Aula kerajaan yang luas dengan berbagai macam ukiran dan perabotan mesir yang mewah, sudah menjadi pemandangan orang-orang yang berada didalam aula kerajaan. Tempat dimana biasanya Ussermaatre berdiskusi dengan semua penasihat, membahas mengenai strategi perang.
Tapi kali ini berbebeda, tidak ada penasihat raja yang berkumpul .Yang ada hanya Sang Raja Ramesses Ussermaatre, duduk pada singasananya. Dan disampingnya, Kemal berdiri dengan tegap dan dagu yang ia angkat dengan tinggi.
Mereka berdua sedang melihat kearah ketiga orang, yang sedang bertekuk lutut dihadapan sang Raja. Dibelakang mereka bertiga setidaknya ada enam algojo, yang sudah sigap dengan kapak hitam besar. Tangan besar mereka yang berotot, tidak akan segan untuk memenggal kepala seseorang. Mereka hanya tinggal menunggu perintah dari sang Raja, memikirkan dari ketiga orang yang berada dihadapan mereka, yang akan lebih dulu merasakan tajamnya tebasan dari kapak besar tersebut.
Seqenenre, Munthy dan Ilona duduk dengan kedua tangan mereka terikat pada belakang punggung mereka. Sebuah belenggu gelang emas berukuran lebar sudah melingkar pada pergelangan tangan mereka. Mereka menyebutnya sebagai mata elang, sebuah belenggu emas yang bisa menahan kekuatan sihir yang dimiliki dari ketiga orang tersebut.
"Mmm..." Ussermaatre berganti tangan, untuk menopang wajah tampannya. Dan sorot matanya masih menatap sadis pada ketiga orang, yang sudah ia beri kesempatan untuk menikmati kehidupan di Mesir.
"Yang Mulia, apa kita akan langsung mengeksekusi mereka sekarang ini?" Bisik Kemal, seraya membungkuk hormat. Dan sang Raja, kembali menatap kearah ketiga orang tersebut.
"Aku sungguh kecewa dengan apa yang kau lakukan, Seqenenre! Beraninya sekali kau menipuku." Ucap Ussermaatre dengan suara berat, dan wajahnya masih tidak menunjukkan belas asih sedikit pun.
"Yang Mulia Raja...Acchh..." Seqenenre mengerang sakit, ketika salah satu ujung kampak menekan pada lehernya.
"Menunduklah saat kau berbicara dengan Yang Mulia Raja, tunjukkan rasa hormatmu!" Ucap Algojo tersebut. Dengan posisi membungkuk terpaksa, Seqenenre harus mendongakkan wajahnya, agar ia bisa melihat jelas wajah dari sang Raja.
"Apa lagi yang akan kau jelaskan! Selama ini ternyata putrimu!" Tunjuk Ussermaatre pada Ilona, "Atau siapapun wanita itu! Ternyata dia memiliki darah dari mereka kaum yang tinggal di lautan! Kau sudah membohongiku, Seqenenre!!" Ussermaatre bangkit dari duduknya, dan mulai menuruni anak tangga kecil.
Ussermaatre tampak sangat marah, tangan kanannya sudah mengeluarkan cambuk merah yang menyala dengan terang. Dan tidak lama, langkahnya berhenti tepat dihadapan Seqenenre. Sang Algojo semakin menekan punggung Seqenenre, membuat janggut putihnya yang panjang langsung menyentuh permukaan lantai.
"Ayah!!" Teriak Munthy, dan Algojo lainnya juga memperlakukan buruk pada Munthy. Membuatnya membungkuk hormat dengan terpaksa. Sedangkan Ilona menatap dengan wajah pucat, dia sendiri tidak tahu harus bertindak apa.
"Yang Mulia Raja...!" Seqenenre dengan terpaksa berbicara tanpa bisa melihat wajah Ussermaatre. Dan yang bisa ia lihat saat ini adalah, kilau cahaya merah yang berasal dari cambuk milik sang Raja.
"Yang Mulia Raja... Mengenai Nefertari! Bagaimanapun dia masih menadi putriku, dan walaupun dia berasal dari dunia yang berbeda. Aku harus memastikannya terlelebih dahulu.." Ucap Seqenenre dengan tarikan napas yang sulit.
"Dan aku akui, kalau dulu sekali aku pernah menjalin hubungan terlarang dengan salah satu kaum yang tinggal di lautan. Dan aku harus membayar mahal untuk itu, yaitu dengan terus menyembunyikan identitas dari putriku sendiri!" Seqenenre masih memberikan penjelasan, dan sang Raja hanya diam dengan tidak tertarik.
"Itulah sebabnya, putrimu bisa memahami apa yang dipikirkan oleh Siren terebut! Dan karena itu putrimu dengan sangat mudah untuk dikendalikan oleh makhluk tersebut?!"
