"Bagus." Jawab Filio. Tiba-tiba saja ia membayangkan betapa cantiknya Fiona jika memakai dress seperti itu, karena badannya yang tinggi dan langsing.
"Dress seperti itu ada warna apa aja, Ren?" Tanya Filio.
"Ada warna cream, salem dan pink seperti yang aku pakai ini." Jawab Renata sambil berputar di hadapan sang kakak.
Filio mengambil dress berwarna cream, lalu ia kembali membayangkan Fiona atau Vinia yang memakai dress tersebut, ia yakin dress itu muat untuk tubuh Fiona.
"Mau beliin dress untuk siapa sih?" Tanya Renata seraya menghampirinya.
"Untuk teman. Kakak ambil satu yang ini ya!"
Mama Citra menghampiri Filio, lalu bertanya, "kamu mau belikan itu untuk siapa?"
"Untuk teman, Ma."
"Siapa sih teman kamu itu? Kayaknya teman spesial ya?" Lanjut Mama Citra.
"Ha ... Ha ... Ha ... Teman biasa sih Ma, tapi semoga aja bisa jadi yang spesial."
Filio memang sedang berusaha mendekati Fiona, karena sejak awal bertemu, Filio sudah mengagumi wanita dengan rambut seleher itu.
Di waktu yang sama, Fiona sudah selesai makan, ia dan Nathan beranjak ke musholla untuk menunaikan sholat ashar, sedangkan Filio baru saja membayar dress cantik berwarna cream itu. Setelah itu, Filio, Mama Citra dan kedua adiknya pun beranjak ke musholla.
Saat Fiona sudah selesai sholat, ia melirik wanita yang sedang berdiri di sampingnya, wanita itu sedang memakai mukena. 'Ini kan wanita yang aku lihat sedang bersama Filio tadi. Dia pasti adiknya Filio.' Batin Fiona. Ia langsung saja keluar dari musholla. Karena Filio pasti sedang berada di dalam tempat sholat laki-laki.
"Yuk!" Ajak Fiona pada Nathan, lalu Fiona berjalan cepat menjauh dari musholla.
"Kenapa buru-burus sih?" Tanya Nathan yang berjalan mengikuti langkah sang kekasih.
"Nggak--nggak apa-apa kok. Yuk kita pulang!" Ucap Fiona sambil mempercepat langkahnya. Ia melangkahkan kakinya menuju ke tempat parkir motor, Nathan masih mengekor dari belakang.
"Sudah nggak ujan kan? Langsung antar aku ke rumah ya untuk ambil koper Mama." Lanjut Fiona.
"Oke."
Nathan mengikuti saja apa yang Fiona katakan. Ia pun mengendarai motornya menuju ke tempat tinggal sang kekasih.
Fiona merasa lega, akhirnya ia bisa keluar dari Mall, Filio tidak sampai melihatnya. Filio beserta Mama Citra dan kedua adiknya menuju ke sebuah Resto yang berada di dalam Mall. Ia memesankan makanan dan minuman untuk Mama Citra, Renata dan Maura. Setelah itu ia kembali duduk di samping sang mama tercinta.
"Ma, aku mau cari kerja ya di Bandung sambil kuliah." Ucap Filio.
"Memang uang yang Pap kasih masih kurang?" Tanya Mama Citra.
"Bukan kurang, tapi aku juga mau berusaha cari uang sendiri, aku mau punya tabungan juga untuk masa depan aku."
"Ya sudah terserah kamu. Kalau mau cari kerjaan, cari pekerjaan yang halal."
"Iya, Mama."
"Oh iya Ma, Papa mau kemana sih, tadi pagi aku lihat Papa cari-cari koper?" Tanya Maura.
"Papa mau ke Bali, kunjungan ke cabang yang ada disana." Jawab Mama Citra.
"Wahh enak banget. Nggak boleh ajak keluarga?" Lanjut Maura.
"Nggak boleh. Papa mau kerja, bukan mau jalan-jalan."
Tiada satupun anggota keluarga yang curiga dengan Papa Rizal, karena ia sangat baik dan perhatian kepada anak dan istrinya, tidak sedikitpun ada perhatiannya yang berubah.
"Kan kita udah pernah bebeapa kali ke Bali." Ucap Filio.
"Tapi kangen aja mau liburan ke Bali lagi. He ... He ... He ..."
