webnovel

Takut Bertemu Filio

Filio sudah sampai di Mall, ia bersama Mama dan kedua adiknya melangkahkan kakinya ke dalam. Filio melewati taman yang banyak anak muda sedang bersantai dan berfoto.

Tiba-tiba saja Fiona melihat laki-laki bertubuh kurus, berkacamata dan berkulit putih yang sedang berjalan bersama ketiga orang wanita.

'Itu kan Filio.' Batin Fiona, lalu ia membuang muka. Ia takut kalau Filio melihatnya.

Saat Filio sudah berlalu, Fiona masih memperhatikan Filio berjalan, 'sepertinya ia sedang bersama kedua adik dan juga Mamanya.' Ucap dalam hati Fiona.

"Sayang, kita pergi dari sini yuk!" Ajak Fiona.

"Lho kenapa? Kita kan belum makan? Makan dulu yuk di dalam!"

Fiona takut bertemu Filio, ia tidak mau rencana balas dendamnya gagal karena pertemuannya hari ini.

Fiona menggelengkan kepalanya, lalu berkata. "Kita makan di luar aja yuk!"

"Aku lagi mau makan di pinggir jalan, cari makan di luar aja yuk!" Lanjut Fiona.

Nathan merasa ada yang aneh pada kekasihnya itu, karena biasanya Fiona mau berlama-lama berada di Mall, tapi kali ini mengapa ia tidak mau?

"Yaudah, yuk!" Nathan pun menuruti permintaan sang kekasih. Ia dan Fiona berjalan menuju ke tempat parkiran motor.

"Yah, hujan! Kita nggak bisa keluar sekarang. Aku nggak bawa jas hujan." Ucap Nathan.

Fiona pun terlihat cemas, ia tidak ingin berlama-lama di dalam Mall, tapi untuk pergi dari Mall pun belum bisa karena hujan turun sangat deras.

"Kita tunggu sini dulu deh!" Ucap Fiona.

"Nggak masuk ke dalam lagi aja? Sambil menunggu hujan reda, kita makan dulu." Sambung Nathan.

Fiona pun terdiam.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Nathan.

"Nggak--nggak apa-apa, Kok. Aku cuma mau tunggu disini aja."

Nathan menuruti permintaan sang kekasih. Ia dan Fiona menunggu hujan reda di basement. Fiona membuka ponselnya, lalu mengetik pesan untuk Filio.

[Hai Lio, kamu lagi apa?]

Ponsel milik Filio bergetar, ia meraih ponselnya, lalu membuka pesan dari Fiona atau Vinia tersebut.

[Aku lagi di Mall, antar Mama belanja. Kamu lagi apa?]

Balas Filio, lalu Fiona langsung membacanya.

'Benar laki-laki yang aku lihat tadi adalah Filio.' Batin Fiona.

Filio sedang menemani Mama Citra belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket dalam Mall.

"Kamu chat sama siapa sih? Kok senyum-senyum sendiri?" Tanya Mama Citra.

"Teman, Ma."

"Teman apa teman?" Ledek Renata.

"Teman."

Saat ini Filio dan Fiona masih menjadi teman, Filio berharap bisa menjadikan Fiona lebih dari teman.

Filio memasukkan ponsel ke dalam tas kecilnya, ia melanjutkan mendorong troli belanjaan milik sang mama.

"Sayang, hujannya belum juga berhenti. Kita masuk ke dalam yuk! Aku lapar nih." Ucap Nathan.

Kali ini Fiona tidak mungkin menolak ajakan ke dalam, karena perutnya pun sudah terasa lapar.

"Yuk!"

Fiona melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam Mall, lalu ia dan Nathan langsung menuju ke sebuah resto siap saji.

"Kamu makan apa?" Tanya Nathan.

"Burger aja."

"Oke."

Nathan memesan makanan, sedangkan Fiona menunggu ditempat duduk. Fiona melihat kesekitar untuk memastikan bahwa tidak ada Filio di resto tersebut.

Selesai memesan makanan, Nathan kembali menghampiri Fiona.

"Kamu kenapa sih clingak-clinguk gitu?" Tanya Nathan.

"Tadi kayak ada teman aku, tapi kok tiba-tiba menghilang ya?"

"Siapa sih?"

"Teman SD aku dulu."

"Oh."

Fiona memakan burger pesanannya. Nathan pun memakan nasi dan ayam yang sudah berada di atas meja.

Drrttt ... Drrttt ...

Ponsel milik Fiona yang ia simpan di dalam tasnya bergetar, Fiona pun mengambil ponselnya tersebut, lalu mengangkat panggilan dari Mama Iren.

