4 melarikan diri

3 hari sejak pemakaman bunda, di rumah kecil dan rapuh itu, alice hanya duduk di sudut kamar bundanya dan memeluk foto keluarga kecilnya saat mereka masih bersama dengan senyum kegembiraan di wajah mereka.

Sudah 3 hari ini dia tidak beranjak kemanapun juga. Sella yang selalu rutin mengunjungi alice hanya bisa melihat tatapan kosong yang menyedihkan dari alice. Dia tidak bisa berbuat apa-apa, melihat sahabatnya sebatang kara hatinya bagai tersayat, terkadang dia memeluk alice sambil menagis. Dia khawatir dengan kondisi alice… alice tidak mau makan dan minum semenjak ibunya tiada. Dia bagai manekin di ruang kamar yang using.

"alice… kamu harus kuat.. kamu harus lanjutin hidupmu, masih ada aku yang sayang sama kamu… aku tau bunda udah gak ada. Tapi demi aku please kamu harus hidup." Sella menggenggam tangan alice yang kecil dan sedingin es

"aku harus kerja dulu, nanti malem aku kesini lagi, di meja ada bubur… kamu pokoknya harus makan kali ini" sambilmengecup kening alice, sella meninggalkan rumah kecil yang usang itu.

Alice masih tidak bergeming sedikitpun, di hatinya hanya ada perasaan marah ntah pada siapa dia harus marah, pada paman jo? pada retenir itu? atau pada tuhan yang menggariskan hidupnya… yang jelas dia tidak tertarik lagi pada dunia ini. Dia hanya ingin segera mengahiri semua ini. Kalau bukan karna pesan terahir bunda mungkin dia sudah mengahiri dirinya hari ini.

Bebrapa jam setelah sella pergi, para preman dan retenir tua itu datang kerumah alice. Mereka langsung masuk kerumah alice dan menemukan alice yang duduk di sudut ruangan dengan tatapan kosongnya dan memeluk sebuah bingkai foto.

"hei gadis kecil, aku turut berduka atas meninggalnya ibumu, tapi hutang tetaplah hutang.. benarkan? hahaha" senyum jahat tergambar dari bibirnya, menarik dagu alice keatas dan menatapnya. Alice tidak berguman sedikitpun. Tatapan matanya tetap kosong.

"aku ingin uangku sekarang!" retenir itu sedikit menampar alice supaya alice memperhatikannya. Namun dia hanya terdiam seolah tidak ingin meladeni. Karna tidak tahan dengan sikap acuh alice, ahirnya retenir tua itu menyuruh anak buahnya untuk memberi alice sedikit pelajaran. Mengeti maksud tuannya, para preman itu memukuli alice hingga timbul lebam di sekujur tubuhnya dan juga di pelipis matanya. Walau kesakitan tapi alice tidak perduli. Dia hanya terus diam tak bergeming.

"hei gadis kecil… karna kamu memintanya, baiklah.. sepertinya tidak ada cara lain lagi"

"Hei bawa dia!" menyuruh anak buahnya membawa alice pergi dari rumah tersebut. Alice yang sudah 3 hari tidak makan atau minum tidak sanggup melawan dan hanya pasrah di bawa retenir tersebut, lagipula dia sudah menyerah pada hidupnya dan ingin segera mengahirinya.

Beberapa jam kemudian mereka sampai di sebuah club malam. Mereka berjalan memasuki ruangan demi ruangan. Tidak terlalu jelas apa yang berada didalamnya, karna banyak asap rokok dari para mengunjung club malam tersebut yang menghalangi pandangan serta kebisingan dari lagu yang di mainkan seorang DJ serta segerombilan orang yang menari kesana kemari, tempat itu juga di penuhi bau alcohol yang kuat membuat alice pusing.

Sungguh murahan! Hanya itu yang ada di benak alice.

Meraka semakin jauh menelusuri ruang demi ruang dan musik semakin tenggelam tak terdengar.

Berada di pintu suatu ruangan, mereka melemparkan alice ke dalam ruanngan tersebut.

"hei cantik… bantu dia mengganti bajunya!" retenir tua itu melemparkan baju hitam pada salah satu wanita muda cantik dan sexy di sebelahnya, wanita itu melihat alice dengan mata yang menyipit dan sedikit heran tapi dia menuruti perintah bosnya tersebut.

"kalian berjaga disini, aku akan kembali satu jam lagi" sambil menyeringan penuh kegembiraan si retenir itu pergi. Di dalam hatinya dia membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima dengan menjual gadis cantik yang masih perawan itu untuk pelanggannya.

Lima belas menit kemudian wanita yang sexy itu selesai mendandani alice dan menggantikan bajunya, alice kini memakai gaun pendek yang ketat yang menonjolkan lekuk badannya dan gaun yang berbentuk V memperlihatkan dada alice begitu terbuka. Dengan tatapan yang masih kosong alice menutupinya dengan tangannya yang menyilang.

"pekerjaanku sudah selesai, aku mau menemui pelanggan yang lain, oya siapa gadis itu? Sepertinya dia gadis baik- baik, kenapa dia bisa sampai disini?" wanita itu menyenggol salah satu preman dengan genitnya.

"bukan urusanmu, lebih baik kamu segera pergi. Semakin sedikit yang kamu tau semakin aman!"

Setelah mendengar ucapan preman tersebut dia menjadi sdikit ketakutan dan mulai berjalan menjauhi mereka.

"kalian bisa istirahat, biar aku yang menjaga dia" kata salah satu preman, melihat rekannya yang tidak seperti biasanya,mereka sedikit curiga namun tidak bertaya dan pergi karna mereka juga sudah lelah seharian memukul orang dan menagih hutang bersama bosnya.

"ok"

avataravatar
Next chapter