Dodi menepati janjinya, ia menjemputku di tempat kosan pukul 8 pagi. Sejak bekerja di klub waktu tidurku berubah, karena aku selalu pulang pagi dan langsung tidur. Bagaimana para tetangga tentang pendapatnya tentangku ? pada dasarnya orang Jakarta individualis alias tidak perduli orang lain, tapi itu sepertinya di perumahan, sedangkan tempat kos ku diperkampungan padat penduduk, jadi yang nyinyir tetap ada walau semua orang juga tahu rata-rata yang kos distu juga berbagai profesi kelas bawah dan menengah.
Aku sih tidak perduli, karena aku juga mendaftar ke kelurahan sebagai mana layaknya pendatang walau tak menyebutkan perkerjaanku asli yang sebenarnya. Hanya menyebut sebagai pelayan restoran.
Kini aku sedang berada di mobil Dodi, sesekali dia melirikku entah mungkinkah ada yang aneh dengan penampilanku, saat ini aku hanya pake kaos, celana bluejeans yang sudah agak belel dan tas kecil, rambutku masih basah, bukan apa-apa ya ! hanya pengen keramas dan belum begitu dikeringkan karena waktunya tadi mepet.
Aku belum tahu banyak tentang bagaimana menjadi wanita panggilan kelas atas itu, apakah itu hanya sekedar seks saja atau hanya sekedar menemani seperti waktu di klub.
"Gini ya, mulai saat ini elu tuh harus berubah sikap lu yang seperti kampungan itu ! gue akan merubah elu menjadi gadis metropolitan yang cantik dan elegan, karena klien elu bukan lagi kelas ecek-ecek alias kelas bawah tapi kelas atas yang mau melakukan apapun buat elu !" jelasnya aku hanya terdiam, agak tersinggung sih, tapi memang ada benarnya kok.
"Boleh nanya engga mas ?" tanyaku.
"Iya mau nanya apa ?"
"Apa yang lain juga sama ?"
"Ada sih, tapi mereka udah lewat masanya !" jawab Dodi,
"Maksudnya ?"
"Iya, mereka tuh udah umur 30 an deh ! kadang-kadang orang-orang suka lupa dengan kehidupan, dulu mereka polos kaya elu tapi setelah mereka banyak duit terlena karena di manja, membuat lupa diri dengan umur ! mereka tak sadar profesi ini tidak lama !" jawab Dodi, aku terdiam dan bener juga sih. "Akhirnya mereka kembali ke klub tapi sikapnya masih menempel ! lu tahu sendiri ya kan ! tapi memang ada sih yang pada akhirnya keluar dan menikahi lelaki pujaannya tapi tidak banyak, yang sering malah tetap menikah walau itu sekedar simpanan atau istri sekian yang penting hidup terjamin, ada juga yang sukses berbisnis tapi itu sedikit, selebihnya bertahan dengan mimpi mereka !" aku hanya terdiam.
Kita pun sampai disebuah salon dan spa, dan masuk, atas petunjuk Dodi aku mulai merubah penampilanku dari atas sampai bawah. Menjadi wanita berkelas menutupi wajah asli kampungku. Ada istilah uang bisa merubah penampilan seseorang berbeda, mungkin itu benar. Aku takjub dengan hasilnya, Semua yang dipergunakan adalah uang ku sendiri, hanya saat ini pinjam tapi bila aku sudah mendapat penghasilan maka itu akah di potong. itulah maksud dari perjanjian dengan ko Charlie.
Setelah itu berlanjut ke sebuah mall, ini pertama kalinya aku masuk ke sana. Aku terpana dengan semuanya, lagi-lagi jiwa kampungan ku terlihat. Dodi mengajakku ke sebuah departemen store, dan melihat, mencoba baju di sana. Kembali penampilanku akan berubah dengan pakaian yang sesuai sebagai 'gadis metropolitan'.
Setelah lelah kami pun makan direstoran, lagi-lagi ini pertama kalinya aku makan-makanan yang berbeda dan enak sekali, di kosan aku sering masak sendiri, karena aku belajar banyak ketika menjadi pembantu. Dodi mengajariku bagaimana bersikap dan makan yang anggun dan elegan, ada peraturah khusus di meja makan yang membuatku ribet, makan aja ko susah !
Tapi semua demi merubahku imejku jadi berkelas. Tapi kurasa tidak perlu sejauh itu kan, toh ujung-ujungnya juga ditempat tidur, apa ada bermain seks dengan sikap anggun dan elegan ? kurasa tidak, ketika nafsu sudah di ubun-ubun semua lupa akan siapa dirinya !