[Assalamualaikum.]

[Waalaikumsalam, kenapa Ma?]

[Kamu lagi dimana?]

[Lagi di mall.]

[Sama siapa?]

[Sama Nathan.]

[Mama bisa minta tolong nggak? Nanti anter koper punya Mama ke rumah kontrakan?]

[Memang koper Mama ada dimana?]

[Ada di rumah, di dalam kamar, nanti kamu tanyain deh sama Papa.]

[Yaudah deh, nanti aku kesana.]

[Tolong ya Fio.]

[Iya. Memang Mama mau kemana sih?]

[Mau jalan-jalan.]

[Jalan-jalan kemana?]

[Mama juga belum tau mau diajak kemana sama Papa Rizal.]

[Yaudah deh.]

[Iya, Mama tunggu ya.]

[Iya.]

[Assalamualaikum.]

[Waalaikumsalam.]

Fiona menutup teleponnya.

"Mama kamu yang telepon?" Tanya Nathan.

Fiona menganggukkan kepalanya, seraya menjawab. "Iya."

"Kamu disuruh apa?"

"Disuruh antar koper ke rumah kontrakannya."

"Hah? Rumah kontrakannya?"

Fiona salah bicara, harusnya bukan ucapan itu yang keluar dari mulutnya.

"Iya, rumah kontrakannya."

"Memang sekarang Mama kamu tinggal di rumah kontrakan?" Tanya Nathan yang penasaran dengan ucapan Fiona.

Fiona menganggukkan kepalanya sambil memandang Nathan. Ekspresi wajah Fiona yang terlihat datar, membuat Nathan tambah penasaran.

"Maksudnya, gimana sih? Aku nggak ngerti deh!"

Fiona menghela nafas, ia akan memberitahukan tentang rumah tangga kedua orang tuanya pada Nathan. Mungkin memang sudah saatnya Nathan mengetahuinya.

"Kedua orang tuaku sudah pisah, mereka sudah bercerai."

Nathan memicingkan kedua matanya sambil menatap Fiona. "Kamu serius?"

"Memangnya aku terlihat sedang bercanda?"

Nathan memandang lagi wajah Fiona yang memang dari tadi terlihat serius, ia yakin Fiona tidak sedang bercanda seperti biasanya.

"Sejak kapan bercerainya?" Lanjut Nathan.

"Kurang lebih, satu bulan yang lalu."

"Kamu kok baru cerita ke aku sekarang?"

"Akupun nggak diberi tahu! Aku diberi tahu oleh Ayah, saat pulang ke rumah beberapa hari yang lalu. Aku kaget, marah, kesal."

"Memang penyebab bercerainya karena apa?"

"Adanya orang ketiga. Mama berselingkuh, lalu ia menikah dengan mantan pacarnya sewaktu SMA."

Nathan mengela nafas. Ia tidak menyangka keluarga Fiona yang sudah ia kenal lama, ternyata hancur. "Ya Allah ... "

Nathan turut prihatin, dengan ujian yang menimpa sang kekasih, lalu ia berkata, "kamu yang kuat ya, sabar!"

Fiona menganggukkan kepalanya. Sabar memang tak semudah saat diucapkan, karena sulit sekali untuk ikhlas saat menerima ujian yang menyakitkan.

Ketika sedang berada di luar rumah, Fiona tidak terlalu teringat tentang kondisi keluarganya, tapi pada saat di rumah, Fiona pasti teringat kembali dan itu membuatnya kembali bersedih.

"Pantas saja saat kemarin aku ke rumahmu, Mamamu nggak ada. Karena biasanya kan Tante Iren selalu ada di rumah."

"Iya.

"Tapi tenang, masih ada aku. Kapanpun kamu butuh, aku akan datang." Ucap Nathan.

"Iya. Makanya aku nggak mau putus dari kamu, karena aku masih butuh kamu."

Hidup Fiona memang terasa berwarna dengan kehadiran Nathan di sampingnya. Namun Nathan tetap tak pernah bisa menggantikan rasa kesepian Fiona karena kehilangan salah satu orang tua, Nathan hanya bisa menghibur saat Fiona berada di luar rumah saja.

Fiona melanjutkan memakan makanannya, karena ceritanya tadi, makannya sempat terhenti. Sedangkan Filio, baru saja selesai berbelanja kebutuhan sehari-hari, kini ia sedang berada di store pakaian, Renata dan Maura sedang memilih-milih pakaian.

"Bagus nggak, Kak?" Tanya Renata, saat ia mencoba dress berwarna pink dengan panjang di bawah lutut.