webnovel

Sebuah Perjalanan

Karena rumah Vincent telah dihancurkan oleh bangsawan yang telah membunuh orang tuanya, sekarang Vincent dan Michael melakukan perjalanan ke akademi sambil berkelana mencari makanan agar mereka tidak kelaparan saat sesampainya di akademi. Saat malam tiba mereka tidur di hutan, meskipun tidak begitu enak, tapi mereka mencoba untuk membiasakan diri untuk tidur dihutan.

"Hey, Michael, apakah kau sudah tidur?" Tanya Vincent sambil berbaring di bawah pohon-pohon.

"Belum, kenapa memangnya?" Tanya Michael kembali dengan berbaring di dahan pohon.

"Tak apa, aku juga tidak bisa tidur" Jawab Vincent

"Ngomong-ngomong kenapa kau tidak memanggilku, buku ajaib lagi?" Tanya Michael kembali.

"Eh? Bukannya kau sendiri yang menyuruhku untuk memanggilmu Michael? Apa kepalamu terbentur oleh batu sampai kau tidak mengingat apa yang kau ucapkan?" Tanya Vincent dengan sedikit mengejek Michael.

"Hei, bukannya aku bilang, panggil aku Michael jika berada di ak-.. Ah sudahlah, lagian percuma berdebat denganmu" Jawab Michael dengan pasrah.

"Hey, Michael, ngomong-ngomong apakah masuk ke akademi sihir membutuhkan sebuah persyaratan?" Tanya Vincent.

"Tentu saja, masuk ke akademi sihir membutuhkan persyaratan" Jawab Michael.

"Apa saja persyaratannya?" Tanya Vincent kembali.

"Mudah saja, kau hanya perlu mengeliminasi semua peserta sampai tersisa 100 orang saja" Jawab Michael.

"100 orang? Memangnya berapa banyak orang yang mendaftar di akademi tersebut? "Tanya Vincent dengan sedikit bingung.

"Pada zamanku dulu sih sekitar 5000-8000 orang, mungkin pada zaman sekarang sekitar 10.000-15.000 orang yang mendaftar" Jawab Michael.

"Eh?! Yang benar saja! Itu bukan hal yang mudah, dan pastinya banyak orang-orang yang jenius yang mendaftar di akademi tersebut" Jawab Vincent dengan kaget.

"Itulah hal pertama yang selalu dipikirkan oleh orang-orang, tapi sebenarnya dari 10.000-15.000 anak yang mendaftar, hanya sedikit anak yang memiliki kekuatan yang mengerikan, jadi jangan khawatir. Kau pasti bisa lulus dalam tes tersebut. Oh iya, jangan sekali-kali kau menggunakan kemampuan berpedangmu itu, jika tidak kau akan dikeluarkan dari akademi tersebut" Sahut Michael.

"Bukannya bagus bila mempunyai seorang murid yang sangat jenius seperti aku, yang dapat menguasai ilmu sihir dan kemampuan berpedang sekaligus?" Tanya Vincent dengan membanggakan dirinya sendiri.

"Cih, sombong sekali. Yah... itu karena kepala sekolah di akademi tersebut tidak menyukai orang yang mempunyai kemampuan berpedang, tapi mungkin sekarang kepala sekolah tersebut sudah pensiun. Tapi tetap saja jangan kau gunakan kemampuan berpedangmu itu, ingat ya!" Jawab Michael.

"Baiklah, aku tidak akan menggunakan kemampuan berpedangku. Tetapi, bolehkan kalau aku menggunakan ilmu sihir yang seperti tadi siang?" Kata Vincent sambil sedikit bercanda.

"Sudah kubilang kan! Jangan kau gunakan ilmu sihirmu yang menakutkan itu, tahu!" Sahut Michael dengan sedikit jengkel.

"Gitu saja marah, kan aku cuman bercanda" Kata Vincent.

"Sudahlah, cepat tidur, agar besok kita bisa berangkat pagi dan sampai disana tepat waktu" Kata Michael.

"Baiklah" Sahut Vincent.

Merekapun terlelap. Saat pagi tiba mereka pun bersiap-siap untuk memulai perjalanan mereka ke akademi sihir yang letaknya tepat di Ibukota yaitu di Kota Sorcery.

