webnovel

Kemunculan Madesh

Saat Azura melihat apa yang ada di hadapannya saat ini dia begitu shock. Dia melihat Arthur yang tengah bermesraan bersama dengan wanita lain di sofa dalam ruangannya.

Hati Azura seketika hancur karena perbuatan Arthur yang tega berselingkuh di belakangnya. Hati Azura seperti ditusuk berulang-ulang oleh ribuan pisau yang tajam.

"Ini… ini tidak seperti yang kamu lihat! Aku… aku bisa jelaskan!" ujar Arthur membuat pembelaan.

Azura tidak menyangka jika Arthur masih bisa berkilah saat dirinya sudah tertangkap basah. Azura begitu membenci pria yang tidak setia.

"Tidak ada yang perlu dijelaskan! Aku sudah melihatnya sendiri dengan jelas! Mulai sekarang kita putus! Aku benci padamu!" Azura langsung melemparkan dokumen yang ia bawa ke atas meja Arthur kemudian berlari secapat mungkin.

Azura sudah tidak akan mau lagi memberikan kesempatan pada Arthur karena dulu Azura pernah sekali memergoki pesan di ponsel Arthur dengan panggilan mesra kepada wanita.

Namun saat itu Arthur mengatakkan jika itu adalah adiknya dan dia sudah terbiasa memanggil adiknya seperti itu. Sulit memang untuk percaya namun Azura tetap berusaha untuk mempercayainya.

Dan pada akhirnya kepercayaan Azura tetap berakhir dengan sebuah pengkhianatan. Dan tak akan ada kesempatan bagi Arthur untuk kembali.

Arthur yang hendak mengejar Azura justru ditahan oleh Kelly yang enggan ditinggal oleh Arthur. Kelly juga tidak akan membiarkan kesempatan seperti ini karena dengan begini ia bisa mendapatkan status yang jelas bukan hanya sebagai simpanan.

"Arthur, sudah biarkan dia pergi! Kamu tetaplah di sini bersamaku! Kalaupun kamu putus dengannya kamu masih ada aku!" ujar Kelly yang menggenggam tangan Arthur dengan begitu erat.

Arthur memandang Kelly dengan penuh amarah. Arthur langsung menghempaskan tangan Kelly dengan kuat hingga genggamannya terlepas.

"Jangan pernah bermimpi untuk menggantikan posisi Azura! Sampai kapanpun Azura akan selalu menjadi kekasihku dan calon istriku! Sedangkan wanita murahan sepertimu jangan pernah berharap untuk mendapatkan hal itu! Hubungan kita berakhir dan liburan kita batal!" kecam Arthur pada Kelly lalu pergi menyusul Azura.

Kelly tertegun dengan apa yang dikatakan oleh Arthur mengenai dirinya. Dia sudah menaruh banyak harapan pada Arthur namun pada akhirnya dia hanya beraakhir menjadi bukan apa-apa.

"Arthur, kau tidak bisa melakukan ini padaku! Hanya aku yang bisa mendapatkanmu jika aku tidak bisa maka orang lain pun tak bisa!" gumam Kelly sambil mengepalkan kedua tangannya dengan begitu erat.

Sementara itu kini Azura sudah keluar dari perusahaan Arthur dan terus berlari. Azura sampai lupa jika dirinya tadi menaiki mobil perusahaan.

"Arthur jahat! Tega! Aku benar-benar membencimu!" Azura terus berlari tanpa henti.

Arthur yang mengejar Azura kini baru sampai di lantai bawah perusahaannya. Ia pun yang tak mendapati keberadaan Azura bertanya ke bagian resepsionis.

"Apa kau lihat ke mana perginya Azura?" tanya Arthur.

"Nona sudah keluar, Presdir!" jawab resepsionis itu dengan sedikit takut.

Arthur langsung mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Kemudian ia meluapkan sedikit kekesalannya kepada resepsionisnya.

"Kenapa tadi kau tidak memberitahuku terlebih dahulu jika Azura datang ke sini?! Lihat sekarang semuanya menjadi kacau begini!" Arthur memarahi resepsionisnya.

"M-maafkan saya, Presdir! Saya sudah mencoba untuk menghubungi Presdir tetapi Presdir tidak mengangkat teleponnya," jawab resepsionis itu dengan gemetar.

