webnovel

Episode 12

" Kevin.... Kevin... ayo bangun tukang tidur .... "

Seketika aku terbangun. Yu Ji , tak sengaja aku memimpikannya. Ellis masih tertidur pulas disampingku. Aku ingat biasanya kami tidur bertiga saja. Tapi malam ini , kami tidur berdua saja. Yu Ji , kurasa aku sangat merindukanmu.

Aku tak dapat tidur kembali. Aku terbaring termenung dipelukan Ellis. Sekilas kupandangi wajah lugunya. Namun sekilas aku pandangi kembali wajah Ellis. Tak kusadari sekarang ia tampak persis seperti bocah belasan tahun. Ia bahkan terlihat lebih muda dari adikku. Kubersihkan noda darah dibibirnya , dan sekujur tubuhku merinding ketika menyentuh kulitnya yang halus nan bersih. Ia tampak sepuluh tahun lebih muda. Nampaknya menghisap darahku membuat ia makin cantik dan muda. Lama kelamaan kurasa ia akan kembali menjadi bayi , jika saja ia terus menghisap darahku. Saat aku sedang asik memandangi wajahnya , ia terbangun. Sadar aku sedang memandanginya , ia lantas tersenyum manis dan berbisik

" sayang , kau sudah bangun ? "

" Begitulah , tiba tiba saja aku terbangun .... " Seakan tak percaya dengan ucapanku , ia menatapku tajam . Ia kecup sedikit leherku kemudian ia kembali berbisik

" jelas sekali kau sedang memikirkan sesuatu.... ayolah jujur saja sayang..." sebenarnya aku tidak ingin berkata langsung karena aku takut menyakiti hatinya. Namun , saat itu aku seakan tidak bisa berbohong.

" Aku.... aku hanya terpikir Yu Ji... " kukira ia akan kecewa. Namun Ellis justru tersenyum. Ia usap pipiku , lalu sambil bersandar manja di dadaku , ia berkata

" wajar sekali jika kau merindukan dia. Ia juga istrimu. Ia bagian dari keluarga kita. Jika engkau mau , kejarlah dia. Yu Ji sudah seperti saudaraku sendiri dan jujur , terkadang aku juga memikirkan keadaannya. "

" Benarkah? Kalau begitu mari kita pergi berdua mencarinya " Namun Ellis tiba tiba menggelengkan kepalanya.

" Rakyatku membutuhkanku. Mereka bisa kembali kapan saja , jadi , mungkin lebih baik aku disini" Itu benar , Prajurit Timur bisa saja kembali. Dan ketika saat itu tiba , mungkin lebih baik jika Ellis berada disini

Dengan berat hati , kami harus berpisah kembali. Tapi aku berjanji , aku akan kembali secepat mungkin. Ellis berkata aku tak perlu menerka nerka dimana keberadaan Yu Ji. Cukup kutuliskan aja namanya di dinding atau di lantai dengan kapur , lalu ketika tulisan itu bersinar aku akan segera berpindah ke tempat dimana Yu Ji berada. Tanpa menunda nunda , kutulis namanya di lantai kamar Ellis. Ellis menutup matanya agar matanya tidak tersambar sinar kapur itu. Kapur itu lalu bersinar menyilaukan mataku. Aku sempat tak bisa melihat apa apa. Dan ketika penglihatanku kembali. Tiba tiba ku sudah berada ditengah sebuah desa yang porak poranda.

Mayat bergelimpangan. Dari pakaiannya , beberapa pasukan Timur, beberapa rakyat Xian. Namun , mayat pasukan Timur paling banyak. Aku terus melangkah mencari keberadaan Yu Ji. Sekilas aku seperti mengenal desa ini. Saat aku tiba disebuah taman buka , aku kemudian sadar , desa ini adalah desa dimana aku pertama kali mencium Yu Ji.

