webnovel

I am No King

"Seorang Raja haruslah serakah. Seorang Raja yang mengutamakan keluarga dan orang yang dia kenal tanpa memperhatikan masyarakat hanyalah orang egois dengan takhta. Seorang Raja yang mengutamakan masyarakat tapi menelantarkan keluarganya hanyalah orang bodoh dengan takhta." Setiap orang memiliki kemampuan pengendalian material. Dengan pengendalian ini, semua orang bisa menjalani hidup sehari-hari dengan normal. Lugalgin Alhold terlahir sebagai inkompeten, tanpa pengendalian. Dia menerima fakta itu dengan senang hati. Namun, tidak disangka, status inkompeten Lugalgin justru menjadikannya pusat perputaran kerajaan, membawanya melihat sisi gelap Kerajaan. Dikhianati oleh kerajaan, Lugalgin justru dinobatkan menjadi Raja selanjutnya. Cover art by 千夜QYS3 https://www.pixiv.net/member_illust.php?mode=medium&illust_id=69297816 Cek juga pixiv page nya https://www.pixiv.net/member.php?id=7210261

Ren_Igad · Fantasy
Not enough ratings
172 Chs

Arc 3-3 Ch 7 - Mulut Buaya atau Mulut Harimau

Kalau ada yang aneh atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau ada bagian mengganjal, tanya langsung juga tidak apa-apa. Selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

"Kami ingin membicarakan soal beberapa bangsawan yang melakukan pembunuhan rakyat beberapa hari yang lalu."

Yang berbicara denganku bukanlah Fahren, melainkan Permaisuri Rahayu. Fahren hanya terdiam, membuang pandangan keluar jendela.

Rekan-rekanku juga terdiam, duduk di kanan dan kiri. Namun, mereka tidak melihat ke luar jendela seperti Fahren. Mereka menundukkan kepala. Sesekali, Inanna atau Shinar mencium bau tubuh mereka. Emir pun sudah mengenakan jaket, seperti Inanna.

Berbeda dengan mobil Emir yang dulu, dimana kursinya hanya ada satu di belakang. Mobil ini memiliki dua kursi panjang di bagian kanan dan kiri.

Jadi, saat ini, yang berbincang hanyalah aku dan permaisuri Rahayu.

"Biar kutebak. kalian tidak akan menghukum mereka, kan?"

"...apa ada yang memberi tahumu?"

"Tidak. Tidak ada yang memberi tahuku." aku menolak dugaan permaisuri Rahayu. "Aku sudah bisa memperkirakannya. Kalau kalian menghukum semua bangsawan itu secara bersamaan, maka mereka akan membuat aliansi dan mencoba melakukan kudeta. Dengan kata lain, perang saudara."

Ayolah. Kalian sudah mengenalku cukup lama. Kenapa hal kecil seperti itu saja masih terkejut?

Permaisuri Rahayu cemberut. Dia bahkan tidak repot-repot memberi senyum masam. Tampaknya, masalah ini adalah masalah yang serius bagi kerajaan.

"Namun, kalau dibiarkan begitu saja, ini bisa memberi indikasi kalau keluarga kerajaan tidak lagi memiliki kekuatan. Iya, kan?"

"Yah. Kami juga menghawatirkan hal yang sama. Karena itu, kami membutuhkanmu."

"Untuk?"

"Saat ini, meski status mereka adalah agen yang dirumahkan, status mereka masih agen di bawahmu. Jadi, aku ingin kamu yang memberi hukuman pada mereka."

"Kamu mau aku melakukan pembersi–"

"Tidak! Aku minta kamu menjatuhkan hukuman selain pembersihan!"

Permaisuri Rahayu memotongku dengan cepat. Tampaknya, dia benar-benar membenci kata itu.

"Apa kamu pernah memikirkan kehidupan anak-anak yang keluarganya telah kamu bersihkan? Seperti anak-anak keluarga Menia yang baru saja kamu bersihkan hanya karena satu orang berkhianat?"

"Dia sendiri yang menandatangani pernyataan kesetiaan itu. Dan, menurutku, aku masih cukup baik, mengingat aku membiarkan mereka tinggal di panti asuhan yang dikelola langsung oleh ibuku, bukan keluarga kerajaan yang tidak becus. Seperti misal, yang dikelola Pangeran Charisma."

