webnovel

Istri Pengganti

Naura kabur di acara pesta pernikahannya. Dia kabur bersama kekasihnya, karena dia menolak untuk di jodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya. Di saat kedua keluarga bingung, tiba-tiba saja Pak Alex orang tua mempelai lelaki meminta untuk acara pernikahan itu di langsungkan, dengan mengganti calon wanitanya. Dan saat itu, Khanza yang menggantikan kakak kandungnya menjadi pengantin pengganti. Namun Khanza tidak menyadari, kalau ternyata Dilan itu akan membalaskan dendam atas perlakuan Naura kepadanya lewat adik Naura. Karena Dilan tahu, Naura itu sangat menyayangi adiknya. Dilan akan menghancurkan hati Khanza seperti Naura yang telah menghancurkan hatinya.

Dwi_Susanti_7874 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Hari pertama di rumah Dilan

"Siapa yang ngelamun. Aku nggak ngelamun." Kata Khanza.

Dirga tersenyum. Dia memperhatikan Khanza dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Itu semua membuat Khanza risih. Dirga tidak menyangka kalau Khanza orang yang selama ini menjadi sahabat karibnya itu, sekarang jadi kakak iparnya.Dan Khanza sekarang tinggal di rumah adat. Itu semua membuat Dirga bahagia. Karena dia bisa saja nyontek PR pada Khanza. Karena Khanza itu murid yang tergolong pandai.

"Apaan sih Dirga. Ngapain kamu lihatin aku kayak gitu." tanya Khanza yang merasa tidak enak di lihatin oleh Dirga. Dirga tidak seperti biasanya, kali ini dia menatap Khanza tanpa berkedip.

"Aku nggak nyangka. Kalau sekarang sahabat baik aku ini, jadi ipar aku."Kata Dirga.Dia masih belum percaya kalau Khanza sahabat karibnya itu, sekarang adalah kakak iparnya.

"Ah, itu sudah jodoh Dirga."

"Iya ... iya..jodoh memang nggak kemana. Kakak kamu yang mau nikah, tapi kamu yang nikah sama Kak Dilan. Harusnya kan Kak Naura."

Khanza masih menatap ke arah genangan air kolam renang. Rasanya, Khanza tidak mungkin betah, menjadi istri Dilan lama-lama. Dilan itu kaku, dingin.Bagaimana caranya Khanza bisa menaklukan hati lelaki macam Dilan.Mungkin Khanza akan menyerah jika saja Dilan memperlakukannya seperti musuh.

Khanza memang cantik. Tapi, dia itu cewek yang lugu.Bukan cewek yang pandai merayu dan penakluk lelaki. Makanya dia sangat pesimis dan ragu, kalau hal itu sama Dilan itu akan bertahan lama dan bahagia. Rasanya sangat tidak mungkin jika saja, Dilan masih menaruh dendam pada Naura. Orang yang telah mempermainkan cintanya.

Dirga menyenggol bahu Khanza.

"Hayo ... ngelamun lagi. Jangan kebanyakan ngelamun deh. Nanti aku takut, kamu kesurupan."Kata Dirga yang membuat Khanza terkejut.

"ish, apaan sih."

"Ngomong ngomong, gimana semalam. Gimana rasanya malam pertama. Pasti seru dong ..." Dirga tampak meledek.

"Ah. Apaan sih Dirga." Gumam Khanza.

'Seru apanya.Malas banget aku kalau harus keingat semalam. Masak pegang barang-barang yang ada di kamar aja nggak boleh.Ih, nyebelin banget kan.'Fikir Khanza.

Setelah itu Khanzapun pergi meninggalkan Dirga di teras samping rumah.Khanza kembali masuk ke dalam.

"Khanza. Kamu udah bangun? Dari mana saja kamu?"Tanya Bu Lani yang sudah duduk di ruang tengah.

Khanza tersenyum pada ibu mertuanya. Dia juga masih mempunyai perasaan malu dan canggung. Walau Khanza sudah mengenal lama orang tua Dilan, tapi rasanya berbeda setelah Khanza itu menjadi menantu Bu Lani.

"Aku dari teras samping Ma, sama Dirga." Jawab Khanza.

"Sini sayang, duduk di sini samping mama."pinta Bu Lani

hanza kemudian duduk di samping ibu mertuanya. Khanza hanya bisa menunduk sembari meremas-remas jari jemarinya. Entah apa yang sedang dia fikirkan saat ini. Mungkin Khanza itu bingung dengan kehidupannya ke depan. Akan seperti apa jika dia terus menerus menjadi istri Dilan. Baru semalam saja dia sudah di buat kesal karena perkataan Dilan, yang tidak boleh dipantau barang-barang yang ada di kamar. Khanza juga tidak tahu apa maksud dari semua itu.

