3 bunda pergi

Suara langkah kaki yang sangat tergesa-gesa terdengar di penjuru lorong rumah sakit ini, ya… itu adalah langkah kaki alice yang tergesa-gesa memasuki ruang ibunya dirawat. Raut wajahnya memancarkan kegembiraan yang sudah lama hilang.

Bunda.. ahirnya bunda sadar

Di dalam ruangan alice mengambil nafas dalam mencoba menenangkan dirinya, disana sudah berdiri dokter rian yaitu dokter yang selama ini merawat ibunya yang koma dan juga suster Karin. Sebelum alice sempat memegang tangan ibunya, dokter rian menarik tangan alice dan membawanya sedikit menjauh dari ruangan.

"alice, sebelumnya ada yang ingin saya bicaran denganmu,'' rautnya sedikit muram. Alice yang terkejut karna tarikan yang mendadak itu mencoba tenag dan fokus pada apa yang akan dokter rian katakan, sambil mencuri pandang melihat ibunya.

"alice,… sebenarnya kondisi ibumu tidak terlalu bagus, ini sangat mengejutkan bahwa ibumu bisa sadar dari komanya, jadi saya harap kamu bisa berhati-hati dan jangan terlalu memaksakan ibumu, mengerti?" suara dokte rian menenangkan meskipun ada kecemasan di hatinya. Dia tau inilah momen yang di tunggu-tunggu alice selama 6 bulan terhir ini. Melihat ibunya sadar adalah keajaiban, namun dokter rian tau bahwa kondisi ibunya sangat menghawatirkan.

"baik dok.. tenang aja.. saya akan bersikap perlahan pada bunda," alice menjawab dengan tenang dan menarik napas dalam sambil meninggalkan dokter.

"bunda… ini alice" alice menggenggam tangan kiri ibunya, menaruh di pipinya. Terlihat airmatanya mengalir walau sebenarnya alice ingin terlihat tegar.

"oh bayi kecil bunda…kenapa kamu terlihat kurus sekali, dan kenapa wajahmu memar seperti ini sayang?" bunda menyeka air mata di pipi alice dan meraba setiap sudut wajah alice, karna kerinduan yang mendalam pada anaknya.

Perlahan alice mulai merebahkan dirinya di pelukan ibunya, sambil mengusap rambut anaknya yang berada di pelukannya, bunda mulai mengatakan sesuatu dengan nada yang lirih

"alice gadis kecil bunda… maafkan bunda karna terlalu lama meninggalkanmu sendirian di dunia yang kejam ini, tapi alice harus ingat bunda selalu ada di manapun alice berada, bunda dan ayah akan selalu melindungimu, sampai hidupmu menjadi lebih baik sampai saat itu kamu harus bertahan…" mengelus halus rambut alice.

Alice yang terkejut mendengar perkataan bundanya sejenak terdiam dan mulai menangis

"bunda.. apa maksud bunda?"

Nak… waktu bunda udah gak banyak lagi, maapin bunda harus ninggalin kamu sendiri di sini,.. percayalah bunda selalu bersamamu,"

"Engga! Engga bun… alice gak mau sendiri disini… alice mau ikut bunda aja…

Jangan tinggalin alice bun!"

Air mata terus membasahi pipi kedua wanita itu… seisi ruangan hanya memandang mereka dengan penuh kesedihan. Tak ada yang berani mengganggu kedua anak dan ibu tersebut begitu juga dengan dokter rian dan suster Karin yang menahan tangis mereka

Dengan tangan rapuhnya yang tak berdaya bunda mengelus kepala alice dan memegang pipi alice menatap mata alice dengan dalam,

"alice… alice tau kenapa bunda dan ayah memberimu nama alice? Kami ingin duniamu kelak menjadi dunia yang sangat luarbiasa dengan keajaiban-keajaiban didalamnya… maaapin bunda dan ayah yang belum bisa memberikan kebahagiaan padamu nak… tapi berjanjilah mulai dari sekarang alice harus menemukan kebahagian alice… kamu gak perlu lagi berkorban demi kami sayang."

Alice menggeleng

"kebahagiaan alice cuma bersama kalian, alice gak butuh dunia yang berengsek ini bun.. yang alice butuhkan cuma bunda dan ayah, please jangan tinggalin alice sendirian" rengekan alice begitu menyayat hari seisi ruangan. Kata-kata itu biasanya mereka dengar hanya di telenovela tapi sekarang mereka melihatnya di dunia nyata. Betapa berbaktinya anak ini pikir mereka.

"engga nak, mungkin sekarang memang dunia seakan mengutukmu, menginjak injakmu hingga ke dalam tanah tanpa kita bisa melawan, tapi kelak akan ada hari dimana kamu tidak akan pernah menyesal lahir di dunia ini. Bunda dan ayah gak pernah menyesal terlahir dunia ini karna adanya alice disisi kami. Bunda ingin kamu menemukan kebahagiaanmu sendiri. dan sampai saatnya tiba kita akan bertemu lagi"

Alice memalingkan wajahnya dari bunda dan hanya menangis. Hatinya begitu sakit mendengar bunda berkata seperti itu.

"janji sama bunda ya alice, gadis kecil bunda… bunda sayang kamu.." suara bunda makin lirih dan tak terdengar lagi, tangannya mulai melemah dan jatuh dari pipi alice. Dan terdengan suara mesin bantu bunda yang sangat nyaring. Semua orang terkejut. dokter rian dan suster segera mengecek kondisi bunda. Alice juga terkejut dan diam beberapa saat. Dia memejamkan matanya dengan pahit karna dia tau kenyataannya.

Bunda sudah pergi… bunda meninggalkanku sendiri. aku sendiri di dunia yang berengsek ini. Kenapa... aku benci kamu!

avataravatar
Next chapter