MKC 45
...
Tatap mata sendu dia, wajah dia yang terlihat sedih, tangan dia yang tidak henti mengacak-acak rambut sendiri. Orang lain akan mengira kalau kita adalah pasangan yang sedang bertengkar.
Dan bukankah manusiawi jika gue kegeeran, kalau diperlakukan bukan seperti layaknya teman biasa, kalau gue merasa jadi orang spesial buat Jono?
Spesial bukan sekedar teman atau sahabat, tapi apa?
Sesampainya di Prembun hari sudah sore. Orang pertama yang gue lihat adalah ayah dengan cangkir kopinya. Melihat kedatangan gue yang lebih mirip pengungsi dengan mata terbelalak.
"Kok sendirian?" tanya ayah setelah menyeruput kopinya.
"Temen-temen pada mau lihat sunset di Parangtritis." jawab gue bohong.
"Kenapa nggak ikut sekalian? Kenapa juga ini barang belanja banyak sekali? Dapat uang dari mana?" selidik ayah.
"Anggi males Yah. Ini pake uang tabungan kok." jawab gue bohong lagi.
"Buat apa banyak begini?"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com