webnovel

Misi Pencarian

"Dengan senang hati, dan tolong kalian beri aku sedikit ruang." Eros pun langsung mengambil ancang-ancang, Gaia dan Evander berdiri dibelakangnya. "Oh iya satu lagi, ini akan benar-benar banyak menarik perhatian, bersiap-siap lah." Ucap Eros dengan sombong.

Eros sudah bersiap-siap dengan duduk silanya di atas tanah berpasir. Matanya mulai terpejam, kedua tangannya ia satukan, dengan telunjuk yang hanya tersisa diantara kepalan tangannya. Sedetik kemudian, Eros melayang hanya dua jengkal dari tanah. Rambutnya yang panjang tiba-tiba tertiup angin, yang entah muncul dari mana.

Mulutnya mulai berkomat Kamit mengucapkan mantra yang terus menerus ia ulangi. Tidak lama hawa yang panas menjadi hilang, hanya kesunyian yang bisa mereka semua rasakan. Pandangan mereka tampak kabur dan berputar, pemandangan dihadapan mereka seperti sebuah gelembung udara yang besar.

Tidak sampai disitu, mereka ada di dalam gelembung udara tersebut. Tapi waktu seakan tiba-tiba terhenti, bahkan mereka bisa melihat diri mereka sendiri.

Eros yang sedang menggerutu kesal, Evander yang sibuk mencari-cari informasi, dan Gaia yang berdiri dengan tegap. "Eros, percepat." Perintah Gaia.

Eros bisa mendengar suara Gaia, tapi ia lebih memilih diam dan masih berkonsentrasi. Pandangan mereka menjadi lebih mundur, waktu menjadi gelap, kemudian pagi. Terus berulang-ulang.

Evander mulai mengeluarkan sesuatu dari tas bawaannya, sebuah kotak kecil yang langsung mengeluarkan cahaya berwarna hijau terang saat ia menekan kotak tersebut.

"Teruskan Eros, aku masih belum menemukan keberadaan Tetia." Ucap Evander tangan kirinya masih memegang kotak kecil yang mengeluarkan cahaya hijau. Kali ini cahaya hijau itu sudah membentuknya sebuah bayangan hologram dengan banyak garis dan titik berwarna merah. Sedangkan jari jemari Evander masih bergerak seakan-akan sedang mengetikkan dan menggerakkan sesuatu.

"Sial mereka lebih cepat datang dari perkiraan. Hei Eros, apa kemampuanmu sudah mulai berkurang?!" Sindir Gaia, yang sudah mengeluarkan pedang dan tamengnya. Matanya dengan liar masih menatap ke segala penjuru arah.

Eros sedikit mengerutkan dahinya saat mendengar sindiran Gaia, semakin keras ia berkonsentrasi. Cahaya Putih mulai muncul dari tangannya, dan pandangan mereka semakin berputar dengan cepat memperlihatkan pagi, siang dan malam dengan cepat.

"Berhenti disitu!!" Ucap Evander mengejutkan, dan pandangan mereka pun mulai terganti dengan suasana siang. "Aku menemukannya, ya disini. Pelan-pelan saja Eros, sedikit lagi." Evander meyakinkan.

sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dengan perlahan, sosok itu mengendus bagaikan seekor anjing. Gaia semakin mengencangkan kuda-kudanya. Tameng dan pisau itu sudah mengarah ke arah sosok mengerikan itu.

"Gaia, kau bisa menanganinya sendiri?" Evander sedikit melirik, tapi kembali ia menatap kotak kecil dan sibuk memainkan dengan jari jemarinya. " Hanya seekor seekor anjing yang sama sekali tidak terlihat seram. Aku bisa menanganinya dengan mudah." Jawab Gaia dengan sombong.

Anjing itu tidak seperti anjing biasa. Matanya seakan melotot-lotot dan hidungnya terus mengendus seakan-akan sudah menemukan mangsanya. Langkahnya masih amat pelan, sambil memperhatikan tiga orang yang berada di depannya. Ukuran tubuhnya yang terlalu besar, tampak seperti seekor anjing raksasa.

Taring yang besar, dan rahang yang panjang. Lidahnya terus menjulur. Bulunya yang hitam terlihat kaku dan tidak beraturan, anjing itu mulai menggerakkan kepalanya dengan cepat.

Gaia masih memasang kuda-kudanya, kali ini pedangnya susah mulai memancarkan sinar.

"Apa yang kau tunggu anjing kecil?" Ejek Gaia memandang tajam. Tiba-tiba saja anjing hitam itu meloncat tinggi, mulai menyerang Gaia yang sudah siap menyambut.

