webnovel

CHAPTER 60

empat bulan waktu berjalan begitu cepatnya. Freya tengah menikmati hari-harinya menjadi seorang ibu dari dua anak. Aaron dan Atreya.

sejak kejadian kala itu Freya telah jatuh hati pada anak lelaki yang tidak lahir dari rahimnya itu.

usia Aaron Glendan sudah dua tahun setengah. ia anak yang pandai, aktif, dan menggemaskan.

dan Atreya Gildea, ia bayi yang sangat lucu dan cantik. namun di usianya yang sudah empat bulan, ia masih anteng dengan posisi berbaringnya. jarang menangis dan gerakannya kurang aktif di usianya sekarang. Freya mulai menyadari dengan tumbuh kembang anaknya itu.

" Kev."

panggil Freya seraya mendekati Kevan yang tengah fokus membaca sebuah tabloid bisnis dihari liburnya.

" iya. "

jawabnya tanpa menoleh kearah sumber suara.

" aku rasa ada yang berbeda dengan tumbuh kembangnya Atreya."

Kevan langsung mengangkat wajahnya ke arah Freya.

" maksudmu ?"

Kevan menyipitkan kedua matanya kearah Freya.

" apakah sudah waktunya Freya mengetahui kondisi anaknya itu ? ia sudah mulai menyadarinya. dan tidak baik menyembunyikan kenyataan ini lebih lama."

gumam Kevan dalam hati.

" usianya Atreya udah empat bulan lebih, namun ia belum bisa mengangkat kepala saat diangkat atau akan digendong. kakinya yang sebelah kiri sepertinya lemas, tidak seperti kaki kanannya yang kadang bergerak. aku ingin berkonsultasi dengan dokter Louis. maukah kau mengantarku?"

Kevan lalu menutup bukunya dan meletakkan sembarangan keatas meja.

"kapan kau mau menemui Louis ?"

" ya sekarang. ini hari libur kan? kita berkunjung kerumahnya saja. "

kata Freya seraya menjatuhkan bokongnya dipaha keras suaminya.

Kevan langsung melingkarkan tangannya ke perut Freya. sementara Freya melingkarkan tangannya dileher Suaminya. membuat mereka saling bertatapan sangat intens.

" apa tidak besok saja. takutnya malah mengganggu hari libur nya. "

ucap Kevan mendorong pinggang Freya kedepan agar menempel dengan tubuhnya seraya mengencangkan pelukannya.

" tidak Kevan. aku hanya khawatir dengan anak kita. aku yakin ada yang berbeda dengan tumbuh kembangnya."

jawab Freya meyakinkan suaminya.

" apa sebaiknya Louis saja yang ku suruh kemari ? salju diluar sangat dingin, sayang. aku tidak mau kau terkena hipotermia."

Freya mengerucutkan bibirnya.

" ah, kau berlebihan. ayolah Kevan sayang."

seketika Kevan menaikkan alisnya sebelah.

" tumben bilang Kevan sayang. apa kau sedang menggodaku ?"

Freya mendengus.

" baiklah aku akan menggodamu nanti jika sekarang kau antar aku menemui dokter Louis."

kevan membelalakkan matanya penuh semangat.

"0ke, tapi anak-anak jangan dibawa. biarkan mereka bersama baby sitternya. salju diluar sedang turun dan sangat dingin. kau harus memakai double mantel."

" siap, hot Daddy."

ucap Freya mengecup bibir Kevan sekilas, dan hendak beranjak namun ditarik kembali tubuhnya oleh Kevan. ia menarik tengkuk leher Freya yang membuat istrinya itu kembali tertunduk tepat diwajahnya. dengan cepat Kevan melumat habis bibir seksi istrinya itu.

cukup lama mereka saling menyatukan bibir keduanya. sampai akhirnya Freya mencoba melepas ciuman itu karena dirasa oksigen di paru-paru nya hampir habis.

***

Freya dan Kevan berkunjung ke apartemennya Louis.

" Kev, kalian datang kemari kenapa tidak telpon dulu."

Louis yang hanya bertelanjang dada dan bercelana boxer itu tampak panik dan reflek membereskan beberapa pakaian wanita yang berserakan disofa ya.

Kevan membelalakkan matanya saat tak sengaja Louis memungut bra yang tergeletak dilantai. sementara Freya hanya tersenyum malu sendiri.

" apa kami mengganggu mu ?"

tanya Kevan ragu.

" hhmm. tidak. kami sudah selesai."

ucap Louis tetapi langsung meralatnya.

" eh, maksudku--"

" sudah selesai bermain disofa ini maksud mu ?"

ucap Kevan terkekeh.

Freya menyikut perut Kevan.

" aww, sakit sayang."

" kalian duduklah. aku akan berganti pakaian dulu ke kamar."

Louis buru-buru masuk ke kamarnya hendak berganti pakaiannya.

' CEKLEKK'

tiba-tiba pintu kamar mandi yang letaknya diluar kamar itu terbuka dari dalam.

Kevan dan Freya reflek memutar kepalanya empat puluh lima derajat ke arah pintu kamar mandi yang sudah terbuka lebar itu.

tampak seorang gadis dengan hanya menggunakan bathrobe dengan rambut terlilit handuk keatas. ia terkejut melihat Kevan dan Freya tengah memandanginya.

