webnovel

Menemui Tuan Muda Gu

-------Menemui Tuan muda Gu---------

Tidak sampai Sore hari, Ning Xuela telah sadar, begitu dirinya sadar Ning Xuela telah di teror dengan berbagai pertanyaan.

Ning Xuela memejamkan matanya dan dengan senyum konyol menjawab pertanyaan ibunya

"Mom, aku baik baik saja. Untungnya malaikat maut takut padaku." Jawabnya lemah.

"Kau. Gadis nakal, apa hidupmu akan nyaman setelah ibumu mati karena mengkhawatirkan mu?"

Ning Xuela menutup telinganya. "Aku tahu Mom."

Gu Zehan memeluk ibunya dan menenangkannya. "Sudah cukup bu. Ning Xuela sudah bangun, biarkan dia tenang."

Nyonya Ning melototi putranya dengan segala macam keluhan. "Kau terlalu memanjakan adikmu."

Ning Zehan tak berdaya, setiap kali adiknya mendapatkan masalah dialah orang pertama yang di tuduh ibunya.

"Nanan sudah cukup biarkan Xuela istirahat. Ayo kita pergi biarkan Rachell dan Zehan berada di sini." sela Tuan Ning melerai istrinya.

"Kau dan putramu sama sama menyebalkan."

"Oke. Ayo pergi"

Tuan dan Nyonya Ning pergi dan meninggalkan bangsal. Ning Zehan melirik Xuela lalu tanpa malu bertanya. "Kenapa kau berlari ke tengah kecelakaan dan menyelamatkan Tuan Muda Gu?"

Ning Xuela mengerutkan keningnya. "Kakak, aku hanya tidak bisa melihat orang orang mati di depan mataku."

Ning Zehan menanggapi kata kata Ning Xuela dengan dengusan.

"Lain kali jangan seperti itu. Kau membahayakan hidupmu sendiri."

Ning Xuela mengingat sesuatu. "Kakak, Apa kabar dengan pria itu?"

Ning Zehan menuangkan air hangat dan memberikannya pada Xuela. "Dia sudah sadar, tetapi asistennya masih koma, Asistennya terluka parah."

Xuela mengangguk.

Suster datang dengan nampan bubur yang masih panas terlihat jelas dari kepulan asap di atas mangkuk.

"Nona Ning, silahkan makan terlebih dahulu."

Ning Zehan mengambil mangkuk bubur tanpa banyak perdebatan, mengaduk nya sedikit menyendoknya lalu meniup.

"Makan terlebih dahulu."

Ning Xuela mengerutkan keningnya. "Baunya tidak enak, Kakak belikan aku keripik."

"Makan."

"Kakak."

"Ning Xuela!"

Ning Xuela segera membuka mulutny dan melahap bubur di sendok.

Meratapi rasa tidak enak di bubur, Ning Xuela menunjukan ekspresi tersiksa nya.

"Kakak."

"Akan ku belikan setelah menghabiskan buburnya." Ujar Ning Zehan.

Seperti di suntik darah ayam segar, Ning Xuela dengan cepat mengambil mangkok lalu melahap setiap sendok bubur dengan ekspresi di paksakan.

"Bagus. Makan buburnya, aku akan segera kembali dengan cemilan kesukaanmu." Gu Zehan beranjak.

"Terima kasih kakak." Senyum Ning Xuela sangat lebar hingga sampai ke matanya.

Ning Zehan melihat Rachell yang baru saja datang dengan tas makanan.

"Kamu sudah datang, temani Xuela. Aku akan ke supermarket."

Rachell mengangguk.

Xuela menepuk sisi tempat tidurnya menyuruh Rachell duduk di sana.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rachell.

"Baik, coba aku lihat apa yang kamu bawa."

Rachell segera mengeluarkan kotak makanan dan dua bungkus keripik kentang kesukaan Ning Xuela.

"Ahh... Dunia memang indah" komentar Ning Xuela sambil memeluk Dua bungkus keripik.

Ning Xuela menaruh keripik dan membuka kotak makanannya.

"Woahhh... sosis bakar asam manis." Xuela menghirup aroma enak dari sosis bakar tetapi tiba tiba dia memutup kotak makanan. "Rachell, aku ingin melihat pria itu."

"Pria yang mana?" Rachell tidak mengerti.

"Yang kemarin."

Tiba tiba Rachell ingat. "Oh Tuan Muda Gu."

Xuela mengerucutkan bibirnya. "Oh dia Tuan Muda Gu."

"Dimana dia di rawat?"

"Di lantai atas."

Rachell bingung kenapa Xuela menanyakan tentang Gu Sicheng. Tiba tiba senyum Ning Xuela membuat Rachell agak waspada.

"Aku ingin melihatnya."

"Tidak."

"Aku tidak membutuhkanmu untuk pergi, aku akan melakukannya sendiri karena aku masih memiliki tangan kaki dan mulut."

Rachell menyerah dalam sekali kata. "Oke, aku pergi bersamamu."

"Kesepakatan." Ning Xuela bersemangat.

----------------

Di lantai atas.

Ning Xuela dan Rachell saling memandang saat berdiri di depan dua orang penjaga yang di tugaskan keluarga Gu.

