webnovel

Nikahi Ning Xuela

-------Nikahi Ning Xuela---------

Tidak lama setelah nyonya Gu tiba, Ning Xuela pamit dan tidak lupa menulis nomor ponselnya.

Nyonya Gu tampak bahagia. "Ini pertama kalinya kamu begitu baik pada seorang gadis lebih baik dari kamu memperlakukan Wen..."

"Dia menyelamatkan nyawaku." potong Gu Sicheng.

Nyonya Gu mengenal dengan baik putranya sendiri, tetapi dia tidak mengekspos kebohongan putranya.

Gu Sicheng ingin Menghindari ibunya mengomel, dia menutup matanya dan tidur.

Nyonya Gu menghela nafas, Anak ini selalu seperti itu terus menghindarinya dengan pura pura tidur.

Bibi Rong yang menyaksikan Tuan Muda tumbuh tahu betul Tuan Muda sedikit menyukai gadis Ning Xuela, hanya saja Rumor beredar, Nona muda Ning ini bodoh dan tidak pergi kesekolah. Tuan Gu tidak akan menyukai Nona Ning seandainya mereka berkembang ke arah yang lebih serius.

"Ayo Bibi Rong, Sicheng harus lebih banyak istirahat, lebih baik kita melihat Rong Hui di kamar sebelah." Nyonya Gu keluar meninggalkan Gu Sicheng.

Setelah ibunya pergi. Gu Sicheng membuka matanya lalu mengambil kertas yang ada nomor Ning Xuela, selain deretan nomor ada juga smile ramah yang di buat Ning Xuela.

Bibir Gu Sicheng naik menjadi senyuman.

"Menarik." Gumamnya.

----------------

Ruang rawat Ning.

"Darimana kalian?" suara teror Ning Zehan.

Rachell maupun Ning Xuela kaget. "Kakak, kau membut kami ketakutan." ujar Ning Xuela tanpa rasa bersalah.

Rachell menunduk. "Nona Ning ingin menjenguk Tuan Gu."

Ning Zehan mengerutkan alisnya. "Kenapa pergi ke sana tanpa memberitahu, Aku akan datang bersama kalian."

Ning Xuela melepas sandalnya dan naik ke tempat tidur. "Hanya aku yang bertemu dengannya, Gu Sicheng tidak mengijinkan Rachell masuk." Jawab Ning Xuela apa adanya.

Ning Zehan melirik Rachell. "Lain kali telfon aku."

"Baik."

Ning Xuela mengambil sekantong cemilan yang di beli kakaknya, tanpa malu malu Ning Xuela mengeluarkannya dan membuka satu bungkus untuk di makan.

Krukk.. krukk.. krukk...

Suara renyah dari kunyahan Ning Xuela membuat Ning Zehan kesal. "Xuela, jangan berlarian sembarangan lagi. Kau membuat aku khawatir."

Ning Xuela hanya melirik kakaknya lalu tersenyum seperti anak kecil yang membuat Ning Zehan tidak bisa marah lagi.

"Oke. Rachell akan tinggal di sini menemanimu, aku masih ada rapat dengan investor luar negri."

"Oke. Terimakasih atas camilan nya kakak."

Ning Zehan memenepuk kepala adiknya dan berpesan. "Ingat jangan berlarian sembarangan lagi, dan jangan ganggu Tuan Muda Gu."

Ning Xuela mendengus.

"Aku hanya menjenguknya, aku tidak mengajaknya bermain lompat Tinggi."

Sifat Ning Xuela yang blak blkang membuat Ning Zehan harus lebih sabar menghadapinya.

----------------

Kakek Ning duduk termenung melihat berita yang di siarkan tentang Ning Xuela.

Berita menyebutkan nona muda keluarga Ning yang tidak berpendidikan menyelamatkan Tuan Muda Gu, ada juga yang menyebutkan Nona Muda Ning berkeliaran di luar dan tanpa sengaja menyelamatkan Tuan Muda Gu.

Pemberitaan di luar menjelekan Ning Xuela dan mengatakan cucunya bodoh.

Merasakan kepalanya yang sakit berdenyut, Kakek Ning terkulai lemas.

"Ketua Ning." Lao Han segera membantu Kakek Ning dan membawanya ke tempat tidur.

"Lao Han, pemberitaan di luar sana sangat kejam, cucuku Ning Xuela tidak bodoh. Dia sangat cerdas, jika terjadi terus seperti ini siapa dari keluarga baik baik yang akan menikahinya." mata kakek Ning merah.

"Nona Xuela hanya polos, dia terlalu baik hingga berpikir setiap orang itu baik, dan kepolosannya di anggap kebodohan."

"Mereka tidak mengerti cucuku, tapi dengan jahatnya mereka mengomtarinya."

Lao Han menatap sendu Tuannya, tiba tiba dia ingat sesuatu. "Ketua Ning, kenapa kita tida mengajukan lamaran untuk Nona Ning kepada Tuan Muda Gu. Bukankah Tuan Muda Gu berhutang nyawa pada Nona Ning, kita bisa berbicara dengan Tuan muda Gu tentang hal ini. Aku yakin Tuan muda Gu akan membantu Anda."

Kakek Ning menatap Asistennya. "Benarkah itu?"

"Tentu saja."

Kakek Ning yang awalnya seperti tubuh tak berjiwa kini lebih baik.

