webnovel

Mengapa Zoya Bisa Dekat?

Sudah sampai kantor, Pak Yono sudah memarkirkan kendaraan milik atasannya itu.

"Pak, terima kasih ya." Ucap Zoya.

"Iya."

Zoya turun dari mobil. Saat sedang turun dari mobil milik Narendra, Risma melihatnya.

"Hah, itu Zoya?" Ucap Risma, sambil terus memperhatikannya, ia memastikan kalau dirinya tak salah lihat.

Zoya berjalan memasuki gedung kantor, lalu Risma menegurnya, "hei ... "

"Eh Risma."

"Kamu kemarin kenapa nggak masuk, Zoy?" Tanya Risma.

"Ayahku kecelakaan, dirawat di rumah sakit."

"Oh, lalu sekarang gimana keadaannya?"

"Kemarin sempat kritis, makanya aku nggak masuk tapi alhamdulillah sekarang sudah sadar."

"Alhamdulillah, syukurlah."

"Zoya, setelah sarapan nanti langsung bersihkan ruangan saya ya!" Perintah Narendra yang sedang berdiri menunggu pintu lift terbuka.

"Baik, Pak."

Zoya dan Risma absen menggunakan sidik jarinya, lalu mereka menuju ke ruangannya. Zoya menyimpan tasnya di dalam loker, lalu ia menyapa teman-temannya yang lain.

"Zoy, kamu kok bisa berangkat bareng sama Pak Narendra sih?" Tanya Risma.

"Iya, tadi di jalan nggak sengaja aku ketemu sama Pak Narendra, lalu aku diajak ke kantor bareng sama dia."

"Oh. Baik banget ya Pak Narendra mau menebengi bawahannya kayak kita."

"Iya."

Zoya merasa malu karena Risma ternyata melihat ia turun dari mobil Narendra, ia takut hal ini sampai diketahui oleh teman-temannya yang lain.

Tak lama kemudian, datanglah Ayu, ia menghampiri Zoya yang sedang merapikan rambutnya.

"Zoya, kemarin kenapa nggak kabari saya kalau kamu tidak masuk?" Tanya Ayu, seorang Supervisornya.

"Saya kan sudah mengirim pesan pada Ibu."

"Tapi kan telat. Jam berapa kamu mengirim pesan pada saya?"

"Harusnya sebelum masuk jam kerja, kamu sudah mengabari saya kalau memang kamu izin tidak masuk." Lanjut Ayu.

"Iya Bu. Maaf, karena keadaan Ayah saya yang kritis kemarin, jadi saya panik sehingga saya lupa untuk membari kabar bahwa saya tidak masuk kerja."

"Lain kali jangan seperti itu ya!"

"Baik, Bu."

"Lalu, bagaimana keadaan Ayah kamu sekarang?"

"Alhamdulillah, sudah sadar, sudah lebih baik, Bu."

"Ya sudah, mulai pekerjaanmu sana!"

"Bu, saya boleh sarapan dulu nggak?" Tanya Zoya dengan polosnya, karena perutnya terasa perih, ia belum sarapan pagi.

"Ini sudah jam berapa? Sudah waktunya kamu bekerja! Sapu ruang karyawan di lantai enam, sana!"

"Saya mau ke ruangan Pak Narendra dulu, Bu. Tadi dia menyuruh saya untuk membersihkan ruangannya!"

"Ya sudah sana!"

Zoya mengambil senjata bersih-bersihnya, lalu ia menaiki tangga menuju ke ruangan atasannya itu.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Iya, masuk!"

Kreekkk ~~

Zoya membuka pintu ruangan Narendra, lalu ia masuk ke dalam untuk memulai pekerjaannya.

"Kamu sudah sarapan?" Tanya Narendra yang sedang memakan nasi yang dibelinya tadi.

"Belum, Pak."

"Lho gimana sih, tadi kan sudah saya belikan nasi uduk dan saya menyuruh kamu untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum bekerja?!"

"Iya Pak. Tapi Bu Ayu tidak mengizinkan saya untuk sarapan. Saya sudah harus bekerja." Jawab Zoya yang berdiri di hadapan Narendra.

"Ambil nasi kamu dan bawa ke ruangan saya! Silahkan kamu makan disini." Ujar Narendra dengan intonasi yang meninggi.

"Tidak usah Pak, nanti saja saya makannya." Ucap Zoya sambil menundukkan kepalanya.

Narendra bangkit dari tempat duduknya. "Zoya, Ayah kamu masih berada di rumah sakit. Saya nggak mau kamu ikutan sakit juga karena kamu belum sarapan pagi."

