Nathan yang terkekeh setelah di satu waktu napasnya mendengus kasar. Membalik posisi hadap dengan menggengam erat kantung belanjaan miliknya yang mendesak gigih untuk di jadikan senjata. Namun jelas tak lekas di eksekusi karena dapat lebih menghancurkan posisi lemahnya yang sudah di terka.
Melangkahkan kaki untuk mengikis jarak, dengan Jevin yang sudah menanti dan memindahkan arah tubuh sepenuhnya untuk berhadapan. Menyangga tubuh belakangnya di sisi motor, masih menampilkan raut wajah ceria dengan jemarinya yang mempermainkan sebungkus rokok.
"Kenapa, ingin mengakuinya?"
"Tentang kehadiran mu yang membuat ku nyaman?" tanya Nathan mempertegas topik utama yang di bicarakan.
Nathan berdecih, lantas membuang muka saat Jevin makin tampil dengan percaya diri.
"Tak ada yang pernah ku paksa untuk mengakuinya."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com