webnovel

Istri Pengganti

Naura kabur di acara pesta pernikahannya. Dia kabur bersama kekasihnya, karena dia menolak untuk di jodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Di saat kedua keluarga bingung, tiba-tiba saja Pak Alex orang tua mempelai lelaki meminta untuk acara pernikahan itu di langsungkan, dengan mengganti calon wanitanya. Dan saat itu, Khanza yang menggantikan kakak kandungnya menjadi pengantin pengganti. Namun Khanza tidak menyadari, kalau ternyata Dilan itu akan membalaskan dendam atas perlakuan Naura kepadanya lewat adik Naura. Karena Dilan tahu, Naura itu sangat menyayangi adiknya. Dilan akan menghancurkan hati Khanza seperti Naura yang telah menghancurkan hatinya.

Dwi_Susanti_7874 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Canggung.

Khanza sekarang sudah ada di kamar Dilan. Kamar seorang lelaki muda, yang dingin, kaku dan entahlah. Yang Khanza tahu, Dilan memang lelaki yang sangat tertutup. Beda dari Dirga.

Dilan melepas jas dan dasinya, setelah itu dia menuju ke kamar mandi. Sementara itu Khanza masih duduk di sisi ranjang. Dia bingung akan melakukan apa di rumah baru itu. Lebih tepatnya rumah mama mertua.

Mata Khanza masih menelusuri setiap sudut ruangan kamar Dilan. Di atas nakas, masih terpampang foto seorang wanita cantik yang sedang di peluk oleh Dilan.

Khanza tidak tahu siapa wanita cantik itu. Yang pasti itu bukan Naura. Khanza tidak mau ikut campur urusan Dilan. Dilan sepertinya sangat menyeramkan. Walau dia tampan, tapi tidak ada senyuman di wajahnya. Dia terlalu serius. Apakah mungkin memang sudah karakter dan bawaan wajah Dilan.

Khanza bangkit dari duduknya. Dia kemudian memutari kamar luas itu.

" Apakah ini kamar yang sudah di persiapkan untuk pengantin baru?" Gumam Khanza.

" Kamarnya luas banget. Lebih luas dari kamarku. Akankah aku akan terperangkap di sini. Bersama Kak Dilan. Ah, rasanya aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan malam ini. Sekarang aku bukan hanya seorang mahasiswi. Tapi, aku juga seorang istri."

Khanza menghela nafasnya dalam. Dia mencoba untuk bersabar menerima kenyataan kalau sekarang dia adalah istri dari seorang Dilan. Lelaki yang sama sekali tidak di kenalnya.

Khanza masih menatap foto seorang wanita cantik itu. Banyak sekali foto-foto itu.

Dilan keluar dari kamar mandi.

" Ehm. Lagi ngapain kamu?"

Khanza tersentak. Dia terkejut saat Dilan sudah ada di belakangnya. Khanza langsung membalikan tubuhnya.

" Eh, Kak maaf."

" Khanza. Ingat yah,jangan sampai kau menyentuh barang-barangku di kamar ini."

" Maaf kak. Nggak, aku cuma lihat-lihat aja kok."

" Ya udah. Kamu tidur di tempat tidur aku. Biar aku tidur di sofa."

." Iya Kak."

Khanza kemudian berjalan ke arah tempat tidur. Dia kemudian naik ke ranjangnya. Khanza berbaring di ranjangnya. Dia kemudian menyelimuti dirinya dengan selimut tebal yang ada di kamar Dilan.

Sementara Dilan pergi meninggalkan kamar. Dan entah kemana Dilan akan pergi. Sepertinya dia akan tidur di kamar lain.

Khanza masih berbaring. Namun dia tidak bisa tidur. Sedari tadi dia hanya bisa membolak-balikan tubuhnya di atas ranjang. Bagaimana dia akan nyenyak dalam tidurnya. Sementara dia tidur bukan di kamarnya. Namun di kamar Dilan. Lelaki yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Lelaki yang seharusnya menjadi suami kakaknya.

" Ih, Kak Dilan. Sadis banget. Masak aku nggak boleh menyentuh barang-barangnya. Aku ini kan istrinya. Sudah halal jadi istrinya. Tapi, kenapa Kak Dilan jutek banget sih sama aku." Gumam Khanza.

Khanza memejamkan matanya. Dia ingin mencoba untuk tidur. Karena sedari tadi, Khanza itu tidak bisa nyenyak tidurnya.

Sementara Dilan sekarang sudah ada di ruang tengah. Dia membaringkan tubuhnya di sofa.

***

Pagi-pagi, Khanza bangun dari tidurnya. Dia kemudian keluar dari kamarnya. Dia melangkah ke arah tempat Dilan tidur. Khanza melihat Dilan tampak kedinginan. Khanza kemudian masuk ke dalam untuk mengambil selimut. Setelah itu dia keluar dan menyelimuti tubuh Dilan.

