MKC 44
...
"Nggak apa-apa. Orang punya karakter masing-masing dan itu yang membuat mereka unik. Lain dari pada yang lain."
"Tetep aja. Nggak usah sebut gue cenggeng." kata gue lagi, memukul pundak Jono lagi yang satunya.
"Pukul yang banyak Nggi...kalo itu bisa membuat lo bisa maafin gue."
Diam. Tidak habis pikir. Emang dia samsak yang bisa jadi pelampiasan petinju saat latihan?
Karena tidak bisa berkata apa lagi gue balik badan, memunggungi Jono. Gue makin keki, kepada hati gue yang lemah. Dasar cewek ababil.
Dan makin melemah hampir meleleh saat ada tangan yang meraih tangan gue. Menggenggamnya dalam hangat. Memeluk gue dari belakang, bersamaan dengan moment terbenamnya matahari kembali ke peraduan. Ucapan perpisahan tanpa suara seolah berkata besok kita akan bertemu lagi.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com