80 Arc 3-3 Ch 8 - Kesalahan?

Kalau ada yang aneh atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau ada bagian mengganjal, tanya langsung juga tidak apa-apa. Selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

Sekali lagi, tempat yang seharusnya ruang kerjaku di Agade, menjadi ruang perawatan. Aku tidak terlalu peduli karena aku jarang menggunakannya. Aku lebih peduli pada fakta anggota Agade terluka parah.

Saat ini, sebagian anggota Agade dan aku, menunggu di luar. Menanti perawatan Yarmuti selesai. Untuk memastikan tidak terjadi apa-apa, aku meletakkan Mulisu dan Ur di dalam, mengawasi dokter yang bekerja. Aku tidak mau kalau tiba-tiba ternyata dokter itu sudah dibayar untuk membunuh anggota Agade.

Tadi, setelah menemukan Yarmuti, aku memerintahkan Shinar pulang lalu pergi ke kantor intelijen. Aku mau dia memberi info pada Shu En kalau hari ini aku terlambat ke kantor. Alasannya adalah masalah dengan Keluarga Alhold dan Agade.

Aku langsung naik mobil bersama Emir ke tempat ini. Sementara aku mengemudi, Emir mengikat kedua tangan dan kaki Yarmuti agar pendarahannya berhenti. Selain itu, dia juga menelepon Mulisu untuk meminta dokter bersiap.

Sementara kami mengantar Yarmuti, aku meminta Inanna tetap di rumah bersama Ninlil. Aku meminta agar mereka membersihkan rumah dan mencari tahu identitas orang yang menyerang. Aku perlu tahu siapa dari keluarga Alhold yang telah menyakiti Yarmuti. Agar tidak kerepotan, aku meminta pada Jeanne dan Ufia untuk membantu mereka.

Jadi, saat ini, aku dan Emir masih belum mandi pagi setelah latihan. Kami masih mengenakan pakaian penuh dengan keringat.

Aku beruntung Illuvia dan pelayannya sudah tidak ada di sini. Dengan bersusah payah, aku dan Mulisu berhasil meyakinkan Illuvia agar melanjutkan kuliah. Kalau mereka masih di sini, satu-satunya yang akan mereka bawa adalah masalah. Tentu saja, aku mengizinkan Illuvia dan Nevia pergi setelah mereka bersumpah untuk tidak pernah mengatakan apa pun yang terjadi di sini.

Untuk pengawasan Illuvia dan Nevia, Ibla yang mengambil alih.

Ngomong-ngomong soal Ibla, dia masih belum menampakkan wajahnya. Namun, tidak untuk waktu yang lama.

Aku mendengar langkah kaki dari tangga dan berbalik, melihat sosok laki-laki sipit dengan rambut coklat panjang dikepang ekor. Tidak semua rambutnya diikat. Terlihat dia masih menyisakan poni.

"Yar–"

"Ibla," aku menyela Ibla. "Apa kamu yang mengirim Yarmuti untuk berjaga di rumahku."

"Hah? Iya. Aku yang–"

Sekali lagi, aku tidak membiarkan Ibla menyelesaikan ucapannya. Namun, aku tidak menyelanya dengan ucapan. Kali ini aku melemparkan sebuah pukulan tepat ke pipi Ibla.

"Gin?"

Aku mendengar suara beberapa orang yang tersentak.

Ibla terlempar. Bahkan, dia terjatuh kembali ke tangga.

Aku berjalan ke tangga, melihat sosok Ibla yang tergeletak di platform antar tangga. Terlihat darah berceceran di tangga dan sekitar kepala Ibla. Ceceran darah itu tidak disebabkan oleh luka di kepala dia menghantam tangga, tapi dari mulutnya yang kutinju.

"Buh..." Ibla duduk dan meludah.

Yang keluar dari dalam mulut Ibla bukanlah ludah, melainkan darah dan satu buah gigi geraham.

Aku duduk di anak tangga paling atas. "Sejak awal. Sejak awal aku kembali aktif sebagai Sarru, aku tidak pernah memerintahkan Yarmuti untuk menjaga rumahku. Bahkan, aku terus menjauhkan dia dari rumahku.

"Yarmuti tahu dan paham kenapa aku tidak pernah memperbolehkannya mendekati rumahku. Jadi, dia menurut. Namun, sekarang, tiba-tiba saja kamu memerintahkan dia untuk menjaga rumahku? Apa yang ada di kepalamu?"

"Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau keluarga Alhold sekuat itu."

"Keluarga Alhold tidak kuat. Mereka lemah." Aku menolak pernyataan Ibla mentah-mentah. "Apa kamu tidak ada niat untuk bertanya kenapa aku tidak memperbolehkan Yarmuti menjaga rumahku?"

