webnovel

Love Rain

Ara. Seorang gadis yang memiliki sebuah penyakit turunan dari sang ibu, ia harus melakukan hal lain, untuk dapat mengingat sesuatu. Lalu, sebuah mimpi buruk tiba-tiba hadir di malam-malam tidurnya. Mimpi buruk yang selalu membuatnya merasa ketakutan saat terbangun. Juna. Teman masa SMA Ara. Ia menyukai Ara sejak kelas 1 SMA, tapi sampai ia dewasa, ia tak pernah bisa mengungkapkan perasaannya ke Ara. Apalagi, Ara telah memiliki kekasih. Lalu, sebuah kenangan masa lalu, membuat diri Juna selalu diliputi perasaan bersalah dan marah. Dewa. Teman kuliah Ara. Dia anak lelaki yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu. Lalu disaat dirinya memiliki kekasih, cinta lamanya kembali hadir. Kembali mengusik percintaan Dewa. Lalu, dapatkah Ara mengetahui tentang penyebab mimpi buruk yang selalu mendatanginya? Dan dapatkah Juna akhirna bisa menyatakan rasa sukanya ke Ara? lalu bagaimana ia menghadapi rasa bersalah dan rasa marahnya akan kenangan masa lalunya? Dan untuk Dewa, bisakah ia menghadapi godaan cinta masa lalu yang tiba-tiba hadir di tengah kisah percintaannya? Sebuah takdir yang akan menuntun mereka, entah mereka mampu menerima atau tidak dalam memperoleh jawaban yang mereka cari selama ini. Karena semua bukan hanya tentang jawaban, tapi tentang cara kita menerima akan sebuah jawaban itu.

Caira_Asmara · Urban
Not enough ratings
397 Chs

Noona (kakak perempuan)

Seorang berseragam putih abu-abu mondar-mandir di depan pintu apartemen 11c, sejenak ingin mengetuk pintu, sejenak ia urungkan lagi. Dan udah lebih dari 10 menit ia melakukan itu, sampai mendapat tatapan aneh dari penghuni apartemen yang lain. Disaat ia yakin untuk mengetuknya, pintu apartemen sudah mulai terbuka dari dalam.

"Sammy?" ucapnya.

"Eh, iya kak." Jawaban si anak muda masih dengan tangan kanan terangkat karna tadi hendak mengetuk pintu.

"Lu, mau bareng lagi?"

"Iya kak, hhehe. Boleh?"

"Boleh, tapi tetep gue yang nyetir motornya ya?"

"Oke kak, thanks ya kak."

"Sama-sama Sam."

Beberapa saat kemudian Sammy udah sampai di depan sekolah dan menuju ruang kelasnya dengan raut wajah yang senang sambil bersenandung riang.

"Sam, lu bareng mbak-mbak tetangga sebelah lu lagi?" tanya Dion teman sekelas Sammy.

"Iya." balas Sammy senang.

"Lu, gak lagi suka sama orang yang jauh lebih tua kan?" tanya Dion penuh selidik.

"Tua apaan sih Ion, orang dia juga baru masuk kuliah kan. Paling cuman beda 2 tahunan sama gue." balas Sammy enteng.

"Yakin kalian cuman beda 2 tahunan?"

"Maybe."

"Lu tuh aneh, di sekolah banyak cewek-cewek yang lebih muda ngejar-ngejar elu buat jadi pacar elu. Tapi elunya malah sibuk nyari perhatian ke tetangga sebelah lu yang jauh lebih tua itu."

"Hey, lu gak tahu pesona dia, Ion? dia itu..." belum selesai Sammy memberikan jawaban, Dion udah memotong pembicaraan Sammy.

"Iya dah iya, terserah elu. Palingan lu cuman penasaran aja sama mbak-mbak itu."

"Mbak-mbak itu punya nama Ion, Ara namanya!" ucap Sammy menegaskan.

