webnovel

Menumpangi Seorang Office Girl

"Ayah mau cari uang lagi Bu, karena hutang-hutang kita masih banyak!" Ucap Ayah Hendra.

"Sudahlah, Ayah jangan berpikir masalah hutang dulu. Takut memberatkan pikiran Ayah. Yang terpenting Ayah sembuh dulu." Tutur Ibu Ratna.

"Ayah juga memikirkan anak-anak di rumah. Gimana mereka makan? Sedangkan Ayah sudah beberapa hari tidak bekerja."

"Sama, Ibu juga memikirkan anak-anak, tapi Ayah juga masih harus dirawat disini. Ibu juga bingung." Ujar sang istri, ia juga memikirkan ketiga anaknya, tapi sang suami tidak ada yang menjaga, lalu ia harus bagaimana?

Ayah Hendra ingin segera sembuh dan kembali lagi pulang ke rumahnya, ia rindu suasana di rumah, ia rindu dengan anak-anaknya.

Erina dan Tiara sudah kembali ke rumah, mereka berdua membeli sate ayam di pertigaan jalan.

"Kak Zoya, ayo makan sama-sama!" Ajak Tiara.

"Kamu beli makanan apa?"

"Sate ayam."

Zoya keluar dari kamarnya, lalu ia melihat Erina yang sedang makan dengan lahapnya. Zoya mengambil piring, lalu menuangkan nasi dan sate ke atasnya.

"Alhamdulillah, kita masih bisa makan ini." Ucap Zoya.

"Iya, Kak." Balas Tiara.

Zoya bersyukur masih bisa membelikan makanan untuk kedua adiknya, karena diluar sana masih banyak orang-orang yang susah mencari makan.

Setelah selesai makan, Tiara membawakan piring-piring kotor ke belakang, lalu ia mencucinya. Sedangkan Zoya kembali masuk ke dalam kamarnya, ia membuka kembali ponselnya, ternyata ada balasan dari Tante Lola.

[Tante Lola : Semoga Mas Hendra cepat sembuh ya, agar bisa segera melunasi hutangnya pada saya]

Membaca chat seperti itu di grup, Zoya merasa dipermalukan oleh Tantenya sendiri. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan mencicil hutang Ayahnya agar tidak dipermalukan lagi. Zoya pun membalas pesan dari Tantenya tersebut.

[Zoya : Aamiin ... Iya, Tante. semoga Ayah bisa melunasi hutangnya segera]

Zoya menutup ponselnya, ia beranjak ke kamar mandi untuk berwudhu, lalu ia melaksanakan sholat isya, setelah selesai sholat, Zoya berdoa sambil menangis, memohon di hadapan Allah, agar rejekinya senantiasa dimudahkan untuk melunasi hutang-hutang Ayahnya dan Zoya juga berdoa, agar ia diberikan kemudahan untuk menghadapi ujian apapun yang menimpanya.

Setelah selesai sholat, Zoya naik ke atas tempat tidurnya, ia harus segera beristirahat karena besok akan kembali bekerja.

Bunyi alarm pada ponsel Zoya sudah berbunyi, Zoya membuka matanya, sudah waktunya ia bangun, lalu memulai aktivitasnya untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Namun seketika ia teringat akan surat perjanjian pernikahan itu lagi, ia akan segera menikah. 'Bagaimana aku bisa meraih impianku, jika sebentar lagi aku akan menikah?' Batin Zoya. Ia pun meneteskan air mata.

Yang berada dalam pikiran Zoya, jika ia menikah maka terputuslah semua harapannya, musnahlah sudah semua yang ingin diraihnya dan hilanglah sudah masa mudanya, lalu ia takkan bisa meraih masa depan yang cerah, karena nantinya ia akan menjadi seorang janda, ketika kontrak pernikahannya sudah berakhir. Zoya sudah berpikir sejauh itu.

"Astaghfirullah ... " Ucap Zoya, lalu ia beranjak dari tempat tidurnya menuju ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Zoya melaksanakan sholat subuh, lalu ia bersiap-siap, ia merapikan pakaiannya, lalu menyisir dan menguncir rambutnya. Tak lupa juga, ia memoles wajahnya dengan bedak dan sedikit lipstik.

Zoya keluar kamarnya, ia melihat kedua adiknya yang sedang sarapan dengan nasi dan telur dadar, karena mereka berdua akan berangkat ke sekolah.

"Kamu yang masak nasi, Ti?" Tanya Zoya.

"Iya, aku yang masak nasi." Jawab Tiara.