"Kamu bilang itu baik?"

"Aku bilang cukup baik. Kalau aku benar-benar berbaik hati, mereka sudah aku bersihkan juga. Dengan begitu, setidaknya, mereka tidak akan menderita. Atau aku harus meniru keluarga Cleinhad?"

"Lugalgin! Jangan bicarakan itu di sini!"

Akhirnya Fahren membuka mulut. Dia tidak lagi membuang pandangan ke luar, tapi melihat ke arahku. Dan, hal pertama yang muncul dari mulutnya adalah sebuah bentakan.

"Melihat reaksimu, tampaknya Permaisuri Rahayu tidak tahu banyak soal keluarga Cleinhad. Di ruangan ini..."

Aku melihat ke arah Ninlil. Jujur, aku tidak tahu gerak-gerik Ninlil. Kemungkinan besar dia sudah mendengar ceritanya dari Inanna dan Emir. Dan, anggukan Ninlil, membenarkan dugaanku.

"Berarti, di ruangan ini, hanya Permaisuri Rahayu yang tidak tahu mengenai fakta dibalik keluarga Cleinhad."

"Kau menceritakan rahasia kerajaan pada orang luar?"

"Ha...Ha..." aku tertawa sinis. "Kenapa tidak? Inanna adalah calon istriku. Bahkan, ibuku lebih memilih Inanna daripada Emir. Dan lagi, sudah hampir tiga tahun aku memperjual-belikan informasi ini. Maksudku, banyak relasi dari anak-anak itu yang masih mencari. Aku pun masih mencari beberapa anak yang menjadi korban keluarga Cleinhad."

"Anak-anak?"

Fahren tidak berkata apa-apa. Dia hanya terdiam, menggertakkan gigi.

Di lain pihak, meski tampaknya penasaran, Permaisuri Rahayu tidak melanjutkan pembahasan keluarga Cleinhad. Justru sebaliknya, dia berusaha mengembalikan topik pembicaraan.

"Intinya, Gin, kami ingin kamu yang menjatuhkan hukuman selain pembersihan."

"Kalau aku tidak boleh membersihkan mereka, beri aku solusi hukuman apa yang harus kujatuhkan."

"Kamu bisa–"

"Sebelum Permaisuri menjawab, aku ingin mengatakan sesuatu." Aku menyela Permaisuri. "Apa permaisuri sadar jika hukuman dijatuhkan dengan menyisakan anak-anak, atau hanya ditegakkan pada satu dua orang, risiko yang ditimbulkan sangatlah besar?"

"Maksudmu?"

Ah? Tunggu dulu? Permaisuri masih berani bertanya apa maksudku? Kamu pasti bercanda kan? Apa Permaisuri masih naif? Semoga tidak.

"Hah," aku menghela nafas. "Apa permaisuri tidak berpikir kalau orang-orang yang masih hidup ingin membalas dendam?"

"Tentu saja aku memikirkan hal itu."

"Berarti, permaisuri juga sadar kan kalau saat ini Emir merupakan target prioritas?"

"..."

Tampaknya, permaisuri baru sadar.

Di lain pihak, Fahren tidak memberi respon sama sekali. Berarti, besar kemungkinan Fahren menyadarinya dan tidak memberi tahu Permaisuri Rahayu. Hubungan suami istri yang harmonis sekali!

"Ayah, apa ayah membiarkan ibu berada di kegelapan begitu saja?"

Fahren masih tidak mau menjawab. Tampaknya, dia benar-benar kesal.

Jujur, kalau aku boleh bilang, Raja ini labil. Di awal, dia mendukungku secara penuh, bahkan sampai bersekongkol dengan Arid untuk menjadikan Inanna dan Emir istriku. Namun, kemudian, dia tampak bingung ketika aku bilang bahwa aku mengetahui mengenai kegiatan ilegal keluarga Cleinhad.

Setelah itu, tiba-tiba, Fahren tampak seperti menyesali perbuatannya membiarkan keluarga Cleinhad. Bahkan, dia sampai menangis. Namun, kini, dia tidak mau menghukum bangsawan yang mendukung keluarga Cleinhad, yang tidak mau menurutiku.