Lalu aku melihat seorang gadis berambut pendek duduk menangis diantara bunga kembang surga yang bertambah merah karena percikan darah. Ia menangis tersedu sedu. Tubuhnya penuh luka. Pakaiannya penuh percikan darah. Kudekati dia lalu tiba tiba ia menoleh kearahku

" Yu Ji ?!! " betapa terkejutnya aku begitu aku sadar gadis itu adalah Yu Ji. Ia pun tak kalah terkejut . Sambil terus menangis tersedu sedu, ia berlari menghindar dariku. Tangisannya menjadi jadi. Kukejar dia namun ia berlari makin kencang. Tak sengaja , kakinya tersandung akar pohon yang mencuat keluar dan ia pun terjatuh. Kudekati dia namun ia seketika meneriaku keras

" Pergi!!! Bukankah sudah kubilang kau pulang saja! Pergi ! Pergi! " sambil terus meneriaku, ia menepis nepis tanganku yang berusaha memeluknya. Segera kutarik tangannya lalu kupeluk ia erat erat. Ia menagis sejadi jadinya. Berbeda dari pertama kali bertemu, tubuhnya sekarang sangatlah kurus. Wajahnya tak secerah dulu lagi , penuh luka goresan pedang dan senjata tajam. Berbulan bulan bertarung sebagai pendekar naga hitam membuat ia berubah. Namun dimataku , ia tetap cantik menawan.

" bukankah sudah kubilang tetaplah di Bumi saja? Lupakanlah aku Kevin... disanalah duniamu bukan disini.."

" Aku membutuhkanmu Yu Ji , tanpamu , hidupku takkan pernah sama lagi."

Ditengah suasana sedih itu , aku mendengar suara langkah kaki dan tepukan tangan. Aku merasakan energi yang sangat panas tak jauh dariku. Aku pun menoleh ke belekangku. Aku melihatnya , dia yang menghancurkan rumah dan keluargaku, dia yang nyaris membunuhku malam itu, Xuan Luong sang pendekar tapak dewa. Bunga bunga disekitar kami seketika hangus terbakar saat ia melangkah mendekati kami. Ia lantas tertawa begitu melihat aku yang masih memeluk Yu Ji dipelukanku.

" kau seharusnya tetap di Bumi pendekar palsu . Sekarang , kau akan mati bersama pendekar naga hitammu yang tercinta. " geram mendengar ucapannya , aku segera berdiri menghadapinya. Tanpa rasa takut sedikitpun , kutunjuk wajahnya seraya berteriak

" Tidak jika aku menghentikanmu lebih dulu! " mendengar ucapanku, ia lantas tertawa terbahak bahak. Energi panas didalam tubuhnya makin menjadi jadi. Rambutnya berubah menjadi ungu. Angin berhembus kencang layaknya badai. Debu , ranting dan akar akar pohon yang mati , semuanya bertebangan akibat energi dalam tubuhnya yang dahsyat. Dengan sombongnya ia berteriak

" aku dapat bergerak lebih cepat dari cahaya. Aku dapat membunuhmu bahkan sebelum kau sempat berkedip! "

Aku harus tenang. Ia berpuluh puluh kali lebih sakti dariku namun bukan berati aku tidak dapat mengalahkannya. Tenang dan konsentrasi. Tak lama aku merasa energi dingin memanar dari tubuhku. Lebih tepatnya dari kalung pemberian Yuki. Aku menjadi makin percaya diri. Tiba tiba aku teringat komik DC dimana karate Kid melawan Superman. Superman hampir menyambarnya namun karate kid dapat membantingnya keluar angkasa hanya dengan jurus Judo. Disaat seperti ini , kurasa aku dapat melakukan hal yang sama padanya. Jika aku dapat konsentrasi aku bisa saja menangkap tangannya lalu melemparnya ke angkasa. Jika berhasil , ini akan menjadi kemenangan terbesar bagiku.

" majulah ! Aku tidak takut!"

