2 hard days

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi alice bersiap berganti shift kerja dan bersiap ke rumah sakit. dia biasanya pulang dengan rasa kantuk yang mendalam tapi kali ini dia berjalan sambil tersenyum melihat coklat ditangannya dan memakannya sedikit demi sedikit.

1 jam kemudian dia sampai, di koridor rumah sakit alice mulai berjalan menuju salah satu pintu dia perlahan memegang gagang pintu tetapi diam sesaat. Mecoba ngengontrol emosinya untuk tetap tenang dan tidak sedih, karna setiap detiknya saat melihat wanita tua yang ada didalam ruangan  dia merasakan ingatannya kembali pada kejadian 1 tahun lalu,  dimana ayahnya di tipu oleh rekan bisnisnya yaitu paman jo dan di jebak paman jo untuk meminjam uang ratusan juta kepada retenir dan sudah pasti uang itu di bawa kabur oleh paman, sejak itu tiap harinya di penuhi dengan hari-hari berat dengan kesedihan... mulai dari rumah mereka disita dan pindah ke pemukiman kumuh dengan sewa yang lebih murah,teman-teman dan saudaranya menjauhinya, dan setiap minggunya mereka selalu punya tamu rutin yang mengunjungi rumahnya, yaitu si retenir tua Bangka lengkap dengan pengawalnya pereman-preman tak berbelas kasih yang kasar dan siap menagih hutang. Walau ayah selalu membayar hutang itu tepat waktu tapi mereka selalu memukulnya sebelum pergi meninggalkan rumah alice. Hingga suatu hari ayahnya dilarikan ke rumah sakit setelah babak belur tak sadarkan diri akibat pukulan mereka. Malang nasib lelaki tua itu, nyawanya tidak bias di tolong karna gagar otak yang dialaminya setelah kepalanya terantuk meja karna di dorong oleh retenir itu.

Bagaimanapun  sepeninggalan ayahnya derita itu belum berahir. upayanya melapor kekepolisian tidak ada gunanya karna retenir itu sudah menyuap pihak  berwajib. Setelah ayahnya meninggal dunia hutang tersebut di turunkan kepada ibunya,bukan karna sukarela tapi retenir itu memaksa ibunya menandatanganinya.

Oh ibu yang malang setelah 6 bulan bekerja sebagai buruh pabrik dan tubuhnya semakin kurus kering dia mengalami kecelakaan kerja tertimpa pipa pabrik yang sudah tua, dan disinilah si ibu tua ini sekarang, berbaring di tempat tidur, matanya selalu terpejam dan seluruh badannya tidak merespon apapun. Dia koma.

Dengan nafas panjang dia memasuki ruang pasien, ada 3 tempat tidur yang di tempati para pasien rumah sakit, alice berjalan perlahan menuju ke tempat tidur paling ujung di dekat jendela, disana terbaring wanita tua dengan keriputan di wajahnya, tulang pipi yang semakin menonjol dan kurus kering namun tetap memperlihatkan aura elegan. Alice duduk di samping ibunya dan menggenggam tangannya. Alice tau kemungkinan ibu untuk sembuh dan sadar kembali hanya 30%, setiap kali dia menggenggam tangan ibunya selalu dia berucap jika ibu pergi alice akan segera menyusul, dia tidak mau hidup sendirian di dunia ini. Setidaknya di ahirat kita bisa memulai semuanya dengan damai bersama dengan ayah.

Perlahan alice merebahkan kepalanya di samping tempat tidur dan tetap menggenggam tangan ibunya, dia tertidur layaknya bayi mugil didekapan ibu. sampai alarm di hp nya berbunyi,.menunjukkan pukul 9 pagi. dia tebangun dan harus segera bersiap untuk pekerjaaan paruh waktunya yang kedua yaitu menjadi pramusaji di salah satu restoran. Dia mendapatkan sift kerja pukul 10-4 sore.

"bunda.." sapanya lirih dengan nada yang sangat lembut

"alice harus kerja dulu… nanti sore alice datang lagi…bunda cepet bangun  ya... alice kangen sama bunda.. I love you bun" alice mengecup kening ibunya dan pergi meninggalkan rumah sakit.

Tiba direstoran alice segera mengganti bajunya dengan seragam pelayannya. Suasana tenang di restoran sebenarnya sangat nyaman untuknya dengan gaji yang lumayan alice sangat beruntung. Tetapi ada satu hal yang membuatnya tidak tenang, yaitu manager restoran yang terkenal genit dan sering menggodanya, di banding dengan waiters lainnya memang alice berbeda, auranya memancarkan ke eleganan tapi juga rapuh bagai ada kesedihan yang terperangkap di dalam tubuhnya, wajahnya putih pucat dengan bibir mungil berwarna pink lembut dengan pupil mata hitam pekat. tetapi sayang proporsi badannya yang tinggi terlihat begitu rapuh karna kurus sekali. Sejak mengalami kebangkrutan alice memang tidak memperhatikan pola makannya lagi, apalagi semenjak ibunya sakit, dia hanya sempat makan di  minimarket dan selalu makan onigiri yang sudah mulai mendekati kadaluarsa yang diberikan pemilik minimarket.

