webnovel

Barang Murah

Lizzy datang membawa segelas kopi untuk ditaruhnya di samping Saga. "Apa maksudmu dengan pulang?" dari nadanya tampak sekali dia protes. Saga menoleh dan memandang Lizzy dengan memamerkan senyum menawan.

Lizzy sama sekali tak terpengaruh, dia terus memandang Saga dengan wajah datar. "Sayang, kita punya rumah tak baik juga, 'kan kalau kita tinggal di sini terus?" ujar Saga terkesan nada manis dalam perkataannya.

Lizzy menyeringit jijik di dalam hatinya melihat sikap dan nada manis Saga. Lizzy sudah tahu jika Saga melakukan ini, mendengar kalau dia mengucapkan kata pulang pastinya Saga akan berlagak di depan keluarga kalau dia adalah suami baik.

"Kita tinggal terus? Hei, aku baru tinggal sehari! tidak bisakah kita tinggal di sini selama beberapa hari lagi aku masih rindu sama Bunda." kata Lizzy dengan nada dan wajah memelas yang dibuat-buat.

Saga mencibir di dalam hati dan terus memasang senyum palsunya. Setelah makanannya habis dan menyeruput sebagian kopi habis, dia berdiri dan menghadapkan tubuhnya pada Lizzy.

Gadis itu masih setia di tempatnya berdiri, Lizzy bingung dengan senyum palsu yang senantiasa ditampilkan oleh Saga. Saga tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengecup pipi kanan Lizzy.

Lizzy terkesiap begitu juga dengan anggota keluarga Saga. Mata mereka melotot bersamaan melihat keromantisan Saga pada istrinya yang jarang ditunjukkan. "Aku suamimu, menurutlah padaku." Tatapan Lizzy semakin tajam, jengkel dengan tindakan Saga dan juga ucapan pria itu.

Sementara Saga tersenyum penuh kemenangan saat dirinya melihat ekspresi jengkel Lizzy. "Nanti akan kusuruh Pak Tino yang mengantarmu, berkemaslah cepat." Saga lalu berbalik dan terus menampakkan senyum cerah. Rasanya senang sekali bisa membuat Lizzy yang dia kira adalah Lisa jengkel.

Lizzy mendengus kesal, rasa hangat dari sentuhan sebuah tangan menyebabkan dia menoleh pada si empunya tangan. "Sudahlah Lisa, sarapanlah dan bersiap-siap. Apa yang Saga katakan itu benar, kau ini istrinya kau wajib menuruti perkataannya."

Binar dari kedua mata Lizzy meredup, andai saja Bunda Saga tahu bagaimana kelakuan putranya di depan Lisa. Apa dia akan membela Saga? "Lisa," Lizzy tersadar dan kembali memandang Bunda Saga.

"Ayolah sarapan," Lizzy mengulum senyuman tipis dan mengambil tempat untuk sarapan. Setelah selesai dan membersihkan piring, dia lalu mengemasi kopernya yang tak memakan waktu lama.

Itu sebab Lizzy baru datang kemarin dan tak sempat menempatkan pakaian di dalam lemari. Lizzy lalu keluar dari rumah setelah pamit pada keluarga Saga, di luar sudah terlihat mobil milik Lisa yang memang sengaja Lizzy bawa agar tak ada yang curiga telah terpakir di depan dengan seorang pria paruh baya tengah menunggu kedatangannya.

Pria paruh baya yang Lizzy terka adalah Pak Tino dengan sigap membawa koper Lizzy dan dimasukkan ke dalam garasi sementara Lizzy sudah duduk tenang di jok belakang mobil. Pak Tino masuk dan menjalankan mobil tersebut meninggalkan kediaman Ayah Saga menuju rumah Saga.

Butuh tiga puluh menit Lizzy berkendara dan akhirnya sampai di rumah yang dulu ditempati Lisa. Di sinilah tempat di mana saudari kembarnya mengalami penderitaan sebagai istri Saga. Lizzy mengepalkan tangannya erat dan berusaha mengatur napasnya yang memburu karena amarah.

Dia bergerak dan membuka pintu lalu masuk ke rumah. Di dalam, Lizzy terkejut mendapati beberapa orang yang adalah pelayan bertanya padanya apa dia baik-baik saja atau menyebut senang melihat Lizzy kembali.