Ibla tidak menjawab. Dia hanya menundukkan kepala.

Aku meneruskan ceramahku. Pada dasarnya, Ibla mulai congkak dan arogan dengan kemampuannya mengumpulkan informasi. Ketika aku tinggalkan, hingga beberapa bulan yang lalu, Ibla adalah yang bertanggung jawab mengarahkan Agade. Bahkan, sampai sekarang, banyak hal yang masih dia urus.

Meski sebenarnya anggota Agade yang lain juga memiliki peran besar, Ibla pasti berpikir kalau dia adalah alasan utama Agade dapat menjadi seperti sekarang. Dia mempercayai hal itu.

Satu-satunya hal yang membuat Ibla ingin memercayai hal itu adalah karena dia anggota Agade yang paling lemah. Bahkan lebih lemah dari Emir. Ibla membohongi dirinya sendiri dengan menyatakan, "aku memang paling lemah, tapi aku lah alasan Agade bisa sebesar ini,". Dan, tanpa Ibla sadari, Inferiority complexnya berubah menjadi superiority complex.

Aku beberapa kali mendapati Ibla bergerak sebelum dia memastikan kredibilitas informasi yang dia dapatkan. Dia berpikir, 80 persen informasi tidak akan mungkin dikalahkan oleh 20 persen informasi. Dan, hal ini juga lah yang membuat Ibla berani meletakkan Yarmuti berjaga di rumahku.

"Jadi, apa pembelaanmu?"

"Tapi, kamu juga sering maju walaupun informasinya yang didapat belum 100 persen, kan?" Ibla melihat dalam-dalam ke arahku.

Ah, begitu ya. Dia menjadikanku sebagai kiblat. Sungguh suatu kesalahan.

"Kalau begitu, aku ingin bertanya, ketika aku belum mendapat informasi hingga 100 persen, siapa kah yang berhadapan dengan ketidakpastian itu?"

"Itu...."

"Aku," aku menegaskan. "Kalau ada lawan yang informasinya belum kudapat 100 persen, aku lah yang akan menghadapinya. Jangan lupa! Ketika aku membuat rencana, lawan yang kalian hadapi adalah yang informasinya lengkap, 100 persen. Yang tidak lengkap? Sekali lagi, Aku!

"Lain kali, kalau kau mau bertaruh dengan informasi kurang dari 100 persen, pertaruhkan dirimu sendiri. Jangan orang lain. Kamu pikir, kenapa Mulisu memilih menghadapi Ukin seorang diri? Tidak mengeroyoknya bersama kalian?"

Ibla membelalak tanpa respon. Tampaknya, ketika melawan Ukin, dia baru sadar kenapa Mulisu berlaku seperti orang bodoh dengan meletakkan anggota Agade hanya sebagai sniper. Alasan yang benar adalah karena informasi mengenai Ukin sangat sedikit dan dia tidak tahu kemampuan lawan sepenuhnya.

"Ma, maafkan aku..."

Akhirnya, terdengar jawaban dari Ibla. Kini, dia hanya menundukkan kepala. Bahkan, dia tidak mau repot-repot bergerak dari tempatnya berada.

Apa aku ambil alih saja Agade lagi? Namun, kalau aku melakukan itu, kepercayaan diri Ibla akan hancur. Selain itu ada kemungkinan, meski sangat kecil, kalau hal itu akan membuat Ibla mengkhianatiku.

"Sudahlah Gin. Dia sudah mendapat pelajarannya. Aku juga yang salah karena sudah menetapkan peraturan itu."

Sebuah suara familier terdengar dai belakang. Aku berbalik dan melihat Mulisu sudah berdiri di pintu.

Apa dia membaca pikiranku? Yah, sudahlah.

"Hasilnya?"

Aku mengabaikan ucapan Mulisu yang baru saja dan langsung menanyakan hasil operasi Yarmuti.

"Dia tidak akan kehilangan pengendaliannya seperti aku. Namun, repotnya, dia tidak akan bisa menggunakan kaki kiri dan tangan kanannya."

"Lumpuh sebagian ya." Aku merespon Mulisu pelan. "Dengan kekurangan itu, dia tidak akan bisa bertarung dengan baik lagi. Dan lagi, kalaupun bertugas mengumpulkan informasi, dia tidak akan bisa menyelamatkan diri kalau ada masalah. Berarti, kita harus menariknya dari lini depan, ya?"

Mulisu mengangguk.

Aku memegang pelipis. Dan, satu sumber daya manusia yang berkualitas pun hilang.