" Jahanam kau! " Xuan Luong melaju lebih kencang dari kilat. Namun dimataku , gerakan biasa biasa saja. Saat ia hampir menghantamku, segera kutangkap tangannya , lalu kulempar dia dengan jurus Judo ke angkasa. Ia terpental ke angkasa berkali kali lebih cepat dari kilat. Jika perhitunganku tepat , kurasa ya terlempar jauh ke luar angkasa. Kecuali jika ia seorang super seiyan , kurasa mustahil ia dapat bertahan diluar sana.

" kau.... kau menyelamatkanku.. " lirih Yu Ji. Kubantu ia berdiri kembali dan kami segera melarikan diri sebelum pasukan timur kembali. Aku ingin membawanya ke BeiYuan, namun ia lebih ingin pulang ke Ibu kota Xian. Lantas kuberikan kapur itu padanya , lalu kami segera berpindah ke Istana Xian, kediaman Raja Shan.

Aku lekas berlari keluar kamar Yu Ji , meneriaki dayang agar mereka memanggil tabib. Mereka bingung bagaimana bisa kami tiba tiba saja sudah berada di kamar , namun mereka segera berlari memanggil tabib istana. Tak lama tak hanya tabib yang datang , Raja Shan juga datang bersama sang permaisuri cantiknya. Ia ikut menjenguk Yu Ji yang keadaannya sangat lemah dan memprihatinkan. Ada banyak luka goresan , tusukan , dan beberapa tulangnya patah. Tabib berkata bedil orang orang Timur sepertinya tidak menembus kulitnya , namun tetap menghantam tubuhnya dengan keras sehingga banyak tulangnya yang bergeser bahkan patah. Di Bumi luka seperti ini tidak terlalu menjadi masalah , namun di planet Xi , luka seperti ini adalah masalah besar. Tabib istana segera memulai ritual penyembuhan. Ritual berlangsung nyaris seharian , aku dan Raja Shan terpaksa menunggu di luar kamar Yu Ji.

Situasi di Istana Xian sepertinya tidak separah di BeiYuan. Diluar sana , kota masih tetap aman , pejabat istana masih dapat tidur nyenyak , dan tidak ada tanda tanda sedang ada perang. Istana Xian tidak semegah dan semewah Istana BeiYuan , namun dayang dayangnya lebih cantik . Dan , aku melihat ada banyak hiasan hiasan kuno disini. Pengawal Istana tidak mengenakan baju zirah baja yang sangat berat seperti di kerajaan Han melainkan hanya pakaian biasa saja.

Raja Shan memintaku untuk istirahat , namun saat itu aku tidak merasakan lelah sedikitpun . Aku memilih menunggu Yu Ji diluar bersama beliau. Berjam-jam kami menunggu , akhirnya tabib keluar bersama rekannya , dan mengabari kami jika ritual penyembuhan mereka berhasil. Namun Yu Ji harus tetap istirahat. Raja Shan memintaku untuk menunggu disalah satu kamar tak jauh dari kamar Yu Ji. Tadinya aku ingin kembali ke BeiYuan agar dapat bermalam bersama Ellis namun sesaat kemudian aku berpikir, akan lebih baik jika aku disini menunggu Yu Ji siuman. Akhirnya aku terbaring sendirian dikamar yang amat teramat luas itu. Dayang sebenarnya datang menawarkan apakah aku ingin dimandikan dan dipijat, namun aku menolak. Mereka cantik dan menggairahkan namun malam ini aku ingin sendiri.

