webnovel

Hutang Budi, Bayar Body

Pernah berhutang budi dan berhutang uang pada seseorang? Harum Lan Elok harus membayar hutang budinya dengan tubuhnya, dia menjadi istri sementara orang yang dia ga kenal sama sekali. Apakah hanya karena butuh uang dia boleh menjual tubuhnya seperti itu? Apa lagi setelah dia jatuh cinta sama suami sementara nya, akh, baru merasakan cinta sudah patah saja.

padmavatti · Urban
Not enough ratings
19 Chs

Mabuk

4. Mabuk

Kalenderku selalu aku tandai, aku sungguh tidak sabar untuk segera mengakhiri penyamaran ini. Masih ada tujuh minggu lagi. Huftt. Semangat! Setiap malam aku selalu menghitung mundur perjuanganku ini, semoga saja Cassandra tidak akan ingkar janji lagi. Aku susuri taman di kediaman Henry ini, rumah megah di pusat Jakarta, rumah ini adalah hadiah pernikahan untuk Cassandra. Hemmm, kira-kira kalau aku menikah dapat hadiahnya apa ya? Hahaha, mengkhayal saja, syukur-syukur dapat amplop isi selembar lima puluh ribu rupiah. Akh, rasanya aku tidak ingin menikah, aku tidak ingin punya anak, proses membuatnya saja menyakitkan.

Taman rumah ini sungguh indah sekali, harus aku nikmati, sebelum aku pergi. Aku duduk dan memandang ke langit, melihat indahnya langit malam, mengingat kejadian tadi pagi.

"Cass, lihat deh kesana, kamu tahu siapa dia?"

Henry, batinku. Karena pernikahan kami belum dipublikasikan, jadi tiak ada yang tahu kalau Cassandra dan Henry sudah menikah, kecuali rekan terdekat saja. "Memang siapa dia?" Tanyaku menyelidik pada Farrah teman model yang baru aku temui beberapa minggu ini.

"Dia itu calon suami aku."

"Hah?" Sontak aku membelalakan mata dan berteriak.

"Dia itu idolaku, aku mau banget jadi istrinya..."

"Oh..." Hampir copot jantung ini, aku kira Henry termasuk salah satu binatang buas, buaya darat.

"Namanya Henry Kesuma, kamu tahu dia termasuk salah satu orang berpengaruh di Indonesia, karena apa? Karena hampir semua usaha strategis dia punya. Salah satu perusahaannya juga merupakan pendiri android mula-mula, banyak usahanya yang sangat inovatif." Dengan mata berbinar-binar dan penuh semangat, Farrah bercerita, dia memang fans nomor satu.

"Oh wow, aku baru tahu Far." Ternyata suami Cassandra orang hebat juga. Sayang dia jahat sama aku, jadi ga hebat lagi menurutku.

"Terus, dia itu punya yayasan beasiswa untuk mahasiswa berprestasi, dan aku salah satu yang merasakannya."

"Oh ya, beasiswa apa?" Tanyaku.

"Beasiswa Anak Bangsa."

"Oh... aku juga dapat..." Berarti yayasan Henry yang berjasa membantuku membayar kuliah, kalau tidak dibantu biaya semesteran, belum tentu aku jadi seorang sarjana pendidikan bahasa Inggis sekarang. Sayangnya aku belum bisa menjadi guru, karena gaji guru terlalu kecil, sedangkan tuntutan hidupku tinggi.

"Kamu dapat? Bukannya kamu kuliah di Amerika dulu?"

"Oh iya... maksudku, dulu aku juga anak beasiswa, pernah dapat beasiswa maksudku."

"Oh..." Sahut Farrah, untung ga ketahuan, kadang aku lupa kalau aku bukanlah aku saat ini.

"Berarti kamu termasuk pandai ya Far, bisa dapat beasiswa?"

"Hehehe, ngga juga, dulu aku merayu dekan fakultas, jadi aku bisa dengan mudah mendapatkan beasiswa."

Oh God! Kenapa Farrah bisa bercerita dengan santainya seperti ini, bagaimana aku harus menanggapinya?

"Hahaha, bercanda aja kamu, ayuk ah masuk ke studio!"

"Cass, kira-kira Henry akan lewat sini ga ya?"

"Hah? Ngapain dia lewat sini?"

"Aduh kamu tuh, masa kamu ga tahu, kita kan lagi kerja buat salah satu perusahaannya."

"Oh dia juga punya perusahaan telekomunikasi?"

"Iya. Makanya aku senang banget bisa jadi modelnya dia. Aku harap dia bisa lewat kesini, cukup lewat aja udah bikin aku berbunga-bunga deh."

"Astaga." Aku memutar bola mataku, bucin sekali dia sama Henry. Aku sih ngga mau ya sama dia, kalau bisa ga usah bertemu lagi deh sampai nanti Cassandra asli datang.

Kami berganti pakaian dan merias diri, penata riasnya seorang yang sangat ahli, membuat ku terlihat semakin cantik. Kami memakai gaun, tidak terlalu terbuka tapi menonjolkan bentuk tubuh. Kami akan take photo di rooftop. Saat kami menunggu lift, Henry dan romobongannya lewat, Farrah temanku sangat antusias dan gembira. "Cass, pangeran datang... uhhh..." Aku hanya sekilas melihat Henry dan memalingkan wajah, aku tidak perlu menyapanya, pura-pura saja tidak kenal.