Dan, sekarang, dia tampak tidak mau menerima kenyataan kalau orang-orang yang bersamaku mengetahui sisi buruk kerajaan ini. Di lain pihak, dia membiarkan Permaisuri Rahayu berada di kegelapan.

Kalau seperti ini, kemungkinan besar, Fahren dan Arid berencana menjadikanku Raja boneka. Dengan dalih mengembalikan kejayaan kerajaan Kish, mereka akan menaklukkan kerajaan dan negara sekitar. Pada akhirnya, tampaknya, mereka hanya ingin kekuasaan. Mungkin.

"Permaisuri Rahayu, biar aku–"

"Tidak, Gin. Biar aku." Emir menyela. "Ibu. Sebenarnya, kalau Lugalgin tidak membunuh semua anggota keluarga yang terlibat, maka sangat besar kemungkinannya mereka akan menarget orang terdekat di Lugalgin, yaitu aku dan Inanna."

Ketika mendengar ucapan Emir, mata Permaisuri membelalak. Dia pun menahan nafas, menanti penjelasan lanjutan Emir.

"Bukan hanya Aku dan Inanna. Ninlil, Ninshubur, Tante Yueni, dan Tante Filial juga terancam. Bahkan, keselamatan Tante Filial dan Ninshubur jauh lebih terancam karena mereka bukanlah warga kerajaan ini. Hukum tidak bisa benar-benar melindungi mereka.

"Saat ini, Lugalgin berusaha memancing semua perhatian padanya, dan memberi kesan kalau dia hanya bisa menang kalau bertarung dengan licik, memberi kesan kalau dia lemah. Dengan melakukan hal itu, perhatian para bangsawan yang ingin membalas dendam terpusat padanya, mengabaikan kami."

"Emir benar, Permaisuri Rahayu," Inanna melanjutkan. "Aku belum pernah melihat Lugalgin bertarung benar-benar serius. Namun, kalau sampai tiba momen dia terpaksa bertarung dengan serius, dan mereka menyadari kalau dia terlalu kuat, perhatian akan teralihkan pada kami, orang di sekitar Lugalgin, yang tampak lebih lemah. Saat itu terjadi, kami hanyalah alat untuk membalas dendam pada Lugalgin."

"..."

Permaisuri tidak memberi respon lebih lanjut. Kini, wajahnya benar-benar masam. Bahkan, dia tidak mampu melempar pandangan pada kami. Dia menurunkan pandangan dengan kedua tangan mengepal.

Di saat pandangannya turun, Permaisuri Rahayu sedikit menoleh ke kiri, ke arah Fahren yang hanya diam dan menggertakkan gigi. Melihat Fahren tidak berkata apa-apa, Permaisuri Rahayu kembali menundukkan kepala. Tampaknya, dia menyadari kalau semua ucapan Emir dan Inanna adalah benar.

Seingatku, permaisuri masih perlu melakukan manajemen pemerintahan daerah. Aku tidak pernah menyangka masih ada orang naif yang bisa melakukan manajemen pemerintahan. Atau jangan-jangan ada orang lain yang menjalankan manajemen pemerintahan?

Ketika memikirkan orang lain yang menjalankan manajemen pemerintahan untuk Permaisuri Rahayu, hanya satu orang yang terlintas di benakku, Tuan Putri Yurika. Dia cukup licik dan cerdik. Kalau ada orang yang akan menjalankan manajemen pemerintahan untuk Permaisuri Rahayu, hanya dia yang bisa.

Di lain pihak, aku tidak menyangka Emir dan Inanna mengetahui motif tersembunyiku. Ya, sudahlah. Mereka calon istriku. Tidak heran kalau mereka bisa menduga jalan pikiranku.

Kembali ke masalah utama.

"Saat ini, terdapat beberapa kemungkinan,"

Aku memberi penjelasan mengenai beberapa skenario yang mungkin terjadi dari kondisi ini.

"Pertama, opsi tidak menjatuhkan hukuman pada bangsawan yang membantai rakyat jelata. Berita yang disebarkan adalah terjadi ledakan gas atau kecelakaan teknis yang membunuh rakyat. Jika opsi ini diambil, para pengkhianat itu akan berpikir keluarga kerajaan tidak mampu melakukan apapun. Dan, akan sangat mungkin, mereka melakukan hal ini lagi. 