"Apakah semua sudah siap, Vincent?" Tanya Michael.

"Yup, semua sudah siap" Jawab Vincent.

"Baiklah, mari kita berangkat...." Kata Michael dengan penuh semangat.

"Berangkat...." Sahut Vincent dengan penuh semangat juga.

Merekapun berangkat menuju Ibukota, Vincent sangat bahagia karena sebentar lagi ia akan masuk ke akademi sihir dan akan belajar banyak tentang sihir disana. Tetapi, saat ditengah-tengah perjalanan, mereka melihat seorang anak yang sedang dikelilingi sekelompok pria berbadan besar yang terlihat menakutkan.

"Hey Michael, lihat itu! Ada seorang anak yang sedang dikelilingi oleh sekelompok pria berbadan besar, sepertinya mereka sekelompok adalah perampok yang suka merampok di sekitar sini" Kata Vincent.

"Gawat, kita harus menolong anak itu!" Kata Michael dengan berlari menuju ke anak tersebut.

Merekapun berlari tergesa-gesa menuju ke anak itu.

"Vincent serang mereka dengan sihirmu segera!" Suruh Michael sambil berlari.

"Eh? Kau kan dapat menggunakan sihir juga, kenapa tidak kau saja?" Tanya Vincent sambil berlari juga.

"Kekuatanku belum sepenuhnya kembali, jadi kau saja yang mengurus mereka!" Kata Michael.

"Baiklah, ini dia.... Elemen Petir, gerakan kilat. Elemen cahaya, penambah kecepatan" Kata Vincent sambil mengeluarkan sihir-sihirnya.

'Eh? Dia tidak bilang kalau dia bisa menggunakan elemen petir juga, dia juga sudah dapat mengeluarkan beberapa sihir sekaligus, sungguh anak yang sangat jenius. Mungkin aku bisa mengandalkannya di masa depan nanti. Tapi ini namanya keterlaluan sampai aku ditinggal seperti ini!' Gumam Michael dengan rasa kesal.

Vincent berlari sangat kencang dengan bantuan sihir nya, dan sampailah ia di tempat anak itu berada.

"Hey kalian! Menjauhlah dari anak itu!" Teriak Vincent.

"Datang seorang bocah lagi? Hari ini kita sangat beruntung ya" Kata pemimpin sekelompok perampok tersebut.

"Lawanlah aku, jika kalian kalah lepaskan anak ini dan jangan tunjukkan muka kalian dihadapanku lagi!" Kata Vincent dengan berani.

"Hahaha... Anak kecil sepertimu yang masih penyihir pelatihan mau melawan kami yang memiliki kemampuan berpedang dengan aliran pembunuh? Jangan mimpi deh...." Kata Pemimpin sekelompok perampok dengan sombongnya.

"Baiklah, kita buktikan saja" Sahut Vincent.

"Anak-anak habisi anak itu, jangan beri dia ampun!" Perintah Pemimpin perampok tersebut.

"Elemen cahaya, pedang tak kasat mata. Elemen gabungan, kecepatan cahaya" Kata Vincent dengan bersuara pelan sambil mengeluarkan sihir-sihirnya. Dan ia langsung menyerang sekelompok perampok tersebut tanpa ampun.

'Mustahil! Gerakannya sangat cepat sampai aku tak bisa melihatnya, tiba-tiba saja kami terkena serangan. Kami harus mundur terlebih dahulu, bahaya jika dilanjutkan" Gumam pemimpin sekelompok perampok tersebut dengan ketakutan.

"arrrrgggghhh...."

"Tunjukkan wujudmu sialan!"

Teriak para perampok yang tidak dapat menyerang Vincent sama sekali.

"Kalian! Kita mundur dulu, mustahil untuk mengalahkannya, yang ada kita yang akan kalah!" Kata Pemimpin sekelompok perampok tersebut dengan sedikit teriak.

Segeralah mereka pergi menjauh dari Vincent dan anak kecil tersebut.

"Hei, kau tak apa-apa?" Tanya Vincent terhadap anak yang diganggung oleh perampok-perampok tadi.

"I-iya aku tidak apa-apa kok, terima kasih ya" Jawab anak tersebut.