"Kamu kesini?" Suara Henry tepat berada di belakangku. Farrah menggoyang-goyangkan lenganku. Aku menengok ke arah Henry dengan tatapan penuh tanya, aku menunjuk ke arah diriku. "Iya kamu, memangnya kamu kira aku sedang bicara sama tembok?"

Aku menghela nafas ringan. "Iya, kerja." Jawabku singkat.

"Kamu modelnya?"

"Iya sama yang lain juga."

"Ini pakaiannya?" Henry memandangku dari bawah ke atas ke bawah lagi, aku jadi risih dengan tatapan matanya. Semoga dia tidak akan 'menyerang' ku lagi.

Henry berlalu setelah pertanyaan terakhir, tanpa bye atau sampai jumpa. Akh orang seperti dia diharapkan untuk sopan santun, mana mungkin?

"Cass... dia bicara sama kita... Cass... aku jatuh cinta..." Kata-kata Farrah membuatku terpana, kamu belum tahu saja sifat aslinya Far, kalau tahu kamu juga ill feel.

Saat kami akan mulai ambil gambar, sutradara meminta kami berganti pakaian, seluruh setting akan diganti, naskah juga diganti. Kami mengenakan kebaya, kami harus mengganti make up, sehingga pegambilan gambar hari ini harus mundur, tetapi kami dapat kompensasi dari perusahaan. Mungkinkah karena Henry tadi? Ahh entahlah.

Ku lihat bulan dengan bentuk bulat sempurna dan bersinar terang, ini berarti tanggal 15. Aku merindukan keluargaku, merindukan teman-temanku. Ahh iya, aku akan mengajak Rian jalan sabtu nanti, mumpung dia ada di Jakarta. Aku mengirim Rian pesan teks di WA.

"Nyonya..." Bu Ida memanggilku, tumben selarut ini beliau terjaga.

"Iya bu, ada apa?"

"Nyonya, tuan mabuk, tidak ada pelayan lain, bisakah nyonya membantu saya memapah tuan?"

"Apa mabuk? Ayo bu."

Ya ampun, kacau sekali penampilan Henry, selain itu juga sangat bau alkohol. Dia terus meracau. Dengan susah payah kami membawanya ke kamarku, kamar kami. Kami membaringkannya, tapi dia terus meracau dan menangis.

"Tuan memang tidak kuat minum alkohol, biasaya saat beliau mabuk berat, beliau akan tidak sadar sampai esok hari, akan menangis sepanjang malam." Bu Ida memberi penjelasan yag membuatku terkejut, selalu ada kejutan dari pria ini. Bu Ida pergi dan aku akan mengurusnya. Mari ambil nafas yang panjang, hembuskan perlahan. Kamu bisa Harum! Semangat.

"Ibu... kenapa ibu memilih dia daripada aku? Kenapa meninggalkan ku?" Henry merengek seperti anak kecil, dia duduk di ranjang, kakinya digoyang-goyangkan seperti bocah yang sedang merajuk.

"Kamu nakal sih." Jawabku asal, sambil berusaha melepaskan jas dan kemejanya. Henry memeluku, "Aku ga nakal ibu, lihatlah aku sudah membangun banyak usaha, semuanya berhasil, aku selalu jadi juara, aku selalu jadi yang terbaik. Ibu senangkan kalau aku jadi yang terbaik?"

"Iya ibu bangga padamu. Sekarang lepas dulu kemejanya."

Henry mengangkat tangan seperti anak kecil. Malangnya nasibmu, ternyata ibumu tidak membesarkan mu.

"Ibu... ibu akan merayakan ulang tahunku kan bu? Aku merindukan ibu."

"Iya, nanti kita rayakan." Aku sudah berhasil melepas semua pakaiannya kecuali pakaian dalamya, aku membersihkan tubuhnya, yang habis terkena muntahnya sendiri.

"Janji ya bu? Nanti kita ke taman hiburan ya?"

"Masa orang setua kamu ke taman hiburan?"

"Ibu... aku mau naik kuda-kudaan bareng ibu." Henry memeluk ku.

"Iya, kita lakukan apapun keinginanmu." Kapan sebenarnya dia ulang tahun, aku saja tidak tahu tanggal lahirnya. Aku membuka dompet Henry, melihat kartu identitas kependudukannya, oh ternyata dia ulang tahun tanggal 15 Desember, itu artinya satu jam lagi dia ulang tahun. Maaf aku tidak menyediakan hadiah untukmu.

"Ibu, buatkan aku klapertaart, biasanya ibu membuatkan porsi besar untuk ku."

"Iya, besok ibu buatkan ya. Sekarang ganti pakaian mu."

"Kau... kau bukan ibu ku... Pergi." Henry mendorongku, aku terjatuh dengan bokongku mencium lantai. Rasanya nyeri sekali.

"Memang bukan. Pakai pakaianmu."

Tapi tatapan Henry bekabut dan dia melakukannya lagi, tapi kali ini tidak sesakit sebelum-sebelumnya, aku menikmati permainannya.

Sampai akhirnya dia lelah dan tertidur. Lalu aku memutuskan pindah kamar, aku takut kalau dia akan sadar dan menyerangku lagi.

Tolong dukung cerita ini dengan:

1. Beri power stone

2. Kasih bintang 5

3. Komen dan like

terimakasih