"Yaudah, sarapan seadanya dulu ya."

"Kak, aku minta uang untuk ongkos ke sekolah!" Ucap Erina.

"Aku juga Kak! Kakak masih punya uang nggak?" Tiara juga ingin meminta uang.

Zoya membuka tasnya, lalu ia menggapai dompet yang berada di dalam tasnya tersebut. Masih ada uang di dalam dompetnya. Ia memberikan uang sebesar dua puluh ribu pada Tiara dan Erina. Tiara dan Erina pun senang, senyum mereka adalah kebahagiaan untuk Zoya. Zoya pun berpamitan pada kedua adiknya itu.

"Kakak nggak sarapan dulu?" Tanya Tiara.

"Nggak, Kakak buru-buru."

"Yaudah, hati-hati ya." Ucap Tiara.

Tiara dan Erina mencium punggung tangan Zoya, lalu Zoya langsung pergi. Ia berjalan kaki ke depan jalan raya, lalu menunggu angkutan umum. Yang biasanya diantar oleh Ayah Hendra, hari ini ia harus berangkat sendiri.

Ketika masih menunggu angkutan umum yang belum juga lewat, Narendra melihat Zoya dari kejauhan.

"Pak, berenti di depan cewek yang lagi berdiri itu!" Perintah Narendra pada supirnya.

Pak Yono, sang supir pun memberhentikan kendaraan roda empat tepat di depan Zoya yang sedang berdiri sendirian. Narendra membuka kaca mobilnya.

"Yuk berangkat bareng saya!" Ajak Narendra.

Zoya terkejut, ia tidak menyangka akan bertemu atasannya itu. Zoya menganggukkan kepalanya, ia mau diajak pergi bersama Narendra ke kantor.

Narendra bergeser duduk ke sebelah kanan, lalu Zoya masuk ke dalam mobil milik atasannya itu. Wangi parfum yang Narendra pakai dan wangi parfum mobil beradu pada indra penciuman Zoya.

"Bagaimana keadaan Ayah kamu?" Tanya Narendra.

"Seperti yang kemarin saya katakan, Ayah sudah lebih baik."

"Syukurlah."

Zoya lupa, ia belum menelepon sang ibu untuk menanyakan bagaimana kabar Ayah Hendra pada hari ini.

Tiba-tiba terdengar suara perut Zoya yang berbunyi, ia merasa lapar, karena pagi ini belum sarapan.

"Kamu belum saparan?" Narendra bertanya lagi.

Zoya menggelengkan kepalanya, "belum, Pak."

"Pak Yono, nanti berhenti di tempat nasi uduk yang berada di pinggir jalan ya!" Perintah sang atasan.

"Baik, Pak."

Pak Yono memberhentikan mobil di pinggir jalan, dekat tempat penjual nasi uduk. Narendra mengeluarkan uang, lalu menyuruh Zoya untuk membeli tiga bungkus nasi. Zoya pun menerima uang itu, lalu ia keluar dari mobil.

"Cewek itu bukannya office girl di kantor ya, Pak?" Tanya Pak Yono.

"Iya, benar. Dia office girl baru di kantor."

Supir Narendra itu heran, mengapa Narendra mau pergi ke kantor menumpangi seorang office girl?

Zoya sudah kembali ke dalam mobil, lalu ia memberikan tiga bungkus nasi uduk tersebut pada Narendra,

"Satu untuk kamu!" Ucap Narendra sambil memberikan satu bungkus nasi uduk itu untuk Zoya.

Zoya pun memberikan uang kembaliannya.

"Kembalinnya untuk kamu aja!" Ucap Narendra, ia menolak uang kembalian yang Zoya berikan. Berapapun uang yang Zoya terima, ia sangat bersyukur, karena bisa ia gunakan untuk jajan kedua adiknya. 'Alhamdulillah.' Batinnya.

"Terima kasih, Pak." Ucap Zoya.

"Iya, sama-sama."

Pak Yono kembali mengemudikan mobil menuju ke kantor.

"Zoya, kalau kamu mau makan di dalam mobil, silahkan!" Ujar Narendra.

"Nggak Pak, makannya nanti aja di kantor."

"Takutnya kamu sudah sangat lapar, karena jalanan juga masih macet, sampai kantor kemungkinan masih tiga puluh menit lagi." Lanjut Narendra.

"Nanti aja makannya di kantor, Pak." Zoya tetap menolak untuk makan di dalam mobil, karena ia tidak nyaman makan dengan diperhatikan oleh atasannya tersebut.