"al… tu manajer  liatin kamu terus tuh.." sella mengenggol alice pelan sambil melihat kearah pak bams. Sadar akan yang di katakan temannya sekaligus partner kerjanya itu alice langsung melihat pak bams dan mulai merasa risih.

"udah cuekin aja… gak usah di ladenin" ucapan alice seolah acuh tak acuh, padahal di dalam hatinya dia merasa risih dan tidak terima oleh sikap pak bams, pernah di suatu waktu pak bams sengaja memeluk alice dari belakang yang membuat alice terkejut, untung sella melihatnya dan pak bams segara melepaskan pelukan tersebut. Sejak itu sella seperti melindungi alice dari pak bams, sella menjadi teman alice satu-satunya sejak alice bekerja di restoran 10 bulan lalu, karna nasib yang hampir serupa, sella bekerja paruh waktu untuk biaya kuliahnya dan alice selalu membantu sella pada pelajaran kuliahnya mereka jadi dekat. Lambat laun alice percaya pada sella dan menceritakan kisah hidupnya. Sella tidak menyangka beban alice begitu berat dan seringnya sella melihat badan alice di penuhi luka memar akibat preman penagih utang itu dia semakin merasa prihatin dan berusaha untuk melindungi alice sebisa mungkin walau hanya bisa melindungi alice dari pak bams yang hidung belang itu tetapi setidaknya alice akan berkurang sedikit kecemasannya.

Beberapa jam telah berlalu alice berjalan pulang setelah waktu kerjanya usai, ia berniat untuk membersihkan badan dan segera ke rumah sakit. Ada rasa takut di benak alice karna jika ia pulang kerumah dia takut retenir itu ada di rumahnya dan akan membuat keributan. Karna sejak ibunya koma, para retenir itu ingin memperbaharui surat perjanjian hutangnya kepada alice karna tau ibunya akan segera meninggal dan surat itu harus segera di tandatangani alice supaya utang dan bunganya  akan terus berjalan. Sudah 3 bulan ini mereka memaksa alice namun alice tidak mau, mereka tidak segan untuk memukul alice, setiap kali alice memberontak dan memang itulah cara mereka untung mengancam alice. Sampai sekarang para retenir itu belum mendapatkan tanda tangan alice.

Sampai dirumah alice segera membersihkan badannya dan mulai berkemas ke rumah sakit, namun di depan pintu ternyata sudah berdiri retenir tua dan para premannya, mereka ada 5 orang berbadan kekar dengan tatapan jahatnya, di antara mereka ada satu preman yang setiap melihat alice dan ibunya dia tidak memiliki tatapan mata pembunuh melainkan matanya menyiratkan rasa bersalah, tapi alice tidak perduli karna dia juga salah satu dari komlotan retenir itu dan dia pasti orang jahat yang ikut memukul ayahnya dahulu.

''mau apa kalian kesini, saya sudah bilangkan saya gak akan tanda tangan di kertas itu"

"mau gak mau kamu harus tandatangan di surat ini gadis kecil, kalau tidak kamu tau sendiri kan resikonya!" suara bapak tua itu semakin menggema membuat alice sedikit takut dan berjalan mundur ke belakang, tiba-tiba bapak itu mengayunkan tangannya menampar alice berulang kali hingga bibirnya berdarah dan wajah pucar alice memerah, setelah itu retenir itu meninggalkan alice tetapi preman-premannya mulai mendekati alice dan mulai menamparnya, memukulnya di perut dan menghajarnya abis-habisan bagai srigala menemukan kelinci segar sebagai santapian tidak perduli bahwa alice adalah seorang  gadis lemah, mereka terus memukulnya menapar sampai alice tiba-tiba kehilangan kesadaran. Alice kehilangan kesadarannya beberapa saat. Saat dia membuka matanya rumah sudah sepi dan badannya terasa remuk, ia melihat tangannya dan melihat jarinya sudah ada bekas tinta,Si retenir itu pasti sudah mencapkan sidik jari alice di surat itu.

Alice mulai menagis meratapi nasibnya ini dan sakitnya tubuhnya saat ini,hanya tangisan dan jeritannyalah yang membuat kemarahan alice sedikit melemah walau dendamnya pada mereka semakin bertambah. Dering hp sesaat mengejutkannya dan  Kemudian terdengan suara lembut namun terasa tergesa-gesa di balik telfonnya. Dengan mata melotot alice masih terpaku oleh suara di telfon tersebut dan tersadar dia segera berlari sekencang mungkin, memakai jaket lusuhnya dan mulai mencari taxi kosong  untuk ke rumah sakit. Tidak peduli dengan luka yang begitu sakit di badannya dia hanya berfokus untuk pergi kerumah sakit karena…

Bunda sudah bangun dari koma.

avataravatar
Next chapter