webnovel

Masa Mudaku Kisah Cintaku

Aku jatuh cinta. Cinta terlarang dengan teman sekelas. Seseorang dengan semua perbedaan yang banyak dan sulit. Bisakah aku mempertahankan cinta ini? Tidak banyak angsa pelangi di kelas buaya karena ada satu dua rubah betina dari planet lain yang suka merundung junior mereka. Bukankah itu hal biasa dalam sekolah? Atau masalah utamanya ada pada Anggi sendiri? Bagaimana rasanya setiap tahun berpindah sekolah? Itu adalah yang selalu dirasakan Anggi, ngenes kata orang. Lalu, ketika kamu sudah merasa telah menemukan kehidupan baru dan memiliki beberapa teman yang mengerti dan nyaman akan hal itu. Tiba-tiba kamu harus pindah sekolah lagi? - cover is mine

Ningsih_Nh · Urban
Not enough ratings
314 Chs

MKC 14 Terjebak

Menyantap rendang masakan istri pak Somad yang luar biasa enak membuat gue kalap. Saking enaknya gue jadi berimajinasi kalau rendang di piring tiba-tiba bertransformasi menjadi sosok Andi yang menyebalkan itu. Tanpa sadar gue meremas-remas isi piring cukup keras kemudian melahapnya secepat mungkin, dengan harapan kejadian tadi itu hanya mimpi dan gue segera lupa.

"Hari ini lo kenapa? Kayak habis lihat setan ajah." timpal Ana di samping gue.

"Kalo beneran setan masih mending An. Lah ini jadi-jadian tanpa klasifikasi." sembur gue tersulut emosi.

"Siapa yang ganggu lo?" tanya Ana seakan tahu gue sedang ada masalah dengan seseorang.

"Lo tau kan si Andi? Masa di maksa gue jadi pacarnya. Gila kan!" cerocos gue tanpa sadar membongkar rahasia yang tadinya hanya ingin gue ceritakan kepada Ana. Namun apalah daya gue, tiga bule diseberang meja terlanjur mendengar.

Ternyata selain enak pake banget, rendang buatan ibu Somad mampu membuat gue buka suara tanpa sadar. Dan, dengan jelas gue mendengar mereka berempat tertawa dengan kompak hampir tersedak.

"Anggi oh Anggi...malang betul nasib kau." ujar Ana menirukan logat orang Batak.

"Mau gue samperin itu anak buat minta maaf?" tawar Jono penuh nada prihatin.

"Harusnya tadi kita disana Bi, bisa jadi konten yang bagus kalo direkam tadi." seloroh Edi hanya semakin membuat dada gue panas.

"Bener banget." timpal Ebi antusias.

"Kalian pikir lucu ya?" gue naik pitam lalu pergi begitu saja. Ini akibatnya keceplosan curhat dengan orang yang salah.

Ketika gue mengambil tas di kelas bisa gue rasakan ada aura yang berbeda dari saat terakhir kali gue meninggalkannya. Desas desus Duo R plus Stefie, tatapan mata lapar para buaya darat yang gue rasa jijik sendiri. Dengan secepat kilat gue meninggalkan kelas, pulang merupakan pilihan terbaik untuk hari ini.

Hingga sampai ambang pintu Andi mencegat gue dengan berdiri menghalangi satu-satunya jalan keluar. Menyunggingkan senyum yang gue artikan sebagai senyum kemenangan. Anda saja gue mempunyai seperempat kemampuan bela diri Ana, pasti dia sudah gue tendang ke langit menjadi sebuah bintang.

"Pacar mau kemana?" suara Andi yang serak membuat gue mual.

Gue lebih memilih diam dan memalingkan muka.

"Pacar, kalo ditanya jawab dong..." ucap Andi dengan suara yang sama namun lebih keras.

"Minggir. Gue mau pulang." desis gue dengan tangan mengepal.

"Nah gitu dong jawab. Tapi jangan marah-marah ya, gue jadi makin suka." kata Andi berhasil membuat gue menjerit dalam hati.

Ya Allah, gue nggak tahu sampai kapan bisa tahan perlakuan seperti ini.

Sementara Andi masih saja berdiri menghalangi jalan dan gue juga tidak sudi menghadap kearah cowok super buaya tidak mau mengalah ini. Hingga akhirnya gue menyadari Amad berdiri disamping gue.

"Ndi, bisa minggir dulu. Gue mau lewat. Dipanggil pak Pujo." kata Amad biasa saja.

"Amad, pengajiannya hari ini ada kan?" sela gue tetiba ingat acara di selebaran yang pagi tadi Amad berikan.