Lisa adalah gadis yang baik, sudah wajar bukan jika dia dikenal baik oleh para pelayan di sini. Lizzy lalu masuk ke kamar yang dulunya di tempati oleh Lisa. Jadi keduanya memiliki kamar terpisah, Lizzy lalu berpikir Saga keterlaluan sekali.

Suara seorang wanita menginterupsi pendengarannya, tanpa menunggu lama lagi Lizzy keluar dari kamar dan menghampiri si wanita yang datang bersama dengan Saga. Terlihat si wanita itu dengan genitnya merangkul lengan Saga.

Saga tak membalas rangkulan lengan si wanita dan tak juga menolak, dia sibuk menatap angkuh pada Lizzy yang baru saja keluar dari kamar. Mempunyai ide, Saga lalu menghampirinya. "Lisa, aku pikir kau belum datang perkenalkan teman wanitaku, Jule. Dia cantik bukan?"

Saga sengaja mengatakan hal seperti itu pada Lizzy agar dia kesal atau air matanya tumpah karena melihat sikapnya. Biasanya, cara ini sangat efektif untuk membuat Lisa drop sayangnya itu tak berlaku pada Lizzy. Gadis itu mengangkat salah satu sudut bibirnya dan menatap rendah pada kedua orang di hadapannya.

"Wah, wah, baru beberapa menit aku di sini dan kau datang dengan membawa barang murah, menyedihkan sekali." ucapan dan lirikan mata Lizzy mengena langsung di hati Saga. Dia merasa terhina dengan ucapan Lizzy sementara si wanita yang bernama Jules itu tampak terkejut mendengar ucapan Lizzy.

"Apa yang kau katakan? Barang murah? Siapa yang kau sebut barang murah?!" Nada tinggi satu oktaf keluar dari mulut kecil Jule.

"Tentu saja kau dasar wanita bodoh!" sahut Lizzy cepat dengan nada penuh penekanan. Jule geram dengan ucapan Lizzy yang jelas merendahkan dirinya. Membalas dengan penuh amarah, dia berbicara lantang.

"Hei asal kau tahu ya! aku ini bukan wanita rendahan yang kau pikirkan. Setiap pria yang bermalam denganku, harus membayar 50 juta! Kau tahu, 'kan uang 50 juta itu tidaklah sedikit!" Jule tersenyum bangga memamerkan bahwa dirinya dibayar per malam 50 juta tentunya tak sebanding dengan gaji semua pelayan yang hanya dibayar selama perbulan 1 juta.

Jule ingin memberitahu orang-orang di tempat tersebut bahwa dia bukanlah wanita rendahan dan sudah pasti Jule ingin membuat orang-orang iri. Lizzy tetap bisa tersenyum sinis dan mendekati Jule beberapa langkah.

"Itulah sebabnya kenapa aku menganggapmu barang murah, karena kau tahu harga dirimu harus dibayar berapa.." Lizzy menjeda, dari jarak mereka yang dekat itu dia mencondongkan tubuhnya pada Jule.

"Harga diri wanita tak bisa kau bayar dengan uang Nona Jule, jadi sebanyak apapun kau dibayar bagiku kau sama saja dengan pelacur di luar sana karena harga dirimu sudah tergadaikan dengan uang!" Kata-kata menohok yang disampaikan Lizzy bagaikan ribuan jarum yang menusuk Jule terus menerus.

"Kau?!" geram Jule. Wanita itu hampir saja melayangkan sebuah tamparan namun sebelum tangannya bergerak suara bariton yang menghardik keras terdengar. Jule menoleh pada Saga yang masih memandang lurus.

"Jule pergilah, kau tak aku butuhkan di sini!" Lizzy menyeringai mendengar kata-kata dingin Saga yang tertuju pada Jule sementara Jule terkejut dan tampak syok.

"Tapi Tuan aku ..." Jule kembali terkejut saat kedua tangannya hampir saja menyentuh lengan Saga ditepis kasar oleh si pemilik lengan.

"Pergi! Sebelum aku menggunakan tindakan kekerasan!" Jule termenung sesaat namun kemudian dia berbalik dan melangkah menuju pintu keluar. Akan tetapi sebelum itu, dia memandang Lizzy dengan tatapan geram.

"Awas kau nanti!" Ancaman Jule sama sekali tak membuat Lizzy takut.

Next chapter