"Kamu kenapa Khanza. Gimana semalam, nyenyak kan tidurnya?"tanya Bu Lani.

"Iya Ma. Nyenyak.Bohong Khanza. Padahal tidurnya semalam tidak nyenyak sama sekali.

"Kak Dilan kemana Ma? Apa dia sudah bangun?"tanya Khanza.

"Dia sedang mandi Khanza." Jawab Bu Lani.

"Oh ..."

Dilan masih berada di kamar mandi. Dia membersihkan tubuhnya dengan air. Seperti kebiasaannya setiap pagi. Seperti biasa rutinitas Dilan di pagi hari. Dia akan mandi, ganti baju, dan berangkat kekantor.

Selesai mandi, Dilan kemudian keluar dari kamar mandi dan menuju ke lemari bajunya. Dia menatap bajunya satu persatu. Dia tersenyum saat melihat sebuah syal yang ada di lemari kamar.

"Reina ..." Ucap Dilan meraih syal tersebut.

Syal itu adalah syal milik Reina. Kekasih Dilan yang sudah tiga tahun ini meninggal karena penyakit kanker otak yang di deritanya. Reina itu adalah kekasih yang selama ini Dilan cintai dan Dilan belum bisa melupakan Reina.

Dia seorang gadis, yang sudah sangat mengerti Dilan.Dalam hidupnya belum ada seorang wanita seperti Reina. Dan setelah dia hampir melupakan Reina, Naura datang menyinari kehidupannya.Namun, Dilan merasa sangat tersakiti karena setelah dia benar-benar melupakan Reina, Justru dia itu harus merasakan sakit hati karena di tinggal kabur di hari pernikahannya itu oleh Naura.

Padahal, Dilan sudah jatuh cinta pada Naura, saat orang tuanya mau menjodohkannya dengan Naura.Menurut Dilan, Naura itu adalah gadis yang dewasa dan mau mengerti Dilan.

Dilan mencium Syal itu. Sudah beberapa kali Dilan di kecewakan oleh seorang wanita. Dan kekecewaannya yang terberat adalah saat dia di permalukan di pesta pernikahannya oleh seorang gadis yang berhasil membuatnya jatuh cinta. Dan gadis itu adalah Naura orang yang sudah memberikan sebuah harapan di kehidupan Dilan, dan Naura itu adalah gadis pilihan orang orangtuanya.

Namun, kenyataannya berbeda.Dilan tidak jadi menikah dengan Naura. Tapi, dia malah menikah dengan adiknya Naura, Khanza.Itu semua yang membuat Dilan sama sekali tidak mengerti dengan permainan hidupnya.Sebenarnya, siapa cinta sejatinya Dilan kelak.Mungkinkah Khanza adik dari Naura yang akan menjadi cinta sejati Dilan, atau mungkin pada akhirnya pernikahan itu, hanya sebuah lelucon saja untuk Dilan dan Khanza.

Ceklek ...

Khanza membuka pintu kamar. Kamar yang di tempatinya semalam. Ya, kamar itu adalah kamar Dilan. Kamar yang sudah di persiapkan untuk malam pertama Dilan dengan Naura.

Dilan terkejut saat melihat Khanza. Dilan masih mengenakan handuk yang masih melilit di tubuhnya.

"Khanza. Ngapain kamu kesini?" Tanya Dilan dengan nada ketus.

Khanza gugup. Dia tidak tahu harus bicara apa saat dia berbicara dengan suaminya itu.

"Em, a ... aku ..."

Dilan menatap Khanza tajam. Dia kemudian mendekat ke arah Khanza.Khanza hanya bisa menelan ludah saat di dekati Dilan. Dilan memang begitu sangar.Matanya menatap Khanza tanpa berkedip. Namun tatapan itu bukan tatapan cinta. Tapi tatapan benci.Kebencian dia pada Naura. Karena dia merasa telah di permainkan oleh Naura. Dan Dilan benar-benar akan melampiaskannya pada Khanza.

Dilan mendekat ke arah Khanza.Hingga membuat Khanza terbentur ke pintu yang sudah tertutup.

"Mau ngapain kamu. Jangan dekat-dekat ...!"Kata Khanza yang masih memberanikan diri untuk kembali menatap tajam mata suaminya.

"Kamu itu benar-benar tidak sopan. Kamu itu harus belajar sopan santun dulu, sebelum memutuskan untuk menikah denganku." Kata Dilan penuh amarah.

"Apa maksud Kak Dilan?" tanya Khanza.

"Maksudku, kamu itu harus ketuk pintu dulu sebelum masuk ke kamar orang."

"

Maaf, aku tidak tahu, kalau kak Dilan ada di dalam."

"Bagaimana bisa kamu tidak tahu."

"Kak, ini itukan kamar aku juga. Jadi untuk apa aku ketuk pintu."