webnovel

Wejangan dari Sarah Sebelum Makan Malam

Menurut Sarah, perempuan harus punya harga diri dan jangan terlalu menunduk agar tidak diselingkuhi suami sembunyi-sembunyi, kalau perempuannya lebih pintar, dia akan tahu gelagat lelaki mana yang memang tulus mencintainya atau hanya menjadikannya formalitas sebagai seorang istri saja.

Karena Sarah sangat paham kalau seorang perempuan awalnya saja keras, lama-lama jika dirayu justru mereka yang lunak hingga nantinya para lelaki mudah membentuk dirinya, berkuasa di atas segala-galanya dan ketika perempuan sudah menjadikan seorang lelaki sebagai tumpuan utama pijakan mereka, hari itulah lelaki merubuhkan pondasi kepercayaan itu hingga bangunan rasa hancur berkeping-keping.

Si perempuan akan mengejar balik lelaki, meminta kembali perhatian yang sejak awal pernah diberi, berharap dia bisa menjadi pujaan hati lelaki itu lagi.

Begitulah, perempuan bisa dengan mudah memberi hati kalau kuncinya sudah didapat.

Perempuan harus bisa menunjukkan cahaya dalam dirinya agar suami berpikir berkali-kali lipat untuk memilih perempuan lain.

"Dia melihat kamu dari hatimu Intan, mana ada CEO itu mau menikahi seorang janda? Di saat dia punya kuasa untuk memilih para gadis bahkan membeli perempuan-perempuan yang sudi menukar malam dengan uang. Pak Amir juga bilang kalau CEO itu sangat baik, kamu pasti beruntung," balas Sarah dengan wajahnya yang sagat terlihat mendukung.

Tapi Intan masih ragu, dia memang merasakan perhatian Irwan yang sangat peduli padanya. Meskipun Intan juga tidak bisa percaya dengan apa yang sedang dia alami

Ditinggalkan suami karena memilih perempuan lain dan bekerja banting tulang untuk menghidupi dirinya sendiri dan anak satu-satunya, kini Alloh justru mengirimkan lelaki yang bisa meninggikan derajatnya.

"Aku memang tidak ragu padanya Mbak, tapi aku hanya takut pada keluarga Irwan. Mustahil mereka bisa tulu menerimaku yang tidak se-Level dengannya." Intan sangat ragu, wajahnya ditekuk sedih.

Sarah pun paham. "Jangan su'udzon, yang akan ngejalani rumah tangga kan kalian berdua, yang tidur sekamar kan kalian berdua," kata Sarah, Intan pun tertawa. "Bilang saja, Janda sekarang terdepan … zaman sudah berubah."

"Ah Mbak bisa aja," balas Intan, hidungnya kembang kempis menahan tawa.

Sarah pun berdiri, dia menepuk bahu Intan. "Udah ah, aku mau mandi." Sarah pun pergi melenggang menuju kamar mandi dekat dapur.

Obrolan singkat itu membuat Intan percaya diri, tapi bukan karena slogan 'Janda Terdepan', yang barusan dikatakan Sarah, tapi Intan percaya kalau Irwan memang tulus padanya. Bagaimanapun nantinya, Intan akan hadapi.

Tapi sekarang tidak semudah itu, meskipun wajah Intan sudah dipermak ke salon, sudah menyerupai golongan para elit dengan gaun warna nude dan gambar bunga-bunga dari kainnya, tetap saja itu tidak akan mengubah statusnya yang tidak akan pernah sejajar dengan keluarga calon tunangannya yang sekarang sedang fokus menyetir.

Sampai sekarang pun, Intan tidak menyangka kalau Irwan, Bosnya sendiri menyukai dirinya yang hanya serang office girl. Dia punya banyak kuasa untuk memilih seorang gadis dengan gelar sarjana dan paras yang lebih cantik darinya, tapi dia justru lebih memilih Intan yang tidak ada istimewanya, pikir Intan melamun.

"Sudah, jangan tegang!" ucap Irwan sembari melirik kekasihnya yang sekarang diam seperti patung. Intan terkejut, dia tersenyum malu dengan ucapan Irwan barusan.

"Aku takut kalau keluargamu tidak menerima aku," terang Intan khawatir. Irwan kemudian menggenggam tangan Intan dengan tangan kirinya karena tangan kanannya memegang kemudi.

"Ada aku, kamu jangan khawatir. Kita hadapi bersama. Aku cinta kamu Intan, aku enggak mau pisah dari kamu. Aku rela keluar dari perusahaan dan kawin lari sama kamu, daripada harus jadi Direktur dan dijodohkan dengan perempuan yang sama sekali tidak aku cintai." Wajah Irwan tampak serius dan genggamannya pun sangat erat.