Dengan cepat Gaia mengayunkan pedangnya, keluar sinar merah dari pedangnya, dan menghantam anjing hitam yang langsung terpental cukup jauh. Hantaman itu tidak membuat anjing itu menyerah begitu saja,

"Hehhh kalian para Yarkee, apa hanya ini kemampuan kalian." Ucap anjing hitam itu, dan mulai kembali menggerakkan seluruh anggota tubuhnya.

Otot-ototnya mulai menonjol, ketika ia mulai mengeram saat tubuhnya bereaksi menjadi membesar. Kukunya menjadi lebih panjang dan runcing, begitu juga dengan taringnya yang semakin memanjang dan jelas terlihat tajam.

"Anjing yang sudah pandai bicara ya? siapa majikan yang mengajarimu?? hhh... Itu baru perkenalan, kalau kau mundur aku ijinkan kau untuk hidup. Jadi buatlah keputusanmu."Gaia masih mengarahkan mata pedangnya,

"Hahaha.... aku semakin penasaran mencicipi dagingmu. Ijinkan aku menikmati dagingmu, aku yakin kekuatanku akan menjadi lebih besar." Anjing tersebut mulai mengitari dan mengaum dengan kencang.

"Gaia, aku harap kau bisa menahannya, sebentar lagi. Dan Eros!! pandangannya mulai memudar !!" Ucap Evander masih sibuk dengan kotak kecilnya, gelembung pemandangan itu sekarang memperlihatkan Tetia yang sedang terbaring lemas. Dan beberapa orang berpakaian tentara mengelilinginya.

Eros sudah mulai kewalahan, semakin ia berkonsentrasi semakin besar tenaga yang ia gunakan.

"Hhh... tampaknya temanmu mulai lelah. Energi yang ia keluarkan terlalu besar. Kau akan memancing yang lain untuk berdatangan. Aku tau kalian tidak bisa sehebat di tempat kalian." Ucap Anjing hitam itu dengan matanya yang masih mengintai.

"Hahhhhh banyak omong kau!!!" Gaia mulai menyerang, kembali ia mengayunkan pedangnya. Anjing itu menghindar, dan membalas serangan Gaia dengan taringnya yang panjang. Tapi Gaia dengan sigap menahan dengan tamengnya, mendorong kuat dan menendang musuhnya yang kembali terlempar jauh.

Gaia melompat tinggi, menghampiri anjing yang masih terkapar. Dengan cepat ia melayangkan kembali tendangannya, Anjing itu sedikit mengeram kesal. Bahkan ia melawan dan kembali melompat ke arah Gaia, kembali menunjukkan taringnya yang sudah tidak sabar ingin menggigit mangsa yang ada di depannya.

Gaia masih menahan serangan dengan tamengnya, dan dengan cepat ia mengayunkan pedangnya ke arah taring yang panjang. Seketika menebas taring anjing itu dengan satu kali tebasan, kembali ia memberikan putaran tendangannya. Pedangnya mulai mengeluarkan cahaya merah, dan ia arahkan ke arah anjing yang berada dekat dengannya.

"Bammmmm..... " Suara dentuman terdengar, anjing itu terpental cukup jauh. "Sudah kuperingatkan bukan!! Cihhh... hanya membuat pedangku kotor dengan makhluk hina seperti kalian." Gaia mengembalikan dengan cepat pedangnya ke arah punggungnya.

"Aku dapat, Eros cukup." Ucap Evander cepat, seketika Eros langsung merosotnya dari duduknya. Evander mendekatinya dengan khawatir, "Kau tidak apa-apa?" Tanya Evander, "Aku lapar? Bisa kita istirahat dan makan dulu." Ucap Eros menyeringai lebar.

"Jadi?? kau sudah tau dimana lokasi Tetia?" Gaia tampak tidak khawatir dengan Eros yang mengaitkan lengannya di bahu Evander.

"Kemana pengganggu itu? kau menghabisinya?" Evander memperhatikan keadaan sekelilingnya, "Dia lari." Jawab Gaia cepat.

"Kau membiarkannya? wahh itu sama sekali bukan style-mu Gaia." Ucap Eros masih terlihat lelah, "aku tidak ada waktu bermain-main dengan anjing kecil, ada hal lain yang harus kita selesaikan. Dan cepat, kita pergi dari sini. Si Anjing mulai memanggil teman-temannya." Ucap Gaia menatap jauh ke arah depan.

Sebuah kendaraan yang tampak seperti pesawat, dengan bentuknya menyerupai tempurung kura-kura. Mulai melesat jauh dan cepat, meninggalkan sisa-sisa reruntuhan yang baru saja mereka datangi.

Terus melesat dan semakin jauh, hingga tidak terlihat. Dan Mereka masih mencari dan mengikuti jejak Tetia, dimana mereka terdesak dengan waktu dan kondisi Tetia yang harus segera diselamatkan.

Next chapter