"Iya. Kalo mau ikut langsung saja ke masjid sekolah." jawab Amad sambil berjalam melewati Andi.

Celah yang dibuat Amad tidak gue sia-siakan. Gue langsung menerobos dan lari menuju masjid. Gue mau curhat sama Allah saja.

Dan benar saja, giliran gue maju untuk setor tilawah kepada ustadzah lalu diminta untuk membaca sebuah ayat dari penggalan surah Ali 'Imran. Setelah itu gue juga diminta untuk membacakan artinya yang berbunyi :

"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."

(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 139)

Detik berikutnya setelah gue selesai membaca terjemah, dua mata gue langsung basah hingga banjir ke pipi. Tangis yang gue tahan dari tadi akhirnya keluar tanpa bisa dibendung.

Hari ini dimana lomba badminton antar sekolah tingkat kecamatan satu jam lagi dimulai upacara pembukaannya, sedangkan gue masih terjebak di sekolah.

Bukan karena gue yang masih sebel dengan Ana dan hanya bicara jika ditanya. Bukan juga karena gue memilih diam saat di kelas dan menganggap semua makhluk penghuninya tidak kasat mata. Bukan pula gue yang sok drama saat Andi terus saja menempel dimana pun gue berada dan mati-matian gue berusaha sembunyi.

Tetapi, mobil travel sekolah tiba-tiba mogok. Seharusnya itu tidak jadi masalah. Anak-anak bisa naik motor masing-masing menuju GOR kecamatan yang hanya lima belas menit dari sekolah.

Tetapi pak Pujo bersikeras kami harus naik mobil hingga meminta Jono untuk mengambil mobil APV miliknya, dengan alasan prestise sekolah dipertaruhkan. Sekalipun sudah ada tiga mobil pribadi milik para guru masih belum cukup menampung semua anak.

Tetapi bukan hal itu juga, melainkan pintu ruang ganti yang gue pakai tiba-tiba rusak dan mengunci sendiri adalah penyebabnya. Dan saat gue menelepon Ana meminta bantuan ternyata dia sudah pergi lebih dulu dengan naik mobil pribadi salah satu guru.

Gue yang tidak banyak memiliki nomer HP anak kelas binggung juga. Kalau pintu gue dobrak paksa nanti gue harus ganti rugi. Lewat jendela tidak mungkin karena hanya ada glassbox didinding luar. Beruntung kemarin gue sudah ngaji, masih ada rasa tenang yang belum padam didalam dada dan berdoa semoga bantuan segera datang karena gue sudah mengirim pesan singkat kepada Ana.

"Nggi.. Anggi? Lo masih ada kan?" suara berat Jono terdengar dari balik pintu yang sedang dicoba buka.

"Iya. Gue nggak apa-apa." seru gue meyakinkan.

"Tunggu sebentar. Juru kunci lagi ambil kunci cadangan."

"Oke." menyakinkan diri dengan suara setenang mungkin.

Benar saja, tidak sampai lima menit pintu ruang ganti berhasil dibuka tanpa lecet yang berarti.

"Gimana ceritanya lo bisa kejebak disini sendirian?"

"Kalo gue tau nggak bakal mau juga."

"Serius Nggi."

"Gue jug serius Jon. Gue nggak tau. Nggak ngerti gimana bisa pintu yang nggak ada kunci bisa mengunci." jelas gue. Mulai curiga ada yang sedang berbuat jahil.

"Ya udah. Yuk berangkat." ajak Jono.

"Bukannya lo udah masuk mobil tadi."

"Iya. Ini udah balik tinggal ambil Edi, Ebi dan lo."

"Mereka belum berangkat juga?"

"Tadi habis briefing dengan bu Septi." jawab Jono. Bu Septi adalah guru BK merangkap seksi dokumentasi sekolah.

Selama perjalanan dari sekolah menuju GOR gue berpikir keras siapa anak yang iseng jahil itu. Tetapi, suara berisik dari jok belakang membuat gue tidak bisa konsentrasi dengan baik. Edi dan Ebi tengah berdebat tentang siapa nanti yang akan pegang kamera dan siapa yang menjadi narator tidak berkesudahan hingga sampailah kami di tujuan.

"Nggi, lo harus menang. Jadilah Lilyana Natsir karena lo ada partner Tantowi Amad." bisik Jono memberi semangat gue yang dari tadi manyun.

"Spagetti bolognise ya..." jawab gue nggak semangat tapi penasaran ingin coba makanan buatan Jono yang katanya enak.

"For you...everything I can..." ucap Jono dengan cengiran ala cowok yang sedang menggombal.

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/