Intan juga balik menggenggam tangannya dengan kedua tangan Intan dan mengelus-elusnya. Irwan pun kemudian menarik tangan Intan dan menciuminya.

Seakan-akan dia memang cinta mati pada Intan. Intan sangat terharu, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh mantan suaminya dulu. Dia tersenyum bahagia, berharap semuanya akan baik-baik saja.

Setelah mereka tiba di rumah Irwan yang sangat megah, Irwan pun menyuruh Intan untuk tetap duduk di jok mobil dan membiarkan Irwan membuka pintu mobilnya.

Menyambut seorang putri yang hari ini sangat cantik. Intan tidak terlihat seperti sudah memiliki anak, tubuhnya yang porposional seperti model tidak mencirikan bekas-bekas kehamilan.

Perut Intan juga tidak buncit, kulitnya mulus sawo matang, dan wajahnya manis. Kalau kulit Intan putih, dia sudah sangat mirip dengan boneka Barbie bermata bulat.

Tapi meskipun begitu, dia punya paras yang mampu membuat siapa saja tentram memandangnya.

Tutur kata Intan setiap memberikan segelas kopi ke ruangan Irwanlah yang membuat dia terhipnotis, begitu merdu dan senyuman yang menghangatkan, Intan juga sangat polos, setiap kali Irwan bercanda … selalu ditanggapnya asli dan itu membuat Irwan selalu tertawa sendiri setiap hari.

"Kamu tidak perlu berlebihan seperti ini," ucap Intan sembari kaki jenjangnya keluar dari mobil.

"Berlebihan bagaimana? Ini tuh romantis, Intan," balas Irwan dengan senyum, menggoda kekasihnya.

Mereka pun berdua masuk ke dalam rumah, Intan memegang lengan Irwan yang membentuk lingkaran. "Tuh kan Mama udah sambut kita," ucap Irwan setelah Mamanya datang menyambut anak dan calon tunangannya.

"Akhirnya kalian tiba juga, yukkk! Yang lain udah nungguin," ajak Laura pada anaknya--Irwan dan juga kekasihnya--Intan. Intan begitu gugup, malam ini wajah Laura—ibunya Irwan nampak sangat senang dan begitu menyambut Intan dengan tulus, tidak seperti saat Irwan pertama kali memperkenalkan Intan di kantor sebagai kekasihnya.

Wajah Laura hari itu memerah, bibirnya seakan-akan ingin berkata-kata kasar tapi tidak dikeluarkannya karena saat itu lokasi mereka di kantor, dia pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun.

Melihat respon Laura saat itu, Intan sudah tidak berharap banyak pada hubungannya dengan Irwan, akan tetapi Irwan terus meyakinkan Intan hingga tawaran makan malam terucap dari bibir Laura untuk meminta Intan datang hari ini.

Laura memegang tangan Intan dan berucap, "kamu hari ini cantik banget Intan."

Intan tersenyum, dia pun memandang Irwan. Irwan balik tersenyum pada Intan seakan membenarkan perkataannya sendiri kalau ibunya, Laura sudah merestui hubungan mereka berdua.

Jadi, tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan oleh Intan untuk bersanding dengannya.

Namun, pada kenyatannya tidak seperti itu. Laura hanya berpura-pura, jauh di dalam lubuk hatinya dia tersenyum karena malamini dirinya sudah menyuguhkan kejutan untuk Intan.

Kejutan yang akan membuat Intan semakin sadar akan derajatnya yang tidak akan pernah sederajat dengan keluarga Syahrir Indagiri.

'Secantik apapun kamu Intan, saya tidak akan membiarkan anak saya menikahi kamu. Tidak akan pernah,' ucapnya dalam hati yang sangat siap melihat reaksi Intan malam ini.

Mereka pun masuk ke ruangan jamuan makan malam khusus yang sudah dipersiapkan. Obrolan yang tadi terdengar pun seketika berhenti.

Ada beberapa pasang mata yang menyorot pada kedatangan mereka bertiga, Irwan begitu syok.

Sudah ada Rachel dan kedua orang tuanya yang duduk bersama ayahnya--Syahrir di meja makan berbahan kayu jati yang panjang mengkilat dengan punggung kursinya yang tinggi, menambah elegant suasana.

Tapi tidak seelegan ketidasopanan ibunya yang sekarang berniat--sengaja mempermalukan Intan.

"Ma!" ucap Irwan dengan suara tinggi pada ibunya.

Digenggamnya tangan Intan begitu kuat, perempuan itu hanya bisa tertunduk karena dia tahu kalau Rachel adalah calon tunangan pilihan Laura.

Hati Intan resah, karena sekarang Rachel dan kedua orang tuanya juga hadir di jamuan makam mala mini yang dikira Intan hanya dia dan keluarga Irwan saja.

Like it ? Add to library!

Ernest_Nana_03creators' thoughts