Aku berusaha keras agar tidak tertidur. Namun mataku mulai layu .Kesadaranku memudar. Hingga lama-kelamaan aku tertidur. Namun tiba-tiba aku mendengar suara yang amat berisik hingga membangunkanku. Aku terbangun ditengah-tengah kuil yang penuh dengan hiasan ular. Orang Samurai berdiri dihadapanku dengan baju zirahnya yang terbuat dari baja hitam. Dia melangkah mendekatiku, dan ketika kami berdekatan , ia segera menyiagakan kuda-kudanya. Aku berdiri santai , dan ketika dia menebasku secara tiba-tiba , dengan mudah aku mengelak lalu kecolok matanya dengan jariku. Sang Samurai seketika buta. Tanpa ampun kucengkram lehernya dengan kedua tanganku lalu kupatahkan. Ia pun tumbang , setidaknya kau kira begitu. Lalu tiba-tiba perutnya terbelah dan kemudian muncullah sesosok ular bertubuh manusia setinggi dua kali lipat orang dewasa. Ular itu hampir menusukku dengan buntutnya. Beruntung aku lekas menghindar. Kuterjang lututnya hingga patah , membuat ular itu seketika berlutut dihadapanku. Lalu aku melompat dan kuterjang lagi kepalanya sekeras mungkin. Kepala ular itu seketika terpecah dan akhirnya tumbang. Tidak seperti sebelumnya , kali ini aku dapat menang dengan mudah. Tiba-tiba aku mendengar suara tepukan tangan , dan ketika Aku menoleh , Kaisar yamamato lah yang bertepuk tangan untukku.

" mengesankan , Aku geram Kenapa aku tidak menghajarmu tanpa ampun hari itu. Kukira kudapat menjebloskan dan menyiksa mu selamanya di neraka. Tak kusangka kalian berhasil melarikan diri. Sekarang semua sudah terlambat. Bahkan pendekar tapak dewa tak sanggup menghentikanmu. Bahkan iblis ular pun tak mampu. Sekarang akulah yang akan menghentikanmu. HYAAAA!!"

Tubuhnya memancarkan gelombang energi yang sangat panas. Angin Badai berembus dahsyat sehingga dinding dan atap kuil hancur seketika. Aku sampai termundur beberapa langkah. Aku berusaha keras agar tubuhku tidak terpental. Kaisar Yamamoto lalu terbang melayang layaknya Superman. Energi panas itu menjadi jadi sampai-sampai aku dapat merasakan panas disekujur tubuhku. Ia angkat kedua tangannya lalu ia arahkan kepadaku.

" Bolaaaaa Energiiiiii!!!!"

Kupejam mata ku dan ku kira aku akan segera mati karena bola energi yang ia tembakan sangatlah besar. Namun , ketika kubuka mataku , waktu nyaris terhenti. Lagi-lagi kalung pemberian Yuki bersinar dan energi dingin memeancar menyelimuti tubuhku. Bola energi itu terus bergerak mendekatiku namun dengan sangat lambat. Ketika bola itu cukup dekat, kuterjang bola itu sehingga melesat kencang ke arah Kaisar Yamamato.

" Duar!! " bola itu meledak sedahsyat bom atom. Debu berterbangan , angin panas berhembus menghancurkan segala yang dilaluinya . Aku merasakan tubuhku seperti dicabik-cabik dan dipanggang api neraka. Pakaian dan kulit Kaisar Yamamato semuanya hangus terbakar. Tubuhku hancur dan seketika aku terbangun dari tidurku.

Entah, Apakah itu mimpi atau nyata. Aku segera melihat tangan dan kakiku . Semuanya baik-baik saja. Mungkin semua itu hanya mimpi. Tapi kelihatannya begitu nyata. Mimpi itu membuat ku terjaga hingga pagi. Aku bahkan masih dapat mengingat panasnya energi yang memanggang tubuhku.

Aku segera berlari kekamar Yuji. Keadaannya mulai membaik. Lukanya mulai hilang, namun luka di wajahnya masih membekas. Ketika ia bangun ia menoleh kepadaku seraya tersenyum menyapaku.

" selamat pagi suamiku... " sapanya. Kudekatkan wajahku , lalu kulumat bibirnya yang merah jambu.

" selamat pagi Istriku.. " kami pun bercumbu. Aku segera berbaring disampingnya , melumat-lumat bibirnya yang lembut nan manis. Meski kaku, ia balas lumatan bibirku seraya mengkalungkan lengannya dileherku. Kami bercumbu melepas rindu selama nyaris satu jam , lalu ia membenamkan wajahnya dipelukanku.