"Anu, Gin, kalau aku boleh tanya," Emir masuk ke pembicaraan. "Apa yang membuat Yarmuti bisa mengalami itu semua? Maksudku. Seharusnya dia lebih kuat dariku, kan? Kenapa keluarga Alhold bisa memberinya luka separah itu?"

Aku melihat ke Emir sejenak, lalu melempar pandangan ke Mulisu. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.

"Hah...." Mulisu menghela nafas. "Emir, aku dan Lugalgin mengetahui semua masa lalu anggota Agade yang kami selamatkan. Jadi, kami bisa mengetahui trauma dan ketakutan terbesar masing-masing anggota. Yah, tentu saja, dengan pengecualian Lugalgin tidak tahu masa laluku, begitu juga sebaliknya."

Kali ini, semua anggota Agade langsung melihat ke arah Mulisu.

"Jangan lupa," aku mengingatkan anggota Agade. "Kita memiliki aturan untuk tidak membahas masa lalu seseorang kecuali orang itu yang menceritakannya sendiri. Jadi, kalau ada momen dimana aku atau Mulisu tidak menurunkan kalian pada satu pekerjaan, meski tampak sederhana, seperti menjaga rumahku, ketahuilah kami sebenarnya memikirkan masa lalu kalian."

Ketika mendengar ucapanku, para anggota menundukkan kepala. Mereka tidak lagi melihat ke arah Mulisu atau aku.

"Ibla," aku memberi penutup. "Aku tidak akan mengambil alih Agade hanya karena satu kesalahan. Satu kesalahan tidak dapat menghapuskan semua kebaikan yang telah kamu lakukan. Tapi, ingat! Ke depannya kamu harus beli berhati-hati."

"Baik! Maafkan aku. Dan, terima kasih, Gin."

Aku, bersama Emir dan Mulisu, masuk ke dalam ruangan, melihat langsung kondisi Yarmuti. Di dalam, sudah ada laki-laki pendek dengan rambut pendek dan mata hitam. Ur berdiri di samping dokter yang sedang membereskan peralatannya, bersiap untuk pergi.

Aku melihat Yarmuti yang masih memejamkan mata. Sebuah masker oksigen terpasang di wajah. Tangan kirinya pun telah ditusuk jarum infus. Namun, karena nyawa Yarmuti tidak terancam, tidak terpasang satu pun alat pendeteksi detak jantung.

"Aku baru bisa datang membawa tagihan besok pagi. Klienku banyak sekali hari ini."

"Ya, terima kasih dok," Ur merespon dokter dengan cepat.

"Aku hanya menjalankan bisnis."

Ur langsung menutup pintu begitu dokter itu meninggalkan ruangan. Sebelum Ur menutup pintu, aku melihat Simurrum maju untuk mengantarkan dokter keluar.

"Jadi, apa benar kalau aku menyimpulkan Yarmuti berasal dari keluarga Alhold?"

Hanya Emir yang terentak ketika mendengar dugaan Ur. Aku dan Mulisu sama sekali tidak terkejut karena kami sudah tahu.

Melihat dari kejadian kali ini, dimana Yarmuti terluka begitu parah padahal hanya melawan keluarga Alhold, sudah memberi petunjuk yang begitu jelas. Namun, bukti lain yang hampir tidak bisa terelakkan adalah dada Yarmuti yang datar, ciri khas perempuan yang terlahir di keluarga Alhold.

"Ya, kamu benar," aku menjawab Ur.

"Dengan kata lain, mungkin, Yarmuti panik ketika berhadapan dengan keluarga Alhold. Trauma dan ketakutannya di masa lalu lah yang menyebabkan dia panik. Hal ini berakibat pada kemampuan bertarungnya menurun drastis.

"Kalau Yarmuti panik, aku bisa menduga keluarganya sendiri lah yang menjualnya ke keluarga Cleinhad. Apa dugaanku benar?"

"Tidak," aku kembali menjawab Ur. "Tidak salah. Memang benar keluarganya sendiri lah yang menjual Yarmuti."

Lebih tepatnya, keluarga Alhold selain ibu Yarmuti. Bisa dibilang, nasib Yarmuti agak mirip sepertiku. Ayahnya plin plan, tidak berani membantah perintah kepala keluarga. Hanya ibunya lah yang mati-matian membela Yarmuti.

Namun, ibunya lengah. Suatu ketika, dia mendapati Yarmuti sudah tidak ada. Ketika mendapati keluarga Alhold sudah menjual Yarmuti ke keluarga Cleinhad, ibunya pun mencabut nyawanya sendiri. Hal yang tragis adalah, ayahnya menikah lagi, merajut keluarga baru, seolah istrinya yang lama dan Yarmuti tidak pernah ada.