Suatu bentuk perhatian Narendra pada Zoya, walaupun nada bicara Narendra agak keras, karena ia benci jika ada bawahan yang tidak menuruti perintahnya.

Zoya pun keluar ruangan Narendra, lalu ia mengambil bungkusan nasi uduk di dalam tasnya. Ia membawanya ke ruangan atasannya itu.

Zoya duduk di kursi yang berhadapan dengan Narendra, lalu ia memakan nasi uduknya.

Tok ... Tok ... Tok ....

Zoya terkejut, karena ada yang mengetuk pintu ruangan Narendra, ia tidak ingin ada orang yang melihat dirinya yang sedang makan di ruangan tersebut.

"Masuk!"

Yang datang adalah Imel, sekretaris Narendra, ia memberikan dokumen yang Narendra minta. Imel memperhatikan seorang wanita yang sedang makan di meja atasannya itu.

"Pak, itu dia kok makan disini?" Tanya Imel yang heran dengan Zoya yang hanya seorang office girl, tapi bisa merasakan makan di ruangan seorang CEO.

"Iya. Dia mau membersihkan ruangan saya, tapi belum sarapan pagi, dari pada dia kenapa-napa, lebih baik saya suruh dia sarapan pagi dulu."

"Oh, gitu."

Imel keluar dari ruangan Narendra. Zoya yang sedang makan tiba-tiba saja tersedak, ia pun langsung keluar ruangan, lalu ia menuju ke pantry untuk mengambil minum.

"Zoya, kamu lagi makan ya?" Tanya Lisa yang sedang mencuci piring.

"Iy iyyaa, Mbak."

"Lho, ini kan bukan jam makan siang."

"Tapi sebelum bekerja, saya disuruh sarapan pagi dulu oleh Pak Narendra."

"Hah, kok bisa?" Lisa pun bingung, mengapa Zoya bisa dekat dengan Narendra.

Zoya tidak menjawab ucapan Lisa, ia langsung kembali ke ruangan Narendra untuk menghabiskan sarapannya. Setelah selesai sarapan pagi, Zoya langsung membersihkan ruangan atasannya itu.

"Zoya, tolong buatkan saya teh manis hangat dulu ya!" Perintah Narendra.

"Baik, Pak."

Zoya beranjak ke pantry, lalu ia membuatkan Narendra secangkir teh. Setelah itu ia kembali ke ruangan atasannya tersebut dan meletakkan secangkir teh di atas meja.

"Zoya, kok tehnya nggak manis? Saya bilang kan, saya minta dibuatkan teh manis, bukan teh tawar!"

"Oh iya. Maaf, Pak."

"Hufft ... Gimana sih kamu? Sudah sarapan saja tidak fokus apalagi belum sarapan!" Sembur Narendra.

Zoya mengambil cangkir itu, lalu ia kembali ke pantry untuk menuangkan gula ke dalam cangkir tersebut. Setelah itu ia kembali ke ruangan Narendra.

"Ini Pak teh manisnya." Ucap Zoya sambil meletakkan secangkir teh manis itu di atas meja.

Setelah itu, Zoya mengerjakan pekerjaannya, dari mulai mengelap kaca, lalu juga menyapu lantai, setelah itu mengepel lantai.

Zoya sudah selesai mengerjakan pekerjaannya, ia pun keluar dari ruangan Narendra.

"Hai Zoya!" Sapa Aida.

"Ehh kamu, kamu mau bersih-bersih di lantai berapa?" Tanya Zoya.

"Di lantai tujuh."

"Oke."

"Ehh Zoya!" Aida kembali memanggil Zoya.

Zoya pun menghentikan langkahnya, lalu ia menoleh ke belakang. "Apa?"

Aida pun mendekati Zoya, lalu berbisik. "Memang benar, tadi pagi kamu berangkat kerja bareng si Bos?"

"Kamu tau dari mana?"

"Dari teman-teman. Sudah tersebar lho beritanya."

Entah Risma yang memberitahukannya pada yang lain atau ada karyawan lain yang melihat Zoya keluar dari mobil Narendra pagi tadi.

"Iya." Jawab Zoya singkat.

"Kok bisa sih?" Tanya Aida, ia pun heran. Karena Narendra terkenal dengan sikapnya yang dingin, cuek dan disegani, jadi tak mudah dekat dengan sembarang orang.

"Tadi nggak sengaja, saat aku sedang menunggu angkot, tiba-tiba mobil Pak Narendra lewat, lalu ia menawarkan aku untuk pergi ke kantor bersamanya."