"Kalau boleh tahu, namamu siapa? Dan apa tujuanmu sampai pergi masuk ke hutan yang berbahaya seperti ini?" Tanya Vincent kambali.

"Namaku, Grace. Aku bertujuan untuk pergi ke akademi sihir. Dan bagaimana denganmu? Kenapa kau sampai berada di hutan ini juga?" Jawab anak itu dengan bertanya kepada Vincent.

"Namaku Vincent Chirstopher, panggil saja aku Vincent. Aku juga punya tujuan yang sama denganmu, pergi ke akademi sihir. Jika kau mau, kau bisa pergi dengan kami" Jawab vincent dengan memberi ia tawaran.

"Kami?" Tanya Grace dengan kebingungan.

Lalu datanglah seseorang dari balik-balik semak, yang ternyata ia adalah Michael.

"Kyaaa... Ada perampok! Tolong aku Vincent" Teriak Grace karena melihat Michael yang tiba-tiba muncul.

"Hahaha... Memang benar jika mukamu seperti perampok-perampok tadi hahahaha, tenanglah Grace, dia itu temanku" Jawab Vincent dengan tertawa terbahak-bahak.

"Hah... Hah... Apa... Yang... Kamu... Maksud... Dengan ... Penjahat... Hah... Hah..." Kata Michael sambil mengambil nafas karena kelelahan sehabis berlari.

"dari mana saja kamu? Kau lama sekali larinya" Kata Vincent yang bermaksud mengejeknya.

"Sialan kau! Kau yang meninggalkan aku begitu saja tahu!" Sahut Michael dengan perasaan jengkel.

"Hehehe, kan aku tidak sengaja" Kata Vincent dengan sedikit tertawa.

"Tunggu dulu, apakah dia yang diganggu oleh para perampok itu?" Tanya Michael.

"Benar, Grace perkenalkan dia temanku, namanya Michael. Dan Michael kenalkan dia adalah Grace" Kata Vincent sambil memperkenalkan mereka .menuju keam kenal ya, Grace" Kata Michael dengan ramah.

"S-salam kenal juga, Michael" Sahut Grace dengan sedikit malu.

"Oh iya Michael, Grace juga ingin pergi ke Akademi Sihir, bolehkah ia ikut dengan kita?" Tanya Vincent dengan berharap Michael akan menyetujuinya.

"Baiklah, dia boleh ikut. Lagian tidak baik meninggalkan seorang perempuan di tengah-tengah hutan begini" Jawab Michael.

"Yeeyyy... Terima kasih Michael" Kata Vincent dengan sangat bahagia.

"S-sebelumnya terima kasih ya mau menolongku dari sekelompok repampok tadi" Kata Grace sambil menundukkan kepalanya.

"Bukan apa-apa kok, kan memang sudah kewajiban kita untuk saling tolong-menolong" Kata Vincent.

"Baiklah, ayo kita segera berangkat sebelum kita terlambat" Sahut Michael.

"Oh, aku hampir lupa. Oke ayo berangkat...." Kata Vincent dengan penuh semangat.

"I-iya" Kata Grace.

"Ngomong-ngomong kenapa perampok tadi bisa mengetahui tingkatku ya, Michael?" Tanya Vincent sambil melakukan perjalanan.

"Penyihir biasanya menggunakan lencana di dada kirinya, lencana tersebut digunakan untuk mengukur tingkat penyihir tersebut. Dan jika penyihir belum mempunyai lencana, berarti dia masih tingkat penyihir pemula sepertimu. Nanti kau juga diajarkan tentang lencana di Akademi Sihir" Jawab Michael dengan sedikit menjelaskan.

"Oh, begitu ternyata. Baiklah" Sahut Vincent dengan bahagia.

Merekapun berangkat menuju ke Akademi Sihir untuk melakukan tes masuk, Vincent sangat senang karena ia akan masuk ke sebuah Akademi. Tetapi, itu malah menjadi bumerang untuknya, ujian yang sesungguhnya bukan pada saat tes masuk tersebut, melainkan saat ia telah masuk ke Akademi tersebut.

Untuk Bab 4 dan seterusnya, pengucapan mantra akan diubah ke bahasa inggris.

Gabriel_Alfandocreators' thoughts
Next chapter