Papa Rizal memang sering mengajak keluarganya berwisata, hal itu yang membuat Mama Iren iri, ia sebagai istri simpanannya, ingin juga diajak berwisata oleh suaminya itu.
Fiona baru saja sampai di rumahnya.
"Assalamualaikum." Salam Fiona.
"Waalaikumsalam." Jawab Papa Febri yang sedang duduk di ruang tamu.
Fiona pun duduk di samping sang papa.
"Lho, Nathan kok nggak diajak masuk ke dalam?" Tanya Papa Febri.
"Aku cuma mau ambil koper punya Mama. Ada dimana, Pa?"
"Koper? Untuk apa?"
"Mama yang menyuruh aku untuk bawa ke kontrakannya."
"Pasti Mama kamu mau pergi bersama suaminya itu?"
"Iya."
"Kopernya ada di dalam kamar. Waktu Mamamu pergi, dia hanya membawa pakaiannya dalam tas besar."
Fiona masuk ke dalam kamar orang tuanya, lalu ia mengambil koper milik Mama Iren.
"Aku mau langsung ke kontrakan Mama ya, Pa." Pamit Fiona.
"Kamu dan Nathan nggak istirahat dulu?"
"Udah sore, aku mau langsung kesana aja."
"Oke. Hati-hati ya."
"Iya."
Fiona pun pergi dengan membawa koper besar itu dengan menggunakan kendaraan roda dua diboncengi oleh Nathan.
Tok ... Tok ... Tok ...
Mama Iren membukakan pintu, ia melihat laki-laki yang berpostur tinggi besar, memakai kemeja berwarna abu tua dan berjanggut tipis itu datang.
"Assalamulaikum istriku." Salam Papa Rizal.
"Waalaikumsalam. Kamu kok mau kesini nggak ngabarin?" Ucap Mama Iren.
"Kan mau kasih kejutan."
"Malam ini kamu mau nginap disini?"
"Nggak, nanti aku tetap pulang. Biar orang rumah nggak curiga."
Papa Rizal masuk ke dalam, lalu mengecup kening sang istri simpanan, mereka juga berpeluk mesra melepas kerinduan, karena tidak setiap hari Papa Rizal datang. Tak lama kemudian, Mama Iren melepaskan pelukannya.
"Mas, anakku mau kesini, antar koper." Ucap Mama Iren.
"Anak kamu yang mana?"
"Yang perempuan."
"Oh, yaudah."
"Nggak apa-apa ketemu kamu?"
"Nggak apa-apa."
"Tapi ... Aku malah takut kalau dia emosi, saat ketemu kamu nanti."
"Lalu, gimana? Aku harus pulang?"
"Jangan--jangan. Nanti aku ketemu diluar aja sama anakku."
"Oke, terserah kamu."
Adzan maghrib berkumandang, Fiona menyuruh Nathan untuk berhenti di masjid. Tak lama kemudian, sampailah di sebuah masjid besar, Nathan memarkirkan kendaraannya di halaman, lalu ia dan Fiona menunaikan sholat tiga rakaat.
Drrttt ...
Ponsel Fiona bergetar, ia yang baru selesai sholat mengambil ponsel yang berada dalam tasnya, lalu membuka pesan dari Mama Iren.
[Fio, nanti ketemuan sama Mama di warung dekat kontrakan ya, jangan ke rumah, karena ada Papa Rizal]
[Iya, Mama]
Fiona juga tidak mau bertemu dengan papa tirinya itu, karena ia takut Papa Rizal mengenalinya saat ia sudah dekat dengan Filio nanti.
Fiona kembali naik ke atas motor Nathan, lalu Nathan kembali melajukan kendarannya itu.
Sedangkan Filio, baru saja sampai di rumahnya, setelah memasukkan kendaraannya, Filio langsung naik ke kamarnya. Filio membuka kembali dress yang tadi ia beli, dress yang cantik warnanya pun sesuai dengan warna kulit Fiona. Filio mengambil ponselnya, lalu ia menelepon Fiona. Fiona yang sedang berada di jalan, merasakan ponselnya bergetar, tapi ia tidak bisa mengangkatnya.
'Kemana ya Fiona? Ditelepon kok nggak diangkat?' Batin Filio.
"Stop disini aja, Sayang!" Ucap Fiona, lalu Nathan memberhentikan kendaraannya. Fiona pun turun dari motor.
"Yang mana rumah kontrakannya?" Tanya Nathan sambil melihat-lihat ke sekeliling.