webnovel

Karena Saga

Tanpa menoleh dan membuka suara sekalipun, Saga berjalan meninggalkan Lizzy dengan perasaan geram. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Lisa yang dia kenal sebagai wanita lemah mendadak bisa membalikkan keadaan?

Sekarang dia harus membuat ide yang lain, yang bisa membuat Lisa jera dan tak mau tinggal bersamanya lagi. Lizzy tersenyum, hari ini dia menang dan besoknya dia akan berjuang keras untuk mengalahkan Saga.

💟💟💟💟

Di rumah sakit, Ayah dan Ibu Lisa sedang menunggu dengan gusar. Kenapa Lisa belum terbangun dari pingsannya? Mereka lalu menanyakan hal itu pada Dimas selaku dokter yang bertanggung jawab pada Lisa. "Anda tak usah khawatir Tuan dan Nyonya Cetta, anak anda baik-baik saja. Kita hanya membutuhkan waktu sekarang, sekarang biarkan saya mengeceknya."

Kedua orang paruh baya itu lalu keluar meninggalkan Dimas yang mengecek Lisa. Terjadi suatu keanehan, tubuh Lisa bergetar tiba-tiba sambil menggumam kata maaf dalam tidurnya, raut wajah yang ditampakkan oleh Lisa sedih.

Bukan itu saja, kedua mata Lisa terbuka lebar sementara tubuhnya langsung memposisikan duduk. Dimas dengan cepat memegang kedua pundak Lisa dan menenangkannya. Gadis itu terlihat ketakutan, matanya menatap sekitaran sementara napasnya memburu.

"Tenang Lisa, tenang. Kau ada di tempat yang aman." Perlahan tubuh Lisa tak gemetaran. Matanya yang kosong menatap Dimas. Setelah terkendali, Dimas melepaskan Lisa dan menjalankan prosedur kembali.

"Aku ada di mana?" tanya Lisa dengan mata yang memperhatikan ruangan rumah sakit yang dia tempati.

"Kau berada di rumah sakit." jawab Dimas. Lisa melihat pada pergelangan tangannya yang diberi perban cukup memberikan Lisa jawaban bahwa usaha bunuh dirinya tak berhasil.

"Ayah dan Ibuku mana?" tanya Lisa lagi.

"Mereka akan datang sebentar lagi. Apa yang kau rasakan sekarang?" Lisa diam sesaat sebelum akhirnya menjawab. "Aku merasa pusing."

Dimas hanya mengangguk perlahan mengerti dengan keluhan Lisa. "Kau selalu saja membuat orang-orang cemas tentangmu. Baik dulu maupun sekarang, dasar gadis bodoh!" cibir Dimas.

Lisa terpaku karena ucapan Dimas, setelah sekian lama dia tak mendengar cibiran tersebut akhirnya ada juga yang menyuarakannya Lisa dia hanya mengenal satu orang yang mampu mengucapkannya.

"Dimas!" Dimas tersenyum pada Lisa dan duduk di samping Lisa sementara gadis yang dulunya adalah rekan setimnya menatap tak percaya.

"Kau jadi seorang dokter? Hebat sekali!" puji Lisa kagum dengan pencapaian Dimas. Dimas terkekeh, senang bisa membuat Lisa terkejut sekaligus kagum plus dapat pujian.

"Terima kasih, apa aku terlihat cocok menggunakan jas ini?" Lisa sontak mengangguk.

"Kau makin tampan memakainya." Dimas makin tersenyum lebar. Sebenarnya obrolan memang akal-akalan Dimas untuk mengalihkan pembicaraan, dia tak ingin Lisa mengingat pemicu yang membuatnya bunuh diri dan kembali sedih.

"Lisa!" Lisa menoleh, menemukan Ibu dan Ayahnya yang gembira memandang Lisa sudah sadar. Dia kembali memandang Dimas yang tersenyum tipis, "Aku pergi dulu." ucapnya dan berlalu pergi meninggalkan Lisa bersama kedua orang tuanya.

Dimas lalu meraih ponsel dan menghubungi Lizzy untuk memberikan kabar tentang Lisa yang sudah sadar. Kabar tersebut disambut gembira oleh Lizzy, dia segera mengganti pakaiannya untuk ke rumah sakit menemui saudari kembarnya.

Ketika dia masih berkelabat dalam pikirannya suara berat seorang pria terdengar, "Lisa, kau mau kemana?" Lizzy menghela napas dan membalikkan tubuhnya. Saga dengan baju kantor yang melekat memandang Lizzy menyelidik.

"Mau keluar ada urusan." jawab Lizzy dengan nada malas.

"Keluar? Kenapa kau tak meminta ijin dariku untuk keluar?" tanya Saga lagi. Dia ingin mencari tahu karena sengaja ingin mencari kesalahan dari Lizzy. Lizzy merungut dan berkata dengan nada datarnya.

"Untuk apa? sebentar lagi kita akan bercerai jadi untuk apa aku meminta ijin darimu?" Lizzy lalu pergi meninggalkan Saga sendiri tanpa memusingkan kemarahan dari Saga.

Selalu saja Lisa yang saat ini membuat Saga naik darah, lebih baik untuk tak menghiraukannya dulu. Ponsel Saga berbunyi tiba-tiba, dia melirik layar ponsel yang menyala dan melihat kekasihnya yang menelpon.

💟💟💟💟

Lizzy berjalan dengan cepat di koridor rumah sakit, tak sabar ingin bertemu dengan Lisa. Sesampainya, dia berpapasan dengan Dimas. "Ada yang harus kukatakan padamu, ini mengenai Lisa." Nada bicaranya terdengar serius dan Lizzy menurut saja dia pergi bersama Dimas duduk di taman rumah sakit.

"Lisa sepertinya mengalami trauma berat karena tekanan dari suaminya, tadi pagi saat dia sadar Lisa terlihat ketakutan, tubuhnya bergetar dan lain-lain. Aku rasa Lisa harus melakukan tes psikologis." Keduanya lalu duduk di sebuah kursi taman yang kosong.

"Entah apa yang telah dilakukan oleh suaminya, yang jelas dia sangat buruk sekali bisa membuat Lisa trauma seperti itu." Lizzy yang mendengarnya hanya bisa mengepalkan tangannya erat semakin lama dia semakin membenci Saga.

"Lakukan apapun yang membuat Lisa bisa tenang Dimas, untuk uang kau jangan khawatir." kata Lizzy dengan nada datar.

Next chapter