" Kenapa kau kembali..... " aku terdiam. Aku tak menjawab pertanyaannya. Segera saja ku peluk dia dan kukecup pipinya yang kembali cerah bersinar.

" Maafkan aku Kevin , aku.... aku rindu padamu. Saat itu , dikala aku nyaris kalah , aku berharap aku dapat melihatmu sekali lagi . Dan kau benar benar muncul... "

Ia menangis haru. Segera kuhapus air matanya, kemudian aku berbisik.

" tenanglah... sekarang aku disini... " kupeluk ia erat erat , kemudian kami tertidur berdua di pagi yang sejuk itu.

Kami sangat kelelahan. Ketika aku terbangun ternyata hari sudah mulai sore. Tenagaku seakan terisi kembali. Tak lama , terdengar suara panggilan dari dayang istana yang meminta izin untuk memandikan serta memberi makan Yuji. Segera aku persilahkan mereka masuk. Selama menunggu mereka menjalankan tugasnya , aku berjalan-jalan berkeliling istana Xian.

Tak sengaja aku singgah di ruang singgasana. Berbeda dengan ruang Singgasana di BeiYuan yang penuh dengan pengungsi, ruang singgasana Raja Shan masih megah dan mewah . Panglima-panglima muda berbaris melaporkan kabar dari medan perang. Berbeda dengan Kaisar Shi , Raja Shan tidak hanya bersantai-santai sementara kerajaannya diserang , Beliau ikut berperan penting meski hanya dari istananya. Meski kerajaan Xian nyaris tak punya Panglima yang berpengalaman , Raja Shan Tetap optimis dan pantang menyerah , dan itu motivasi tersendiri bagi pasukan pasukan Xian. Pengawal kemudian memintaku meninggalkan ruang singgasana karena Raja Shan sedang ada pembicaraan penting dengan para panglima.

Tidak seperti kerajaan Han yang penuh ketakutan dan kacau balau , kerajaan Xian terlihat baik baik saja. Putra putri Raja Shan masih asik bermain bersama dayang dayang dan putri bangsawan seolah tidak terjadi apa apa. Saat aku melihat keluar dari balkon Istana , orang orang masih berniaga , bersaktifitas seakan sedang tidak terjadi perang diluar sana. Aku terdiam cukup lama , memandangi Kota Xian yang rupanya tak kalah luas jika dibandingkan dengan Kota BeiYuan. Istana Xian juga sangatlah tinggi. Jika berdiri di balkon istana , kita dapa melihat melihat pemandangan kota Xian. Ada banyak gedung gedung tinggi bernuansa Cina kuno yang tidak akan kita lihat di Bumi. Disini mereka menyebutnya , Dalou , yang arti sebenarnya adalah bangunan tinggi. Namun disini , dalou adalah rumah susun dimana rakyat tinggal. Tidak seperti di bumi yang berbentuk petak dan terbuat dari beton , Dalou berbentuk unik layaknya istana istana di jepang , dan dihiasi ukiran ukiran Cina. Dalou memiliki dua belas lantai yang dimana lantai teratas dihuni oleh rakyat kelas atas.

Matahari mulai terbenam. Tadinya aku ingin kembali ke kamar Yu Ji, namun tiba tiba , aku melihat pemandangan tak biasa di langit Istana Xian. Tepat saat matahari terbenam , puluhan lampion udara lepas landas ke langit kota Xian. Ukurannya lebih besar dari lampion pemberian Kakek Bai. Setiap lampion membawa karung misterius yang tadinya kukira berisi bahan makanan. Namun ketika aku bertanya kepada salah satu pengawal, rupanya karung itu berisi bahan peledak. Dari yang ia dengar , satu lampion saja dapat membunuh dan membakar ribuan prajurit musuh. Tiga lampion saja cukup membuat puluhan ribu musuh melarikan diri. Mereka yang melarikan diri lalu dikerjar dan dihabisi oleh milis yang dipimpin oleh pendekar naga hitam. Konon , si muka setan beralih mengapung BeiYuan karena ia takut dengan lampion terbang. Hampir setiap malam puluhan lampion terbang memburu pasukan musuh ataupun menyerbu persediaan musuh. Lampion terbang cukup tinggi sehingga bedil pasukan Timur tidak dapat mencapainya. Lampion perang ini adalah strategi perang Raja Shan.