Selama beberapa hari ini, aku belajar banyak hal oleh Dodi. Dan pada akhirnya 2 minggu kemudian, ko Charlie menghubungiku dia mengatakan akan ada seorang penghubung antara aku dan klien. Dia adalah seorang lelaki namanya mas Deni usia 30 tahun, dia adalah 'manajerku' yang memperkenalkan siapa klienku yang harus aku layani termasuk tarifku dan lainnya.
--------------
Aku menatap cermin berulang kali, kurasa semua sesuai dan sempurna. Aku memakai dress terusan berwarna hitam, kini aku menjelma mirip model hanya aku belum biasa memakai sepatu hak tinggi. biasanya agak pendek. Dadaku sedikit berdebar ini adalah klien aku yang pertama. Hp ku berdering ternyata dari mas Deni sudah ada di depan rumah kosanku.
"Maaf mas aku agak gugup !" kataku, mas Deni menatapku tak berkedip.
"Wajar ini kan klien yang pertama !"
"Iya mas, anu .. ini berlebihan engga !" ujarku memperliharkan dandananku kepadanya.
"Engga kok, kamu cantik, dewasa dan anggun !" jawab mas Deni.
"Siapa klien aku ?" tanyaku penasaran.
"Seorang pengusaha !" jawabnya singkat. rencananya aku akan hanya makan malam saja benarkah hanya itu ? kita lihat saja nanti.
Kami pun sampai di sebuah restoran mewah di sebuah hotel, setelah memarkirkan mobil kami pun masuk ke area restoran hotel, menurut info dia dari Surabaya sedang ada di Jakarta dan menginap di hotel itu, sudah kuduga hampir sama ini hanya beda tempat saja.
Aku melihat seorang lelaki berperawakan tinggi besar, berkumis dan tampak gagah tidak gemuk atau pun kurus, usianya 40 an. Dan mas Deni pun memperkenalkanku padanya.
"Renata ... !" aku tersenyum.
"Hendri !" kami pun bersalaman. Setelah itu mas Deni pergi meninggalkan kami berdua. kini tinggal berdua.
"Mau makan atau minum dulu ?" tawarnya.
"Terserah mas, om ?" jawab ku.
"up to you mau manggil mas silahkan atau om juga tak masalah !" jawabnya tersenyum,
"Baik mas aja supaya akrab !" dia pun mengangguk, dia kemudian memanggil pelayan untuk memesan minuman dan makanan. setelah itu kami berbincang. Harus aku akui sikapnya berbeda bukan hidung belang biasa yang suka mengumbar nafsu seperti di klub. Entah, kali ini melihat penilaian pribadiku, dia ingin aku menemaninya seperti seorang teman, perkara urusan tempat tidur itu nomor sekian.
"Mas kerja ?" tanyaku.
"Iya aku bekerja !" jawabnya, "kebetulan sedang ada urusan bisnis di jakarta !"
"Oh begitu !"
"Kamu cantik malam ini !" pujinya, aku tersenyum.
"Mas bisa saja, lebih cantik istri mas ! dibanding saya !" jawabku. Dia hanya tertawa kecil. makanan dan minuman pun datang. kami pun makan.
"Maaf mas, saya menyinggung istri mas !"
"Tidak apa-apa kok, santai saja !"
Makanpun dilanjutkan sesekali mengobrol dan kali ini lebih akrab, dia menatapku cukup tajam.
"Kalau boleh tahu umurmu berapa ?"
"Usiaku 19 tahun !"
"Wow masih muda ! aku pikir 20 an ! dari sikapmu dewasa sekali !" aku tersenyum.
"Itu karena keadaan mas membuat saya harus bersikap dewasa dalam segala hal untuk mengambil keputusan !" jawabku.
"kamu hebat !"
"Aku hanya anak kampung yang hidup sendiri di kota sebesar Jakarta ini !" jawabku.
"Kamu benar, semua orang tertarik dengan germelapnya ibu kota dan itu tidak dilarang untuk ke sini !" jawabnya.
"Iya kebetulan saya mendapat perkerjaan yang seperti ini !" aku tersenyum.
"Apapun untuk menghidupi sendiri tak masalah !" ujarnya toh dia juga kesini sedang mencari uang, walau tingkat pekerjaannya berbeda.
Setelah mengobrol kesana kemari, kami pun menuju kamar dan aku akan melakukan tugasku, aku sudah siap untuk itu ...
Bersambung ....