Dan, ternyata, Yarmuti bukanlah satu-satunya anak keluarga Alhold yang mengalami ini. Ketika aku menyelidiki masa lalu Yarmuti, aku mendapati keluarga Alhold sering melakukan hal itu. Setiap anak dengan pengendalian generik akan dijual ke keluarga Cleinhad, menyisakan anak-anak spesial dan berbakat.

Aku tidak dijual oleh keluarga Alhold karena sebelum pengendalian Ninlil bangkit, aku lah yang akan mengambil posisi kepala keluarga Alhold. Namun, ketika pengendalian Ninlil bangkit, ibu sudah memiliki kuasa dan kekuatan sehingga keluarga Alhold tidak mampu menjualku ke keluarga Cleinhad. Jadi, bisa dibilang, keluarga Alhold terlambat.

"Lalu, Gin, kenapa dia tidak panik ketika di dekatmu? Kamu keluarga Alhold juga, kan?"

"Normal untukmu berpikiran seperti itu. Dan, ya. Di awal, dia sempat takut ketika tahu aku berasal dari keluarga Alhold." aku menjawab Ur.

"Yarmuti mulai tenang ketika dia mengetahui kalau Lugalgin adalah inkompeten," Mulisu menambahkan. "Saat itu, aku tidak tahu apa pun soal Lugalgin. Jadi, aku hanya mengatakan Lugalgin hidup sebagai musuh keluarga Alhold. Dan lagi, Yarmuti bilang kalau dia tidak bisa takut pada orang yang telah menyelamatkannya. Dia pun berusaha memberanikan diri untuk mendekat ke Lugalgin."

Aku menggaruk kepala ketika mendengar ucapan Mulisu.

Sekali lagi, aku mendengar Mulisu mendorong tanggung jawab padaku. Aku tidak serta merta menyelamatkan mereka semua. Aku menyelamatkan mereka atas permintaan Mulisu. Kalau Mulisu tidak memintanya, aku tidak akan menyelamatkan mereka.

"Yah, sudahlah." Aku menutup pembicaraan ini. "Mulai sekarang, Yarmuti tidak boleh pergi ke lini depan baik sebagai pengumpul informasi maupun sebagai petarung. Dia hanya boleh bekerja sebagai pihak administrasi dan dokumen."

"Kami setuju."

Ur dan Mulisu menjawabku bersamaan.

"Kalau begitu, aku dan Emir pergi dulu. Kalian jaga Yarmuti ya."

Aku dan Emir pun pergi meninggalkan ruangan. Ketika keluar ruangan, aku mendapati Ninmar sedang memeriksa luka di wajah Ibla.

"Jadwal kerja seperti biasa. Yang tidak kutunjuk untuk pergi ke intelijen, kalian tetap di sini dan jaga Yarmuti."

"Baik!"

Mereka menjawab dengan kompak dan lantang.

Ada orang sakit, tahu. Kenapa kalian tidak bisa menjawab biasa saja sih? Kenapa harus dengan lantang? Yah, sudahlah. Itu tidak penting.

Dalam perjalanan kembali ke rumah, aku memikirkan hal lain. Menurutku, alasan lain agen yang kurumahkan mengajukan kerja sama dengan keluarga Alhold adalah karena hubungan bisnis tadi, antara keluarga Alhold dengan Cleinhad. Aku harus menyelidiki ini lebih dalam.

Aku sudah menghentikan penyelidikan atas kematian Tasha karena dulu aku menganggap dirinya hanya sebagai salah satu korban keluarga Cleinhad. Namun, beberapa data yang kudapatkan sejak menjabat sebagai kepala intelijen mengindikasikan hal lain.

Aku belum mendapatkan kesimpulan dan hubungan data yang penuh. Namun, aku tidak bisa membuang kemungkinan kalau anak-anak panti asuhan itu dijual oleh keluarga Cleinhad atas permintaan keluarga Alhold.

Alasan kenapa keluarga Alhold meminta Tasha dijual? Mungkin mereka ingin membalas dendam padaku karena aku sudah di luar jangkauan mereka. Kalau sampai dugaanku benar, maka, secara tidak langsung, bisa dibilang aku lah yang menyebabkan kematian Tasha.

Yah, aku tidak akan keberatan kalau ada salah satu anak panti asuhan yang mendatangiku dan menyalahkanku. Bahkan, kalau mereka memintaku bunuh diri, aku tidak akan keberatan. Namun, kalau dugaan ini adalah benar, sebelum bunuh diri, aku harus membersihkan keluarga Alhold, termasuk ayah.

Bersambung

============================================================

Halo Semuanya. Yah, tidak ada yang benar-benar author ingin sampaikan di post notes kali ini. Jadi, seperti biasa, Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3. 

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri.

Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Terima kasih :D

avataravatar
Next chapter