Aku lalu kembali ke kamar Yu Ji ia telah Diriasi kembali menjadi seorang putri. Namun luka goresan pedang di bagian matanya tetap tidak menghilang. Meskipun begitu ia tetap cantik jelita.

" Kevin , Tak Kusangka Aku akan mengenakan pakaian seperti ini lagi , aku .... aku aku kembali menjadi putri bintang " segera ku raih tangannya lalu kucium dengan penuh cinta. Wajahnya memerah. Andai ada alunan musik klasik, sungguh Aku ingin mengajaknya berdansa.

Malam itu, berdua saja tapi duduk di Taman istana , menatap indahnya awan nebula serta bintang dan planet raksasa yang mempercantik langit malam. Rasanya baru kemarin , aku pertama kali berduaan dengannya. Sungguh aku merindukan saat-saat seperti ini , saat dimana Aku berdua saja dengannya. Kupandangi wajahnya yang menatap langit malam begitu antusias. Ia berbalik wajahku yang mulai berlinang air mata Haru.

"Kevin? "

" Yu Ji... Setelah semua ini usai , Maukah kau hidup denganku di bumi? " wajahnya memerah. Ia tersenyum malu. Ia bersandar di bahuku dengan manja seraya berbisik.

" Tentu saja aku mau .... suamiku... " kami pun bercumbu dibawah langit malam yang bermandikan cahaya warna warni dari awan nebula , yang menjadi saksi bisu kemesraan kami. Sungguh ciuman yang tak terlupakan. Kuraih tangannya lalu kutuntun ia kembali ke kamar. Kubawa ia keatas kasur dan kami pun bercumbu meluapkan segala rasa cinta kami kedalam sebuah ciuman. Kulumat bibirnya dan ia pun membalas dengan penuh rasa sayang. Kami saling bercumbu seraya saling melepaskan pakaian pakaian kami. Kubaringkan tubuhnya diatas kasur , lalu aku pun ikut berbaring disampingnya. Ia mendekapku begitu erat, dan aku pun begitu. Sesekali kuremas buah dada sambil terus melumat bibir merah Yu Ji. Kulepas ciumanku , kemudian kukecup gemas lehernya. Yu ji mendongakkan kepalanya dan mendesah " Ahh .... " sebuah desahan yang amat kurindukan. Terus kukecup dan kujilat lehernya , seraya memainkan mainkan jariku di bibir kemaluannya yang masih perawan. Aku duduk diantara kedua pahanya , melumat dan sesekali memelintir puting merah mudanya dengan lidahku. Ia hanya terbaring pasrah , menikmati lumatan bibir dan permainan lidahku.

Yu Ji menggeleng geleng kepalanya seraya meremas remas kasur dengan jemarinya. Wajahnya bertambah merah. Kutempelkan kepala kemaluanku di bibir kemaluannya yang basah lalu kugesek gesekkan. Ia mendesah sejadi jadinya. Ia pejam matanya , bersiap melepas keperawanannya.

Ia mendekap punggungku seerat eratnya. Perlahan kutusuk kemaluanku kedalam lubang keperawanannya. Ia mendesis kesakitan. Jemarinya meremas remas punggungku. Kemaluanku akhirnya merobek keperawanannya. Darah mengalir turun ke kasur. Ia mendesis dan berbisik