"Kedua, opsi menjatuhkan hukuman pada keluarga bangsawan yang membantai rakyat jelata. Jika pilihan ini diambil, kemungkinan besar keluarga para bangsawan yang terlibat merasa terhina. Hal ini akan membuat mereka membentuk aliansi dan melancarkan kudeta, yang bisa berakibat pada perang saudara.

"Ketiga, opsi aku yang menjatuhkan hukuman. Jika opsi ini diambil, tidak bisa dipungkiri, kebencian mereka padaku akan semakin besar. Dan, seperti penjelasan Emir dan Inanna, perhatian mereka akan fokus ke arahku. Padahal, sebelumnya, mungkin, mereka bertindak hati-hati karena Emir masih memiliki hubungan darah dengan Raja. Namun, kalau opsi ini diambil, mereka tidak akan peduli lagi.

"Opsi ketiga juga memiliki efek yang mirip dengan opsi kedua. Karena Emir adalah keluarga kerajaan, dan penunjukanku adalah titah Fahren, maka pihak bangsawan akan menyatakan itu semua adalah salah Raja. Dan setelah itu, mereka akan mencoba mengkudeta Fahren, yang berakibat pada perang saudara juga.

"Ah...sebentar," 

Aku merasa ada yang kurang. Terutama dari opsi pertama. Setelah kupikirkan sebentar, akhirnya aku tahu apa yang kurang.

"Revisi, untuk opsi pertama, kalau para pengkhianat berpikir Raja tidak memiliki kekuatan, apa yang mencegah mereka melakukan kudeta? Meskipun kita mengambil opsi pertama dan aku mampu menghentikan serangan mereka terus menerus, efeknya pun sama. Karena aku ditunjuk oleh Fahren, mereka akan menyalahkan Fahren. Dan, sekali lagi, tidak peduli opsi mana yang diambil, perang saudara mengancam."

Setelah aku pikir-pikir, semua opsi itu tidak ada yang bagus.

Kalau seandainya ditelusuri, aku penasaran, penyebab awal semua ini berada di titik mana ya? Apakah ketika Keluarga Cleinhad menyarankan metode suplai anak-anak? Atau ketika aku membantai mereka? Ya, itu tidak penting.

Kalau melihat semua pilihan yang tersedia, rute yang aman adalah aku membersihkan semua pengkhianat, termasuk anak-anak.

"Gin, aku tidak mengizinkanmu melakukan pembersihan."

"Apa Permaisuri Rahayu sadar kalau terjadi kudeta, semua itu adalah salah Anda? Kalau hanya kehilangan gelar kerajaan tidak masalah. Namun, kalau keluarga kerajaan dibunuh, atau dijadikan budak seks? Apa itu berarti Permaisuri Rahayu tidak masalah dengan risiko ini?"

"CUKUP!" Fahren membuka mulut. "Dari tadi aku hanya mendengarmu mengeluh hanya karena tidak diizinkan melakukan pembersihan. Kamu seperti anak-anak yang keinginannya tidak dikabulkan, tahu? Tidak semuanya akan berjalan seperti yang kau inginkan. Terima fakta!"

Ada apa dengan Fahren? Ucapannya tidak jelas. Apa Fahren sudah kehilangan akal sehatnya? Daripada aku, harusnya kau melontarkan kata-kata itu pada dirimu sendiri.

Namun, baiklah. Aku akan melayani ucapan Fahren.

"Kalau semua hal berjalan seperti yang kuinginkan, aku tidak mungkin duduk di mobil ini sekarang berbicara dengan Raja tidak becus, yang melemparkan tanggung jawab ke orang lain. Ah, tunggu dulu. Kalau semua berjalan seperti yang kuinginkan, mungkin aku tidak pernah terlibat dengan pasar gelap. Dan, aku tidak akan pernah bertemu Emir dan Inanna.

"Oh, atau mungkin, kalau semua berjalan seperti yang kuinginkan, aku memiliki pengendalian dan tidak terlahir di keluarga Alhold. Jadi, ya, aku sudah menerima fakta kalau banyak sekali hal tidak berjalan seperti yang kuinginkan. Daripada aku, apa bukan kau, Fahren, yang menolak fakta bahwa hidup ini tidak berjalan seperti yang diinginkan?"