"Iya, mbak Ara." ucap Dion mengalah.

Lalu mereka bersiap belajar, karna pak Rian guru mata pelajaran sejarah sudah memasuki ruang kelas.

"Eh Sam, daripada mobil lu nganggur di basement apartemen, mending gue pake aja sini!" ucap Dion tiba-tiba.

"Enak aja, lu. Entar jok mobil gue keseringan didudukin cabe-cabean lu lagi." ucap Sammy.

"Rese, lu Sam."

"Bodo."

***

"Lu bareng Sammy lagi, Ra?" tanya Dewita.

"Iya, Wit."

"Udah lebih dari 3 kali kan dia bareng lu mulu?"

"Iya."

"Lu, gak mikir ada something gitu Ra?"

"Enggak sih, biasa aja."

"Kok, gue mencium bau-bau aneh ya soal dia."

"Bau apaan sih, Wit? Ngaco ah."

"Karna dia tu hampir tiap hari Ra, buat nebeng sama elu. Kalau pun emang ortunya belum ngasih alat transportasi buat dia, tapi kan dia bisa pake transportasi yang lain, Ra. Ada bus, angkot sama ojek kan?"

"Iya sih, tapi gue yang nawarin dia kok. Toh, sekolah dia searah kan sama kampus kita jadi gak ada ruginya juga gue nebengin dia. Uang dia yang buat transportasi kan bisa buat kebutuhan yang lain, Wit."

"Yaudah deh kalau gitu, intinya lu harus tetep hati-hati. Baik boleh, tapi menutup mata akan kejanggalan jangan."

"Iya Wit iya. Yaudah yuk masu! keburu dosen masuk nanti," ajak Ara.

"Yuk."

***

Tring… notifikasi pesan whatsaap.

"Bro, keluar yuk. Kita ketemu di cafe love milk, gue otw sekarang." bunyi pesan dari Dion.

"Oke." balas Sammy.

Lalu Sammy pun beranjak dari sofa empuknya mengambil sebuah kunci mobil dan menuju tempat parkir apartemen. Sejenak ia melihat pintu apartemen bertuliskan 11c, berdiam diri sejenak lalu melanjutkan lagi langkahnya.

Sammy mengendari mobil berjenis sedan berwarna silver, melajukan dalam kecepatan sedang membelah jalanan ibukota menuju cafe love milk.

"Eh bro, sini!" Ucap seorang pria sambil melambaikan tangan, yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Sammy.

"Lu, udah lama?" tanya Sammy.

"Gak terlalu bro. Yaudah kita pesen makanan dulu deh, laper gue."

"Mbak-mbak!" panggil Dion ke salah satu pegawai cafe.

"Iya, mas. Silahkan daftar menunya," ucap pegawai cafe sambil memberikan sebuah menu ke Dion.

Tanpa sadar raut wajah pegawai cafe seolah mengenali sosok yang sedang duduk berseberangan dengan seseorang yang memanggilnya barusan, sosok tersebut sedang menunduk asik menscrol layar ponselnya disalah satu aplikasi sosmed.

"Sammy," ucap pegawai cafe.

Karena ada sebuah suara yang memanggil namanya, aktifitas Sammy terhenti dan reflek menengadahkan wajahnya.

"Kak Ara," ucap Sammy dengan raut wajah kaget.

"Kalian saling kenal?" tanya Dion.

"Iya, kita tetangga." balas Ara.

Sedangkan Sammy masih terdiam antara kaget dan tidak percaya, bisa melihat Ara di sini.

"Ohh, mbaknya ini tetangganya Sammy, to?" Ucap Dion sambil menatap Sammy penuh tanya.

"Iya. O iya, apakah pesanan kalian sudah?" tanya Ara.

"Saya sih sudah, tapi temen saya belum mbak. Sepertinya dia masih belum fokus, nanti kami panggil lagi mbak kalau pesenannya sudah selesai." ucap Dion.