" Untung kamu itu kakaknya Dirga. Jadi aku masih baik sama kamu. Kalau kamu itu bukan kakak Dirga, mungkin aku tidak akan pernah mau menyelimuti kamu seperti ini." Ucap Khanza sembari menutupi tubuh suaminya itu.

Khanza masih menatap wajah Dilan. Dilan masih terlihat pulas. Waktu masih jam lima pagi. Khanza melangkah ke arah dapur. Di lihatnya seorang wanita masih berumur tiga puluh tahunan itu tampak berdiri di dapur.

" Siapa dia?" gumam Khanza.

Khanza kemudian menghampiri wanita itu.

" Mbak. Lagi ngapain?" Tanya Khanza.

wanita yang di ketahui bernama Mbak Ning itu menoleh ke belakang.

" Eh, Non. Udah bangun...?" tanya Mbak Ning.

" Mbak siapa?" Tanya Khanza yang sama sekali belum mengenal Mbak Ning.

" Saya asisten rumah tangga di sini Non. Nama saya Mbak Ning. Bagaimana tidurnya semalam. Nyenyak...?"

' Ih, nyenyak apanya. Yang pasti aku sama sekali tidak bisa tidur.' Batin Khanza.

" Iya. Nyenyak kok Mbak. Em, Kalau jam segini, Dirga belum bangun yah?" tanya Khanza.

" Belum lah Non. Den Dirga itu, bangunnya siang. Bangun pagi, kalau mau ke kampus doang. " jawab Mbak Ning.

" Oh, Mbak mau ngapain?" tanya Khanza lagi.

" Mau masak Non."

" Biar aku bantuin yah."

" Nggak usah Non. Lebih baik, Non temani suami Non."

' Ih, siapa juga yang mau nemenin suami kayak dia. Ogah banget. Suami dingin gitu' Batin Khanza.

Khanza sedari tadi diam saja. Dia masih mengingat perkataan Dilan semalam. Perkataan yang sedikit membuat Khanza tersinggung. Dia menyuruh Khanza untuk tidak menyentuh barang-barang yang ada di kamar Dilan. Seberapa mahalnya barang-barang itu.

Sedari tadi Khanza juga masih memikirkan tentang foto wanita yang ada di kamar Dilan.

Dia masih penasaran dengan sosok wanuta cantik itu. Wanita yang lebih cantik dari Kak Naura.

" Non, jangan ngelamun di sini."

" Eh, Mbak. Siapa yang ngelamun sih."

Khanza sepertinya masih bingung ada di rumah mertuanya itu. Dia benar-benar tidak habis fikir kalau dia akan menikah secepat itu. Dan yang tidak dia sangka, dia akan menjadi istri pengganti dari kakaknya itu.

Khanza melangkah keluar rumah. Dia kemudian berdiri di halaman depan rumah Dilan. Rumah yang sangat luas. Luasnya melebihi rumahnya.

" Wah, ternyata rumah ini lebih luas dari rumah aku." Gumam Khanza.

Khanza masih menatapi satu persatu kebun bunga yang ada di depan rumah mertuanya. Fikirannya menerawang jauh ke peristiwa kemarin. Saat dia menjadi seorang pengantin pengganti menggantikan kakaknya.

Khanza juga masih memikirkan kakaknya itu. Dia memikirkan di mana kakaknya sekarang. Karena alasan apa dia pergi meninggalkan pesta pernikahan itu. Dan dengan siapa dia pergi. Khanza dari kemarin, tidak bisa berhenti memikirkan kakaknya itu. Kakak yang selama ini menyayanginya. Sosok kakak yang sangat baik untuk Khanza.

" Kak, sekarang kamu ada di mana? Khanza kangen sama kakak. Seandainya kakak ada di sini, pasti Khanza akan cerita semua tentang masalah Khanza. Kenapa kakak tega sekali pergi meninggalkan Kak Dilan. Gara-gara kak Naura, aku jadi terperangkap seperti ini. Sebenarnya bukan ini Kak keinginan ku. Aku tidak mau menikah di usia dini. Aku ingin menikmati masa remajaku dulu. Tapi, gara-gara kakak kabur, aku yang jadi korbannya. "Gumam Khanza sembari matanya masih mengitari setiap sudut rumah mertuanya.

" Hai."

Khanza tersentak. Saat ada seseorang yang menepuknya dari belakang.

" Lagi ngapain kamu di sini?" Tanya Dirga.

Khanza langsug menoleh.

" Dirga. Ngagetin saja kamu Dirga. "

" Habisnya, pagi-pagi sudah ngelamun.