Yah, memang tadi resepsionis itu sempat menghubungi Arthur namun Arthur tidak menggubrisnya dan asyik bermesraan dengan Kelly. Satpam yang melihat kekacauan itu hanya bisa berbicara Dalam hati karena takut disembur oleh Arthur.

'Presdir yang salah orang lain yang kena marah. Orang mau selingkuh tetapi kok tidak mau menanggung akibatnya,' cibir satpam itu Dalam hati.

Lalu akhirnya Arthur memutuskan untuk mengejar Azura dan ia berharap semoga Azura belum jauh dari perusahaannya.

Dan rupanya Azura memang masih berada di dekat perusahaannya dan Arthur mengejar Azura sambil berteriak memanggilnya.

"Azura tunggu! Aku minta maaf aku khilaf! Kita bicarakan baik-baik, ya?!" teriak Arthur yang terus berlari mengejar Azura.

Azura yang mendengar suara Arthur terkejut dan menengok ke belakang. Melihat Arthur yang mengejarnya Azura semakin mempercepat larinya.

"Tidak! Aku tidak boleh tertangkap olehnya! Aku harus lebih cepat!" gumam Azura yang terus berlari.

Tepat di hadapan Azura adalah sebuah jalan raya dan lampunya masih berwarna merah. Itu tandanya pejalan kaki masih bisa menyeberanginya.

"Aku harus segera menyeberang sebelum lampu merah atau aku akan tertangkap oleh Arthur!" gumam Azura yang berlari semakin cepat.

Kini Azura sudah melewati jalan itu namun sayangnya saat baru sampai di bagian tengah lampu langsung berubah menjadi hijau. Tadinya jalanan sepi tetapi tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang melaju kencang ke arah Azura.

"Azura awas!" teriak Arthur.

Azura juga tidak sadar jika ada mobil yang melaju ke arahnya dan teriakan Arthur membuat Azura berhenti dan menoleh ke arah mobil itu.

"Aaarggh!"

BLAM!

Kecelakaan pun tak terelakkan dan Azura terpental akibat mobil yang terlembat mengerem. Arthur langsung menghubungi ambulance dan setelah ambulance datang dia mengantar Azura dengan ikut masuk ke mocil ambulance.

Arthur duduk di samping Azura yang terbaring di hadapannya dengan hidung yang diberi oksigen. Arthur selalu menyalahkan dirinya sepanjang perjalanan.

"Azura maafkan aku ini semua salahku! Kalau saja aku tidak melakukan hal itu pasti kamu tidak akan seperti ini! Maafkan aku Azura maafkan," rengek Arthur di sela tangisnya.

Arthur terus menggenggam tangan Azura dengan begitu erat dan menciuminya berulang-ulang. Arthur juga terus mendoakan supaya Azura bisa selamat.

Setibanya di rumah sakit Azura langsung dibawa ke ruang UGD. Sementara itu Arthur menunggu Azura yang ditangani oleh dokter di luar ruangan.

Saat di Dalam ruangan UGD rupanya bukan hanya dokter dan suster yang ada di sana melainkan juga ada sosok yang tak kasat mata.

Dia berada tepat di samping Azura dan memperhatikan Azura. Dia adalah pria yang berada di Dalam mimpi Azura. Dialah pria yang mengiginkan nyawa Azura.

Dialah Tuan Madesh, Dewa kematian yang siap untuk membawa roh Azura ke alam baka bersama dengannya. Ternyata mimpi Azura memang bukan hanya bunga tidur melainkan sebuah pertanda.

"Dia… kenapa kali ini aku merasa ada yang tidak beres dengan diriku? Aku tinggal mencabut nyawanya namun kenapa rasanya tidak mampu?" gumam Madesh yang tak kunjung melaksanakan tugasnya.

Madesh pun mencoba untuk menyentuh wajah Azura kemudian ia merasa seperti ada aliran listrik yang menyengatnya.

"Apa ini? Kenapa ada interaksi semacam ini?" gumam Madesh lagi yang tak mengerti.

Lalu akhirnya Madesh mencoba untuk memberikan sebuah ciuman di bibir Azura. Madesh sendiri juga tidak mengerti kenapa dirinya ingin melakukan ini seolah-olah ini tubuhnya bergerak sendiri.

Perlahan wajah Madesh semakin dekat dengan wajah Azura hingga hanya berjarak beberapa inchi. Dan pada akhirnya bibir mereka berdua tertaut.

CUP!

TBC...