***

Tidak lama kemudian, kami pun sampai di rumah. Sejak aku membalikkan ucapan Fahren, tidak seorang pun berbicara. Mereka pergi setelah aku mengambil peti arsenal dari bagasi belakang mobils.

"Emir, menurutmu, apa ayahmu tidak aneh?" Aku bertanya sambil membuka pintu.

"Jujur, aku juga merasa ada yang aneh dengan ayah. Aku merasa, mungkin, ayah terdesak oleh sesuatu.."

"Ya, aku juga berpikir demikian. Di lain pihak, belum ada komunikasi dari Arid sama sekali. Aku jadi–"

Baru aku membuka pintu, sebuah bau anyir tercium. Bukan hanya bau anyir, sebuah bagian tubuh bersimbah darah pun terlihat di depan rak sepatu.

Ninlil langsung menutup mulut, menahan isi perut yang kosong. Kalau dia sudah sarapan, mungkin saat ini dia sudah muntah. Di lain pihak, tiga perempuan yang lain bisa menerimanya dengan cukup tenang. Mereka sedikit terentak, tapi tidak ada reaksi berlebihan seperti Ninlil.

Aku meletakkan peti arsenal di samping pintu dan masuk. Peti arsenal itu hanya berisi senjata tumpul yang diberi pengaman, tidak berguna. Sebagai gantinya, aku mengambil sebuah pisau survival yang terletak di dalam ruang rahasia rak sepatu.

Tanpa perlu aku perintahkan, aku yakin saat ini Emir dan Inanna sudah bersiap mengendalikan timah dan silikon yang tersebar di setiap sudut rumah.

Aku berbisik, "Emir, Inanna, kalian masuk lewat jendela. Aku akan masuk lewat ruang tamu. Shinar, tetap di sini dan jaga Ninlil."

"Baik," mereka menjawab dengan berbisik.

Aku melangkah perlahan, memastikan kakiku tidak mengeluarkan suara. Darah bersimbah dimana-mana disertai dinding retak dan beberapa furnitur rusak. Bukan hanya darah yang dapat ditemukan dimana-mana. Terlihat juga beberapa organ tubuh manusia yang tercecer.

Tampaknya baru terjadi pertarungan. Dugaanku, entah agen yang kurumahkan atau keluarga Alhold berseteru dengan anggota Agade yang berjaga. Dan, dugaanku tepat.

Di ruang utama, di depan televisi, tampak sebuah sosok duduk. Sosok itu duduk memegangi kedua kaki yang terlipat di atas sofa. Pakaiannya sudah tidak berbentuk lagi. Robek dimana-mana. Rambutnya yang dicat hijau tua kini bercampur merah darah. Satu fitur yang paling menjelaskan sosok ini adalah dadanya yang rata.

"Yarmuti?"

"Gi, gin... a... aku....Al.... Alhold...."

Perlahan, Yarmuti menoleh. Mata hijaunya menangis. Dia tidak mampu mengatakan apa pun dengan baik. Tampaknya, dia bertikai dengan keluarga Alhold.

Yarmuti bangkit dari sofa. Perlahan, dia berjalan ke arahku. Atau tidak. Dia tidak bisa melakukan semua itu. Sebelum berdiri, Yarmuti roboh.

Aku bergerak cepat dan menangkap Yarmuti sebelum menghantam laintai. Ketika aku perhatikan baik-baik, pergelangan kaki kirinya mengeluarkan darah, berlubang. Selain itu, telapak tangan kanannya pun penuh dengan lubang.

"Maaf...kan...aku...Lugalgin...Aku...."

"Shh..... kamu tenang saja. Ini bukan salahmu. Ini bukan salahmu."

Aku memeluk Yarmuti erat, mengelus-elus rambutnya dengan perlahan dan lembut.

Bersambung

============================================================

Halo Semuanya. So, mungkin, masih mugkin, minggu depan bisa update 2 kali dalam seminggu. Rencananya, author akan update I am No King di hari rabu dan minggu. Yah, itu cuma bisa terjadi kalau penyelesaian kontrak tulisan yang lain lancar sih. Yah, do'a kan saja.

Dan, seperti biasa, Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3. 

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri.

Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Terima kasih :D