webnovel

CHAPTER 59

dengan langkah berat Kevan berjalan ke arah ruang perawatan Freya. tampak istrinya masih terbaring lemas dan hanya ditemani oleh Shofi karena setengah jam lalu James terpaksa pergi ada urusan mendadak dikantornya.

" Kevan !"

Freya terlihat sumringah melihat suaminya datang.

Kevan menghampirinya dan langsung mengecup lembut kening istrinya.

" sayang, maaf aku tidak bisa menemanimu saat operasi."

ucap Kevan.

" aku baik-baik saja, Kev. sekarang aku ingin melihat bayi kita. apa dia sehat-sehat saja ? tolong bawa kemari untukku !!"

pinta Freya seraya menyatukan jari tangannya dengan jari kekar milik tangan Kevan.

" tidak bisa, sayang. anak kita lahir prematur. sementara ia harus diberada diruang inkubator dengan pengawasan khusus. percayalah, putri kita baik-baik saja."

jawab Kevan mengecup punggung tangan Freya.

" syukurlah kalau bayi kita baik-baik saja. tadinya aku takut terjadi sesuatu padanya, mengingat posisi terjatuh ku yang terlentang tadi saat hendak menarik Aaron."

ucap Freya merasa lega.

Kevan hanya tersenyum getir seraya berbungkuk merengkuh tubuh istrinya. ia menyembunyikan kesedihan dibahu Freya.

Shofi tengah memperhatikan tingkah Kevan yang berbeda. ia melihat guratan-guratan kesedihan diwajah Kevan. Shofi bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh menantunya itu.

" Kevan, mama ingin sekali melihat cucu mama. bisakah kau mengantar ku keruang inkubator ?"

ucap Shofi.

" tapi Ma--"

" iya, Kev. tolong antar mama melihat bayi kita. aku juga ingin segera melihatnya jika kondisiku sudah bisa duduk. tapi ini rasanya masih sakit dan ngilu."

ucap Freya meringis.

" baiklah sayang, aku akan memotretnya via ponsel, agar kau bisa melihat begitu cantiknya putri kita."

Freya terlihat bahagia. raut wajahnya tak hentinya berseri-seri.

Kevan dan Shofi beranjak keluar menuju ruangan tempat bayi itu dirawat. namun ketika di koridor menuju ruang bayi, Shofi menarik tangan Kevan.

" tunggu Kevan ! ada yang mau mama tanyakan."

" iya ma, ada apa ?"

mereka memutuskan untuk duduk sebentar dikursi ruang tunggu depan ruang inkubator bayi.

" sebenarnya apa yang terjadi ?"

tanya Shofi.

Kevan menyandarkan tubuhnya disandaran kursi seraya menarik rambutnya kebelakang dengan kedua telapak tangannya.

" ada apa Kevan ? tolong bicaralah !! mama tau pasti ada sesuatu."

Kevan menghela nafasnya dalam-dalam. Shofi memang sangat sensitif, feel seorang ibu selalu tepat dan sangatlah peka. Kevan lalu menghadapkan tubuhnya dan menatap ke arah Shofi.

" anak kami mengidap cerebral palsy. "

ucap Kevan terdengar berat.

Shofi terkejut mendengarnya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya.

" tidak. tidak mungkin Kevan. keturunan kami tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti itu."

Shofi terlihat panik seraya menahan air matanya. namun pada akhirnya cairan bening itu keluar deras dari pelupuk matanya.

" tenanglah ma. Kevan tau penyakit ini bukan turunan. ini penyakit bawaan lahir yang menyerang sekelompok kondisi yang mempengaruhi otot dan syarafnya. "

" ja.. jadi cucuku akan lumpuh selamanya, dan kesulitan berbicara maksudmu ?"

ucap Shofi terbata-bata.

" aku akan melakukan yang terbaik untuk putri kami, ma. apapun itu. semoga yang kita khawatir kan tidak akan terjadi. aku hanya ingin dukungan dari mama. tolong untuk sementara ini Freya jangan tau dulu kondisi anaknya. aku takut ia akan drop. "

jelas Kevan merengkuh Shofi dan membiarkan ibu mertuanya itu menangis dibahunya.

***

Kevan kembali keruang perawatan Freya, setelah mengantar ibu mertuanya sampai depan pintu keluar rumah sakit. Shofi memutuskan pulang setelah melihat kondisi cucunya diruang inkubator. ia masih tak kuasa dan takut tidak bisa menahan kesedihannya didepan Freya karena Shofi yang terus menangis meratapi keadaan cucu pertamanya itu.

" mama sudah pulang ? bagaimana anak kita, Kev ? apa kau sudah mengambil gambarnya ?"

tanya Freya antusias.

Kevan lalu mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Freya segera meraihnya untuk membuka menu galery.

" tadi mama Shofi titip salam padamu. katanya besok pagi ia akan kembali kesini."

Freya hanya mengangguk-angguk dengan tatapan yang fokus pada hasil jepretan Kevan dari kamera ponselnya.

" ya Tuhan. anak kita lucu sekali. apa ini benar-benar bayi yang telah ku lahirkan, Kev ?"

mata Freya tampak berbinar-binar haru menggeser setiap foto dilayar ponsel.

Kevan mendekatinya lalu ia duduk ditepi tempat tidur rawat Freya dan meraih tangan kanan istrinya itu, lalu menyatukan tangannya dengan menyelipkan disetiap selahan jari-jari lengannya.

" ia sangat cantik. sama seperti dirimu. kau akan beri nama siapa anak kita ?"

ucap Kevan menatap hangat pada Freya.

Freya menarik bibirnya ke atas, tersenyum sambil membalas tatapan Kevan.

" hhmm-- sebenarnya aku suka dengan nama Atreya yang artinya bijaksana. tapi aku serahkan sama kamu. karena kau kan ayahnya, Kev."

Kevan mengerutkan keningnya tampak berfikir-fikir sejenak.

" bagus juga nama itu. unik. bagaimana kalau kita beri nama Atreya Gildea Mark O'Neill yang artinya anak perempuan yang bijaksana dan berhati emas, putri dari Kevan Mark O'Neill."

Freya langsung memeluk tubuh Kevan. menyandarkan kepalanya didada suaminya.

" aku suka dengan nama itu. semoga anak kita nanti menjadi gadis yang selalu bertindak berdasarkan akal sehat dan logis, sehingga dapat bersikap tepat dalam menghadapi setiap keadaan."

ucap Freya dengan tulus.

" iya, sayang. dan semoga kelak putri kita menjadi pribadi yang baik hati, rendah hati, dan pelita bagi kita semua."

tambah Kevan seraya mencium puncak kepala istrinya lembut. namun hatinya menangis dalam diam.