webnovel

Masa Mudaku Kisah Cintaku

Aku jatuh cinta. Cinta terlarang dengan teman sekelas. Seseorang dengan semua perbedaan yang banyak dan sulit. Bisakah aku mempertahankan cinta ini? Tidak banyak angsa pelangi di kelas buaya karena ada satu dua rubah betina dari planet lain yang suka merundung junior mereka. Bukankah itu hal biasa dalam sekolah? Atau masalah utamanya ada pada Anggi sendiri? Bagaimana rasanya setiap tahun berpindah sekolah? Itu adalah yang selalu dirasakan Anggi, ngenes kata orang. Lalu, ketika kamu sudah merasa telah menemukan kehidupan baru dan memiliki beberapa teman yang mengerti dan nyaman akan hal itu. Tiba-tiba kamu harus pindah sekolah lagi? - cover is mine

Ningsih_Nh · Urban
Not enough ratings
314 Chs

MKC 13 Pacar Tidak Sah

Yang tidak gue sangka, sewaktu melihat gue Stefie senangnya bukan main hingga berjingkrak-jingkrak bak anak kecil dibelikan balon. Dia langsung berpamitan kepada tantenya akan ikut ke rumah gue dari pada ikut memasak lalu berjanji akan pulang sebelum jam empat sore.

Tentu saja gue binggung bukan main. Selain kontrakan tempat gue tinggal itu kecil dan tidak banyak ruangan, juga tidak ada apa-apa yang bisa dijadikan sebagai bahan hiburan seperti TV. Stefie tetap ngotot ikut serta tidak akan mempermasalahan hal tersebut. Asal dia punya teman, karena Duo R ditiap hari Minggu selalu ada acara keluarga entah itu pengajian, arisan, kondangan, menjenguk keluarga sakit di kota sebelah atau yang lain sebaginya.

Bisa dikatakan Stefie yang malang. Dia tinggal di Prembun bersama tantenya saja berdua karena om-nya bekerja di Jakarta sedang dua anak tantenya kuliah di Jogja dan Semarang. Itulah alasan sebenarnya kenapa Stefie selalu meminta gue main ke rumah jika tidak ada teman lain yang bisa diajak.

Gue adalah stok terakhir diantara banyaknya teman-teman Stefie yang selalu ia cari disaat-saat terakhir. Sebenarnya gue pun tidak mempermasalahkan hal tersebut. Hanya saja kemarin itu gue sudah ada janji dengan Ana di rumahnya membantu arisan pekanan ibunya.

Terpaksalah gue bawa serta Stefie ke rumah Ana karena jarak GOR dengan rumah Ana lebih dekat dari pada rumah gue. Niatnya sekalian menumpang mandi, seperti yang sudah-sudah.

Memboncengkan Stefie yang berat otomatis membuat gue ngos-ngosan membawa sepeda gue yang kalau bisa bicara tentu akan menjerit tidak kuat menopang beban yang berat. Ayah membelikan gue sepeda bekas namun layak pakai dan bisa untuk memberi boncengan orang. Stefie lah orang pertama yang diberi kehormatan untuk menjajalnya. Namun, bunyi aneh yang dihasilkan sepeda saat gue mengayuh pedal makin lama semakin jelas membuat gue khawatir.

Untung saja di jalan bertemu Jono yang ternyata diperintahkan Ana untuk menyusul gue yang tidak kunjung datang. Jadilah Stefie berakhir berbonceng ria di motor sport merah milik Jono, sedangkan gue tetap naik sepeda. Setelah itu gue tidak tahu apa yang terjadi diantara mereka berdua hingga membuat Stefie tidak berhenti tersenyum aneh sampai dengan detik ini.

"Kalo gitu terserah lo ajah Stef." ujar gue dan berlalu meninggalkan anak itu.

Saat gue datang lapangan sudah ramai oleh anak-anak yang akan ikut lomba kecuali Andi, mungkin dia masih merajuk karena keputusan kemarin.

"Nggi, lo bisa dateng kalo ada sempat." ucap Amad sambil menyodorkan selebaran acara Rohis. Pengajian Al Qur'an pekanan, disediakan kerudung bagi yang belum berhijab, itu inti yang gue tangkap sekilas. Dari selebaran tersebut gue jadi tahu kalau Amad merupakan wakil ketua Rohis.

"Makasih Amad. Insyaallah gue sempetin." kata gue hati-hati kepada wakil ketua Rohis sekolah. Tidak lupa sebuah senyum gue sematkan walau bisa Amad ketahui kalau gue melakukannya dengan terpaksa.

"Sikapnya biasa aja kali Nggi. Nggak usah kaku gitu. Kita kan sekelas." ujar Amad dengan cengiran geli dan pergi begitu saja.

"Duh ketahuan ya." decit gue lirih dan tidak mungkin Amad mendengar karena dia sudah cukup jauh.

Bukannya apa-apa, gue hanya merasa segan dengan anak yang mempunyai jabatan dalam sebuah organisasi di sekolah baik itu klub, ekstrakulikuler maupun OSIS. Bagi gue, hanyalah anak-anak yang mempunyai kemampuan, kepribadian dan kepercayaan diri diatas rata-rata yang mampu menduduki posisi strategis tersebut. Sedangkan gue sendiri tidak mempunyai sembarang satu saja dari kriteria-kriteria itu.