"Bicara dengan Gu Sicheng, aku ingin bertemu dengannya."

Lao Han segera melaksanakan tugas dari Kakek Ning.

----------------

Ruang rawat Gu.

Gu Sicheng terjaga sepanjang hari, dia tidak bisa tidur dan berpikir keras karena untuk pertama kalinya Ketua Ning menghubunginya ingin membicarakan hal yang penting.

Tokk tokk tokkk...

"Tuan Muda, Ketua Ning sudah tiba."

Gu Sicheng menatap pintu yang di tutup, seolah dia bisa melihat seseorang di balik pintu.

"Persilahkan mereka masuk."

Tidak lama kemudian Kakek Ning bersama Lao Han memasuki ruangan, Gu Sicheng belum bisa menyambut langsung Ketua Ning, dia hanya membungkuk sebagai tanda hormat.

"Maaf mengganggu Tuan Muda Gu." Ujar Lao Han.

"Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Ketua Ning yang legendaris."

Kakek Ning tersanjung dengan sikap hormat Gu Sicheng.

"Syukurlah Tuan Muda Gu baik baik saja, Aku harap kamu selalu sehat dan panjang umur." Kakek Ning berkata.

"Terimakasih atas berkat dan Doa Ketua Ning."

Gu Sicheng tersenyum formal dan penuh hormat, sebagai junior dalam dalam segala hal, dia harus bersikap hormat pada yang lebih tua.

----------------

Rachell dan Ning Xuela sedang bermain game seperti hal yang biasa mereka lakukan di kala bosan, apalagi mereka sekarang masih berada di rumah sakit dan belum boleh untuk kembali ke rumah.

"Rachell, tembak." Xuela berkata.

Rachell: "Nona, awas Musuh segera tiba, mundur..."

Xuela: "Oke,,, aku menyerang Turet kanan. Awasi bagian tengah."

Rachell: "Mundur..."

Penjaga di luar terus mendengar ocehan para wanita yang terkadang memarahi teman satu tim dan terkadang mengumpati kesialan mereka.

"Di dalam sana sepertinya begitu seru." Ujar bodyguard satu.

"Nona Xuela dan Nona Rachell sedang bermain game." Jawab bodyguard dua.

"Sungguh kehidupan yang nyaman."

Bodyguard dua tidak menjawab lagi mereka kembali berdiri tegak seperti posisi awal.

Satu jam kemudian dua gadis itu terkapar setelah memenangkan tiga pertandingan berturut turutturut, mereka tertidur dengan senyum penuh kebanggaan.

Sore harinya Ning Zehan datang dan melihat kekacauan yang terjadi di ruang rawat Ning Xuela.

Bungkus keripik kentang menumpuk di tong sampah dan dua gadis tertidur tak beraturan. Ning Zehan menghela nafas pelan.

"Ya Tuhan kapan dua gadis ini menjdi normal,"

"Tuan muda."

Dua Bodyguard membantu Ning Zehan membereskan kekacauan tanpa menimbulkan banyak suara, Ning Zehan juga memperbaiki selimut Xuela lalu melihat Rachell yang tidak memakai selimut. Ning Zehan melepaskan blazer nya dan menggunakan itu untuk menyelimuti Rachell.

"Ayo kita keluar." Ning Zehan memimpin.

----------------

Ruang Rawat Gu.

Gu Sicheng memandang ke luar jendela, di luar sana cuaca sangat cerah tetapi berbeda dengan suasana hati Gu Sicheng yang dalam keadaan kalut.

(Menikahlah dengan cucuku Ning Xuela, dia cucuku tapi dia juga menyelamatkanmu. Gu Sicheng kau berhutang nyawa pada cucuku. jadi bisakah kau membayar hutang nyawamu dengan menikahi Xuela Ku..)

Memijat ruang di antara alisnya, Gu Sicheng lelah.

Tokk... tok... tokk...

Melirik pintu yang di ketuk. "Masuk."

Pintu di buka setelah mendapatkan ijin. Yang Tian feng masuk bersama dengan Wen Mosen.

Yan Tian feng adalah salah satu teman baik Gu Sicheng, begitu pula dengan Wen Mosen. Dua Tuan Muda generasi ketiga ini berhubungan baik dengannya dan teman bermain Gu Sicheng sejak sekolah Dasar.

"Tuan Muda Gu sangat luar biasa kembli dari kematian." Wen Mosen menaruh bunga di vas sebagai buah tangan.

"Merepotkan sekali membawa bunga, aku kira kau ingin menjenguk seorang gadis." Ejek Yan Tian feng.

Wen Mosen tidak peduli dia duduk nyaman setelah menaruh bunga.

"Sicheng. Apa benar yang menyelamatkanmu adalah nona keluarga Ning yang terkenal Bodoh?" Yan Tian feng sangat penasaran.

Gu Sicheng melirik Tuan Muda Yan dengan bibir lurus karena kesal. "Dia tidak bodoh."

Wen Mosen kaget Gu Sicheng membela gadis Ning.

"Tapi berita di luar sana mengatakan itu."

"Tapi tidak bodoh hanya sedikit polos dan baik."

"ffttt....." Wen Mosen dan Yan Tian feng tertawa.

"Seteah kecelakaan otakmu bermasalah." ujar Yan Tian feng.

Gu Sicheng tidak mengatakan apapun dia hanya melirik kedua sahabatnya dengan ekspresi dingin.