"Oh, baiklah kalau begitu. Saya permisi dulu, Sam buruan pesen ya!"

"Oh, iya kak."

Ara pun pergi meninggalkan Sammy dan Dion menuju pelanggan cafe yang lain.

"Hey, buruan pesen!" perintah Dion.

"Oh iya, sorry."

"Tetangga yang sering lu ceritain itu dia, Sam?"

"Iya."

"Pantesan."

"Pantesan apa?"

"Dia manis gitu."

"Eeh, awas lu mikir yang macem-macem soal kak Ara."

"Yee, apaan sih lu Sam. Bukan pacar tuh gak boleh cemburu bro."

"Iya sih, tapi gue gak suka aja kalau lu mikir yang macem-macem soal kak Ara."

"Iya de iya, yaudah gue panggil dia lagi ya? kan elu udah selesai milih menu."

"Iya, udah."

"Mbak-mbak!" Panggil Dion sambil mengangkat tangan kanannya.

Ara berjalan menuju meja Sammy dan Dion dengan wajah yang lelah tapi berusaha untuk tetap ceria.

"Sudah selesai pesanannya ? Saya ulangi lagi ya pesanannya ?" ucap Ara sambil mengulangi menu pesanan dari Sammy dan Dion.

"Iya mbak bener," ucap Dion.

"Ditunggu sebentar ya!"

"Baik mbak." ucap Dion.

Semua pertanyaan Ara hampir keseluruhan dijawab Dion, Sammy hanya terdiam tak tahu harus berbuat apa. Lebih tepatnya seperti memikirkan sesuatu.

"Sam?" panggil Dion.

"Iya."

"Lu mikirin apaan sih, tetangga lu barusan?"

"Bukan bro."

"Terus?"

"Gue bingung nanti pulangnya, takut kak Ara ngeliat gue pake mobil."

"Kok takut, emang mobil yang lu pake punya dia?"

"Ya enggaklah malih. Maksud gue, kalau sampai kak Ara tahu gue udah ada mobil. Gue jadi gak bisa nebeng dia lagi Ion."

"Oh itu, tapi kayakna dia gak mungkin tahu deh, Sam. Lu liat aja keadaan cafe ini, rame banget kan? Jadi dia gak ada waktu buat merhatiin elu nantinya."

"Iya sih. Gue harap dia gak bakalan tahu, Ion."

Ternyata, sebelum mereka berdua menghabiskan makanan dan minuman di cafe, Ara sudah pulang karna shift kerjanya telah selesai. Mereka mengetahui hal tersebut karna Dion menanyakan keberadaan Ara kesalah satu pegawai yang mengantarkan makanan mereka.

"Seneng kan lu? Rahasia lu masih aman." ucap Dion.

"Seneng banget gue Ion, hhehe."

"Yaudah yuk balik, awas jangan sampai telat besok!"

"Iye Ion Iye, bawel lu kayak cabe-cabean."

"Rese, lu Sam."

Lalu mereka berdua pun keluar menuju tempat parkir dan memasuki mobil masing-masing serta melajukan mobil ke tujuan yang berbeda. Sammy melajukan mobil dengan lebih tenang karna akhinya Ara tidak mengetahui tentang keberadaan mobil Sammy.

Senyum senang jelas terpampang indah di wajah oriental Sammy, sepanjang jalan ia bersenandung bahagia sampai memasuki lantai parkir apartemen.

Sebelum Sammy memutuskan naik menuju unit apartemen, dia ingin merokok sebentar di ruangan yang dikhususkan untuk merokok. Belum sempat Sammy membuka rokok yang berada di saku kanan jaketnya, dia sudah dibuat terpaku oleh sesosok wanita yang tengah menikmati rokok disela dua jarinya.

Pernahkah kalian mengalami pertemuan yang tanpa sengaja, tapi membekas di hati?

Jika pernah, berarti kita samaan

Caira_Asmaracreators' thoughts