" Ahh Kevin.... suamiku .... " jemarinya terus meremas seakan tak mau lepas dari bahuku. Segera kutarik kemaluanku , lalu kuhujamkan maju mundur didalam kemaluannya. Suara hentakan selangkangan kami terdengar memenuhi ruangan. Yu Ji mulai mendesah nikmat. Desahan daan eranannya menjadi jadi seiiring hujamanku yang makin cepat. Dinding kemaluannya pun makin menjepit batang kemaluanku. Terus kuhujam kemaluannya sampai batang kemaluanku mulai berkedut dan bersiap keluar. Kupelankan gerakan pinggulku dan akhirnya , air maniku menyembur deras didalam kemaluannya. Kudiamkan dan kubiarkan air maniku terus menyembur didalam kemaluannya. Aku pun jatuh dipelukan Yu Ji. Wajahnya merah padam. Ia masih mendesis dan tak lama lalu tertidur dipelukanku. Tak lama , aku pun ikut tertidur.

Malam itu pun berlalu. Akhirnya Yu ji menjadi istriku seutuhnya. Esok paginya aku terbangun dengan perasaan berbeda. Kedua mata kami kembali bertemu lalu kami bercumbu untuk yang kedua kalinya. Sungguh hari yang bahagia sampai aku lupa apa yang terjadi diluar sana. Di siang harinya , kami mendapat kabar jika pasukan timur telah mundur hingga ke perbatasan timur. Apa sebabnya masih belum pasti. Namun kabar selanjutnya seketika membuat jantungku seolah berhenti. Dini hari tadi , ketika aku terlelap dipelukan Yu Ji , pasukan perbatasan menangkap sekelompok orang yang mengaku dari BeiYuan. Mereka mengatakan bahwa saat matahari terbenam , sesosok siluman raksasa menyerbu BeiYuan , membunuh dan menghancurkan nyaris segalanya. Mereka mampu menyelamatkan diri dengan lampion darurat yang dirakit pasukan keamanan. Mereka terjatuh tepat di perbatasan Xian dan akhirnya ditangkap hidup hidup oleh pasukan Xian yang mengira mereka adalah mata mata kerajaan Timur.

Aku seperti tersambar petir. Bersama Yu Ji , aku lekas kembali ke BeiYuan dengan kapur ajaib namun kami terlambat. Bahkan Istana BeiYuan pun hanya tinggal puing puing. Mayat bergelimpangan dimana mana, namun tak satupun kutemukan mayat Ellis. Sambil menahan air mata , aku menjerit memanggil Ellis. Namun tetap tidak ada jawaban. Kutulis namanya dengan kapur ajaib namun tidak terjadi apa apa. Aku menangis sejadi jadinya di pelukan Yu Ji. Aku tak menyangka ini akan terjadi. Aku terus melangkah , mencari apa saja yang tersisa dari Ellis . Dan akhirnya , aku temukan sehelai kain kain biru yang hangus terbakar , lalu beberapa rambut biru yang terdapat noda darah disetiap helainya. Apakah hanya ini?! Apalah hanya ini yang tersisa dari Ellisku?! Tak lama Yu Ji juga menemuka tongkat sihir milik Ellis yang sudah patah. Kugenggam ketiga ketiga benda itu lalu kupeluk erat.

Aku menjerit, menangis sejadi-jadinya. Yu ji pun ikut menangis. Disaat yang sama emosiku terbakar membara. Bagaimana tidak , aku bahkan tidak dapat melihat jasad istriku sendiri . Ini sudah keterlaluan. Api api hitam tiba tiba muncul akibat dari kemarahanku. Melahap dan menghanguskan jasad dan puing puing hingga yang tersisa hanyalah abu. Asap mengepul hingga terciptalah awan hitam yang sampai menghalangi sinar matahari. Siang menjadi gelap gulita. Yu Ji yang ketakutan segera menyadarkanku , dan ketika aku kembali sadar, awan dan api hitam itu pun lenyap. Tak sengaja aku menoleh kebelakang , dan mendapati kalau Istana Bidadari, kediaman Kaisar Shi, masih berdiri utuh disana. Bagaimana bisa segalanya hancur , namun tembok dan menara Istana bidadari masih utuh seolah tak terjadi apa apa? Dengan geram aku berdiri , lalu melangkah menuju gerbang Istana Bidadari.