"Nona Muda, siapa yang Anda cari?" Tanya salah satu penjaga.

"Aku ingin menemui Tuan Muda Gu, namaku Ning Xuela."

Penjaga segera melaporkan lalu kembali dan menpersilahkan Xuela masuk tetapi hanya untuk Ning Xuela, Rachell tetap tidak di perbolehkan.

"Nona Masuk saja, aku berada di sini." Rachell mengangguk yakin.

"Oke, terimakasih Rachell."

Ning Xuela membuka pintu, pertama tama kepalanya yang masuk untuk memata matai keadaan di dalam.

Tatapan Ning Xuela membeku saat bertemu tatapan gelap Gu Sicheng.

Ning Xuela tersenyum canggung, perlahan dia memasuki ruangan lalu berjalan lebih dekat ke tempat tidur Pasien.

"Hai..." Ning Xuela mengangkat tangannya sambil melambai kiri kanan, dan menyapa seperti seorang teman lama.

Gu Sicheng mengangguk tengah senyum tipis yang tak terlihat jelas.

"Silahkan Nona Ning duduk nyaman."

Ning Xuela tanpa malu mengambil kursi dan duduk. Menunduk sejenak, Xuela melihat kotak makan sosis bakar asam manisnya.

"Oh Ya, ini untukmu sosis bakar asam manis dan keripik kentang kesukaan ku. Aku belum bisa keluar dan membeli buah, aku hanya punya ini sebagai hadiah menjenguk."

Gu Sicheng bingung di beri hadiah yang agak aneh untuknya, tetapi dia tidak menolaknya, Gu Sicheng mengambilnya dan menaruhnya di meja samping.

Ning Xuela senang.

"Terima kasih Nona Ning telah menyelamatkan nyawa saya, sampai kapanpun saya akan selalu berhutang untuk hal ini. " Ujar Gu Sicheng tulus.

Ning Xuela malu, dia menggaruk tengkuknya. "Hahaha... Itu hanya kebetulan yang tidak pantas di sebut."

Mata gadis itu cerah dan seperti banyak bintang di dalamnya. Gu Sicheng terpesona sejenak dan terus menatapnya.

"Oh Ya, perkenalkan namaku Ning Xuela, aku berusia dua puluh empat tahun."

Gu Sicheng menatap gadis yang polos dan jujur di depannya, senyum gadis itu begitu tulus tanpa dosa. Hati Gu Siicheng seperti di kelitiki, tidak bisa menolak senyum yang terus terpangpang di wajah cantiknya.

Gu Sicheng tersenyum. "Namaku Gu Sicheng, umurku tiga puluh lima tahun."

Ning Xuela mengerutkan keningnya, tangannya terangkat dengan jari jari berdiri. "Kita berbeda sebelas tahun. Woahh jauh sekali. Kau begitu tua."

Senyum Gu Sicheng memudar mendengar komentar Ning Xuela. "Apa aku setua itu?"

"Tidak. Kamu sangat tampan, lebih tampan dari kakakku dan Kakak Su Yu."

Senyum kepuasan terlihat jelas di bibir Gu Sicheng. Entah mengapa Gu Sicheng merasa senang mengobrol dengan gadis ini, biasanya Gu Sicheng tidak tahan berbicara lama lama dengan gadis manapun, menurutnya itu sangat membosankan dan buang buang waktu.

"Oh Ya, bisakah aku menambahkan nomormu. Mungkin saja kita bisa bertemu di tempat lain pada waktu yang berbeda" Tanpa malu malu Ning Xuela meminta nomor pada Tuan Muda yang terkenal menakutkan dingin dan tidak memiliki kesabaran pada gadis gadis.

Gu Sicheng terlihat menyesal. "Ponselku terbakar saat kecekaan, kamu bisa menulis nomormu di kertas dan aku akan menghubungimu nanti."

"Woahhh... Sayang sekali, pasti ponselmu mahal dan banyak pekerjaan penting di sana."

Gu Sicheng mengangguk. "Memang banyak, tapi untungnya aku memiliki salinan lain."

"Itu keren."

Hampir setengah jam mereka mengobrol, dan Gu Sicheng tidak marah ataupun mengusir Ning Xuela, dia dengan sabar menjawab setiap pertanyaan dan bertanya apa yang ingin dia ketahui.

"Apa kamu punya pacar?" Tanya Ning Xuela.

"Tidak." Jawab Gu Sicheng tegas.

"Sungguh? Kamu sama seperti kakaku di usianya yang sudah cukup Tua tidak memiliki pacar."

Tiba tiba pintu di buka dan Ibu Gu Sicheng datang bersama bibi Rong.

"Oh Siapa ini?" Nyonya Gu tersenyum lembut.

Gu Sicheng mengerucutkan bibirnya jelas tidak suka dengan kedatangan ibunya yang tiba tiba, dan akhirnya mengganggu pertemuan manisnya.

"Nona Ning, Terimakasih sudah menyelamatkan Sicheng." Nyonya Gu mengenali Ning Xuela setelah foto yang di tunjukan semalam oleh suaminya.

"Eh itu kebetulan saja." Ning Xuela malu.