Gue hanya ingin hidup damai, sedikit bersantai, menjadi diri sendiri yang apa adanya dan tidak mau disibukkan dengan hal semacam itu. Tahun-tahun sebelumnya gue merasa hidup dalam sebuah siklus kehidupan yang kejar tayang, serba dituntut hampir disetiap inchi hidup gue. Sekarang saatnya menikmati jerih payah pengorbanan gue selama ini. Contohnya hari ini saja. Gue ingin bisa latihan dengan tenang.

Kembang tebu ing kabur kanginan...

(bunga tebu yang kabur terkena angin)

Neng dalan anyar koe karo sopo...

(di jalan baru kamu dengan siapa)

Neng kulon terminal... Anggi...

(di barat terminal.... Anggi...)

Sampai suara yang harus gue akui itu lumayan enak didengar menggema di lapangan badminton indoor sekolah, hingga saat dia menyebut nama gue cukup jelas dan membuat anak lain langsung menoleh kearah gue berdiri. Ini bukan gangguan lagi namanya, tetapi prahara yang sia-sia gue abaikan beberapa hari ke belakang.

"Nggi, gue mau jawaban lo sekarang..." teriak Andi yang berjalan mendekat.

"Jawaban apa?" gue pura-pura bego. Kenapa makhluk satu ini belum jelas juga.

"Lo harus jadi pacar gue."

"Kenapa jadi maksa gini Ndi?"

"Karena cintaku bukan cinta biasa." kata Andi serius. Namun, kutipan lagu milik entah siapa itu malah membuat gue tergelak. Gue tertawa lepas seolah memang gue tahan dari kemarin-kemarin. Lucu. Gue berasa sedang syuting FTV berjudul Dipaksa Cinta.

"Andi, temen kelas gue yang baik. Lo tau kan kalo perasaan nggak bisa dipaksa." ucap gue setelah berhasil berhenti tertawa.

"Bisa. Dan mulai hari ini lo resmi jadi pacar gue. Titik." tegas Andi. Dari sorot matanya gue tahu dia sedang tidak bercanda seperti biasanya. Tapi heiy, kenapa memutuskannya secara sepihak begini?

"Ndi, gue nggak suka lo begini." seru gue kesal. "Gue nggak terima candaan lo seperti ini" seru gue lagi yang tidak akan didengar oleh Andi. Dia sudah jauh berdiri disisi lain lapangan.

Hari ini, rasanya gue ingin menangis.

Gue yakin berita itu sudah sampai ke anak kelas, membuat gue enggan melangkahkan kaki untuk sekedar mengambil tas lalu pulang. Gue ingin marah, menangis sesuka hati di kamar. Tapi gue juga tidak mau orang tua gue tahu kalau gue sedang dilanda perundungan model baru. Dipaksa jadi pacar dengan orang yang tidak gue kenal dengan baik boleh kan dikategorikan sebagai bentuk perundungan?

"Nggi..." suara Ana dari arah belakang berhasil menghentikan langkah gue yang baru saja akan mulai beranjak.

Gue membalikkan badan kearah Ana yang berdiri disamping Jono, Edi dan Ebi. Ana tersenyum lebar diantara peluh yang membasahi wajah.

"Udah selesai?" cuma itu yang keluar dari mulut gue, tiba-tiba tercekap saat mendapati sesosok malaikat penyelamat hari gue yang baru saja terkena tornado.

"Makan yuk. Di depan. Nasi padang Nggi, gue traktir." seru Ana karena gue masih berdiri ditempat. Diam membisu. Hampir saja menangis dan berlari untuk memeluk Ana namun sadar ada tiga cowok bule yang hari ini sebisa mungkin gue tidak ingin berurusan. Bagaimana pun mereka masih satu spesies dengan Andi Munandar.

Gue cuman bisa mengangguk lalu menyusul mereka yang sudah berbalik arah menuju rumah makan Padang pak Somad di depan sekolah. Mungkin dengan makan rendang dan segelas es jeruk bisa mengusir kesedihan gue.

"Pelan-pelan Nggi kalo makan." hela Jono dari seberang meja. Menggeleng-gelengkan kepalanya.

-TBC-

cerita Masa Mudaku Kisah Cintaku versi lengkap hanya ada di Webnovel dengan link berikut ini: https://www.webnovel.com/book/masa-mudaku-kisah-cintaku_19160430606630705

Terima kasih telah membaca. Bagaimana perasaanmu setelah membaca bab ini?

Ada beberapa cara untuk kamu mendukung cerita ini yaitu: Tambahkan cerita ini ke dalam daftar bacaanmu, Untuk semakin meriah kamu bisa menuliskan paragraf komen atau chapter komen sekali pun itu hanya tulisan NEXT, Berikan PS (Power Stone) sebanyak mungkin supaya aku tahu nama kamu telah mendukung cerita ini, Semoga harimu menyenangkan.

Yuk follow akun IG Anggi di @anggisekararum atau di sini https://www.instagram.com/anggisekararum/