia latih. Dia tidak mungkin salah."

"Oh, ya? Aku baru mendengar ada kemampuan yang seperti itu. Atau mungkin pikiranmu sendiri yang sudah dimanipulasinya," ledek Alucard.

Aaron ikut menimpali, "apa yang sebenarnya ingin kaukatakan, Demon Hunter?"

"Yang ingin kukatakan... kakakku berhasil menguak semua rahasia tentang Dark Witch, termasuk rencana-rencananya dan siapa yang menjalin persekutuan dengannya. Dia bahkan sedang menyiapkan dan mencari-cari sesuatu yang mungkin tersimpan di kerajaan ini. Juga rumor Dark Lord yang kalian dengar itupun tidak benar. Dark Lord tidak pernah dibangkitkan oleh penyihir manapun, termasuk sang Necromancer itu sendiri. Sebelum peperangan itu terjadi kakakku membocorkan sedikit rahasia itu padaku. Dan dia berusaha memberitahu Tigreal tentang semua yang dia ketahui melalui perang itu. Dia tahu penyebab Dark Witch menjadi lebih kuat."

Raja Tigreal sulit menerima penjelasan Alucard. Dia tidak tahu harus memercayai siapa. Begitu juga dengan Aaron.

"Aku memercayai kakakku dengan segenap jiwaku. Dia melakukan pengorbanan besar untukku dan juga bagi kerajaanmu demi memata-matai Dark Witch, supaya dia mendapatkan semua informasi tentangnya. Dia berharap akan ada seseorang yang bisa menghentikan kekuasaan Dark Witch. Untuk itulah aku tidak memercayai ksatriamu. Kau sudah dibodohi, Tigreal. Kau terlalu naif," tegas Alucard.

"Mustahil," gumam Tigreal.

"Jika memang benar dia kakakmu, kenapa dia tidak langsung memberitahu semuanya padamu? Kenapa malah bersusah payah ingin menyampaikannya pada Yang Mulia?" tanya Aaron penasaran.

"Karena ada sesuatu yang membuatnya terpaksa bungkam sehingga dia tidak bisa mengatakan semuanya padaku. Dia bagian dari iblis dan dia juga diawasi. Untuk itulah dia berusaha mendekati dan memberitahu Tigreal melalui peperangan itu. Dan aku di sini atas dasar keinginan kakakku itu."

Flavian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Begitu ya... aku baru tahu ada iblis yang baik hati seperti itu," gumamnya, tetapi masih bisa didengar oleh Raja Tigreal dan Alucard.

"Tidak ada cara lain, aku harus bicara langsung pada Flavian. Aku harus mengetahui apa yang dikatakan kakakku padanya. Ini bukan hanya menyangkut tentang diriku, tapi juga seluruh umat di dunia ini. Dark Witch sudah perlahan-lahan menjalankan rencananya. Dan aku memiliki dugaan menghilangnya peri penyembuh dan para penduduk adalah bagian dari rencananya. Kalau kau memang menyesali tindakanmu, setidaknya kau tidak menghalangiku untuk bertemu dengan ksatriamu itu," ujar Alucard sambil menatap Raja Tigreal dengan tajam.

"Flavian tidak ada di sini. Sejak perang itu berakhir aku mengirim mereka bertiga, Flavian, Fabien dan Irina ke masing-masing kerajaan aliansi untuk membantu penjagaan di sana. Flavian berada di kerajaan Ratu Eudora, Awaken Light di bagian Barat. Hanya satu kali dalam setahun dia kembali ke Calestine Land untuk memberikan laporannya secara langsung padaku."

Alucard terdiam. Ini semakin rumit. Kerajaan itu pasti sangat jauh. Dia tidak mungkin bisa sampai ke sana dalam waktu singkat.

"Yang Mulia, jika yang dikatakan Alucard benar, untuk apa Flavian membohongi kita selama ini? Apakah anda benar-benar tidak tahu soal ini?" tanya Aaron. Dia mulai mencemaskan Raja Tigreal sekarang.

"Aku pun tidak bisa menduganya, Aaron. Dia sudah dari kecil menjadi pengikutku, bahkan sebelum aku menjadi seorang Raja. Tapi, karena aku sudah pernah membuat kesalahan besar sebelumnya, kali ini aku ingin memercayai Alucard. Kita bisa memastikannya sekali lagi dengan bertanya langsung pada Flavian," kata Raja Tigreal bijak.

Alucard sempat terkejut mendengarnya. Sang Raja memercayainya? Apakah dia tipe orang yang mudah memercayai orang lain begitu saja? Sama seperti halnya dia memercayai Flavian tanpa menyadari ksatria itu telah menipunya.

"Kalau begitu aku akan pergi ke Awaken Light untuk mencari Flavian," putus Alucard.

Raja Tigreal dan Aaron memandang ke arahnya. Mereka bisa melihat tekad kuat dalam dirinya. Sepertinya Alucard memang mengatakan hal yang benar.

"Aku tidak setuju. Kau masih belum pulih benar karena luka yang kaudapat dari pertarunganmu dengan Dragon Knight hari ini," kata Aaron.

"Luka ini bukan masalah besar untukku. Tidak ada yang lebih penting selain mendapatkan jawaban dari kakakku."

"Alucard, kembalilah ke Mansion. Aku akan memanggil Flavian. Dia akan datang ke sini," sahut Raja Tigreal. Dia tidak ingin Alucard pergi lagi seperti waktu itu.

"Aku tidak bisa membuang waktu lagi!"

"Aku tidak mengijinkanmu pergi ke manapun!" tandas Raja Tigreal. Kali ini dia menentang keras keputusan Alucard. "Biarkan aku menebus kesalahanku dengan membantumu. Dark Witch tidak akan menyerang kita dalam waktu dekat, aku yakin itu. Kita masih punya waktu untuk mencari tahu jawaban itu dari Flavian. Aku yang akan mengurusnya. Aku pastikan Flavian akan ada di hadapanmu. Segera."

Alucard terdiam. Dia menatap ganas Raja Tigreal yang sudah berani meneriakinya. Tetapi mungkin ini solusi terbaik untuk saat ini. Akhirnya dia tidak membantah lagi. Dia memutuskan menerima bantuan Raja Tigreal.

"Baiklah."

Alucard berbalik badan dan memutuskan kembali ke Mansion. Sebelum dia benar-benar keluar, dia kembali mengatakan sesuatu tanpa menatap mereka berdua.

"Meskipun kau membantu, bukan berarti aku akan terkesan dengan apa yang kaulakukan, Tigreal," kata Alucard dingin.

"Aku mengerti."

"Satu hal yang harus kauingat. Aku membencimu. Sampai kapanpun."

Alucard kembali melangkah dan pergi meninggalkan ruang pertemuan.

Raja Tigreal tampak terpukul dengan ucapan sang Demon Hunter. Hanya singkat, tetapi membuatnya tak berdaya seketika. Sudah lama dia menantikan pemuda itu. Dan tak bisa dia pungkiri, dia merindukan sosok Alucard yang dulu begitu dekat dengannya.

Raja Tigreal terduduk di kursinya. Pikirannya kacau. Aaron berusaha menenangkannya.

Dia menatap Aaron dengan menunjukkan wajah sedihnya. "Aaron, sebenarnya... aku membangun Mansion itu untuknya. Agar dia bisa kembali menemukan tempat untuk pulang."

avataravatar
Next chapter