"Tapi percuma saja Seqenenre, pengampunan untukmu sudahlah tidak berlaku. Aku sudah tidak bisa mempercayaimu lagi." Ussermaatre sudah mengangkat tinggi cambuk merahnya.
"Harusnya kudengar para penasihatku, bahwa kalian sudah tidak bisa dipercaya lagi! Lebih baik kuhabisi nyawa kaliam semua yang ada disini."
"Yang mulia Raja Ramesses ... Kumohon!!" Entah apa yang merasuki Ilona, tiba-tiba saja dengan berani dia membuka suaranya dengan lantang. Dan berhasil menarik perhatian dari sang Raja, yang langsung menoleh kearahnya.
Munthy menatap heran pada Ilona, sedangkan Seqenenre harus bersusah payah untuk bisa melihat jelas wajah putrinya.
"Nefertari! Apa yang mau kau lakukan?" Ucap Seqenenre cemas.
"Yang Mulia Raja yang Agung." Ilona membuat intonasi suaranya menjadi sangat sopan dan formal. "Ini semua bukanlah kesalahan dari mereka berdua, mereka hanya berusaha untuk melindungiku dan mencari tahu apa penyebab dari semua ini." Ilona harus berpikir cepat, memikirkan sebuah penjelasan yang bisa diterima oleh Sang Raja.
"Akan kudengar penjelasan bodohmu!" Cibir Ussermaatre.
"Aku... aku bisa membantumu Yang Mulia Raja. Bukankah kau pernah mengatakan bahwa menginginkan banyak informasi dari mereka yang tinggal di kaum lautan." Ilona menelan air ludahnya sendiri.
"Aku bisa mencarikan informasi yang kau inginkan, dan akan kulakukan untuk membuktikan bahwa ayahku dan Munthy... Tidaklah memiliki niat jahat sama sekali."
"Nefertari! Apa kau paham dengan perkataanmu sendiri? Apa pikiranmu sudah tidak waras....Achhh..." Seqenenre harus merasakan ujung kapak pada lehernya kembali, karena Algojo kembali menekan lehernya dengan kuat.
"Apa jaminannya, bahwa aku bisa percaya dengan semua perkataanmu? Kau bisa saja sedang berbohong!" Tantang Ussermaatre, dan mulai berjalan kearah Ilona dengan langkah tegap.
"Jaminan?" Ucap Ilona dengan bingung, dan bodohnya kenapa dia tidak memikirkan hal tersebut. Sang Raja tidak mungkin percaya begitu saja, dengan semua ide dan sarannya. Ilona lupa kalau dia sedang berbicara dengan Raja yang tidak memiliki rasa iba ataupun belas asih.
"Kau berbicara layaknya seekor burung yang berkicau, terlalu nyaring tapi tidak memiliki makna apapun!" Ussermaatre sudah berada dihadapan Ilona, cambuk merahnya masih menyala dengan cahaya yang terang. Langsung saja Ilona membayangkan, bahwa Sang Raja pernah berniat untuk membakar wajahnya.
"Aku... hanya ingin membuktikan.." Ilona semakin dibuat gugup.
"Cukup denga semua omong kosongmu!" Potong Ussermaatre.
"Pernikahan!" Munthy tiba-tiba saja berteriak dengan lantang. Dan semua orang yang berada diruangan tersebut, memandangi kearah Munthy dengan heran.
"Yang Mulia Raja Agung, maafkan aku menyela ucapanmu." Lanjut Munthy, dan tanpa diminta dia sudah membungkuk hormat untuk Sang Raja.
"Bukankah dengan kedudukan anda sekarang ini, anda membutuhkan seorang Ratu Mesir. Sudah banyak para penasihat yang membicarakan ini dibelakang anda... Seorang raja tanpa adanya kehadiran Ratu, akan membuat ketidakseimbangan dalam masa pemerintahan anda." Tiba-tiba saja cambuk milik Ussermaatre menghilang, bersamaan dengan kilau cahaya merah yang panas.
"Aku rasa Yang Mulia akan lebih tahu dari apa yang kubicarakan, karena rumor mengenai anda mencari pendamping... Sudah sangat terdengar diseluruh pelosok negeri Mesir. " Lanjut Munthy.
"Dengan anda menikahi adikku, anda dan adikku akan terikat... Dan..." Munthy memperhatikan reaksi Ilona, matanya melebar dengan lebar dan wajahnya semakin menjadi pucat.
"Dan...?" Tanya Ussermaatre dengan suara yang berat.
"Dan anda kan dengan mudah mengendalikan, mengawasi adikku jika... Dia menjadi Ratu Mesir... Setelah anda mendapatkan apa yang anda inginkan, anda bisa menurunkan tahta adikku. Dan itulah... bukti pengabdian kami."
Sang Raja Ussermaatre belum mengatakan apapun, tatapannya saat ini melihat kearah Ilona. Dan seringai iblis miliknya, muncul dan tersirat jelas pada wajahnya.