" who is she ?"

gumam Kevan seraya matanya memandangi wanita muda itu.

" tundukan kepalamu, Kevan! tidak baik memandang wanita yang bukan istrimu dalam keadaan seperti itu."

bisik Freya dengan tegas seraya melotot ke arah Kevan. Kevan pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

" apa kalian tamunya Louis ? kemana dia sekarang ?"

ucap Gadis itu terlihat sangat gugup.

" Louis barusan ke kamarnya."

ucap Freya.

Gadis itu langsung pergi begitu saja ke arah kamar yang dimasuki Louis tadi.

" apa Louis sudah menikah ? apa itu istrinya ?"

tanya Freya kemudian.

Kevan mengangkat bahunya.

" entahlah. yang ku tau Louis itu masih single."

Freya tampak mengerutkan keningnya.

lalu Louis keluar dari kamarnya sudah berpakaian lengkap dan sopan. ia duduk dihadapan Kevan dan Freya.

" Louis, siapa dia ? apa dia wanitamu ?"

tanya Kevan penasaran. Freya melirik pada Kevan dengan isyarat kedipan mata. dan Kevan langsung memahami arti kedipan itu.

" oh, sorry. aku tidak berhak mencampuri urusan pribadimu."

ucap Kevan lagi.

Louis hanya menyeringai.

" it's okay. so, apa yang membuat kalian datang ke apartemen ku tanpa pemberitahuan terlebih dulu ?"

" begini Louis, aku ingin menanyakan tumbuh kembang Atreya yang kurasa ada kelainan. kau sebagai dokternya pasti paham betulkan tentang kondisi anakku."

jelas Freya.

mendengar itu Louis langsung menatap tajam pada Kevan seperti mengisyaratkan sesuatu. dan Kevan membalas isyaratnya dengan anggukan pelan. tanda setuju untuk Louis mengatakan kebenarannya.

" baiklah. aku akan menjelaskan tentang kondisi Atreya."

Louis menarik nafasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan bicaranya.

" Atreya mengidap cerebral palsy atau sering disebut kelumpuhan otak sejak lahir."

" apa ?"

Freya langsung kaget mendengar kalimat itu. Kevan langsung menggeser duduknya mendekati Freya seraya menyatukan jari jemari tangan Freya dengan tangannya.

" Pada dasarnya, gejala cerebral palsy adalah termasuk pergerakan lengan dan kaki yang abnormal, bayi sulit makan, bentuk otot yang buruk pada awal kehidupan, perkembangan berjalan dan berbicara yang lambat, postur tubuh abnormal, kejang otot, tubuh kaku, koordinasi yang buruk, dan mata yang terlihat marah. Namun tidak semua gejala seperti itu ada semua pada seseorang yang mengidap cerebral palsy. tingkatannya berbeda, ada ringan dan ada yang berat."

Freya terlihat begitu shok mendengar penjelasan Louis. nafasnya tiba-tiba menjadi sesak. badannya menjadi lemas tak bertenaga, ia jadi teringat pada saat dirinya terpeleset jatuh saat hendak menarik Aaron dari pecahan gelas yang akan melukai kaki dari bocah itu.

" apa penyebab gangguan perkembangan tersebut, Louis ?"

tanya Freya semakin berat.

" banyak sekali bila dijelaskan. salah satunya bayi terlahir prematur atau cidera parah di kepala, misalnya akibat terjatuh atau kecelakaan."

Freya menelungkup kan kepalanya dengan bertumpu pada kedua lengannya. ia masih tidak percaya dengan nasib anaknya itu.

" ya Tuhan. kenapa aku sangat seceroboh itu. seharusnya aku lebih hati-hati waktu itu. "

lirihnya sambil tak kuasa menahan tangisnya.

" maafkan Aaron yang sudah menyusahkan mu disaat aku pergi. Linda dan Yusa sudah menerima akibat dari kecerobohan nya. "

ucap Kevan.

" ini murni karena kesalahanku. aku tidak pernah menyalahkan Aaron, Kev. ia hanyalah anak kecil yang belum mengerti apa-apa. bahkan Linda dan Bi Yusa. sebelum kau memecatnya hari itu, aku tidak pernah menyalahkan mereka juga."

tangis Freya semakin menjadi dan dirinya tampak frustasi.

" sayang, kita akan lakukan apapun untuk kesembuhan Atreya. aku janji padamu."

ucap Kevan sambil mengelus-elus punggung istrinya.

" bersabarlah, aku tau itu sulit bagi kalian. tapi kami juga akan terus memantau perkembangan Atreya. bila ia sudah besar nanti kita bisa melakukan beberapa terapi dan pembedahan. "

jelas Louis.

Freya hanya terdiam. masih terasa sulit baginya untuk menerima kenyataan ini. Ia hanya berharap ada keajaiban datang menghampirinya. namun apabila tidak, ia berharap agar selalu diberi kekuatan, kesehatan dan umur yang panjang agar senantiasa ia bisa terus mendampingi Atreya dikehidupannya.