Di Depan Kelas Afgan..
"Afgan kok gak ada di kelas ya." kata Titah mencari Afgan.
"Titah, ngapain tah.." kata Afgan.
"Iya.." sambung Titah.
"Kamu ngapain di depan kelas saya, kamu gak nyasar untuk masuk ke kelas kamu kan?" tanya Afgan.
"Enggak kok, orang gue kesini cari elu." jawab Titah.
"Haa.. Cari gue. Ngapain?"
"Gue mau ngomong sesuatu sama elu, tapi.."
"Tapi, apa?"
"Tapi gak disini, di taman sekolah ya. Nanti habis pulang sekolah."
" Eh kira-kira Titah mau ngomong apaan ya? " tanya Afgan di dalam hati.
"Oh ya sebelum aku balik ke kelas. Aku mau.." kata Titah.
"Mau apa?"
"Budi, Rivan.." panggil Ardian.
"Apaan sih Ian?" tanya Budi.
"Tau apaan sih? Em jangan bilang elu lihat temannya si budi lagi ya?" tanya Rivan juga.
"Teman gue? Teman Gue kan kalian berdua sama si Agan juga."
"Kita bertiga kan cowok, temen yang gue maksud itu yang cewek."
"Temen cewek? Gak punya temen cewek gue."
"Itu yang malam-malam cekikikan di kuburan dan punggungnya bolong."
"Em.. Itu mah kuntilanak. Yang ini bukan tau."
"Tau lagian juga bukan itu kok." jawab Ardian.
"Lah terus apaan dong?"
"Itu tuh.." kata Ardian menunjuk ke arah Afgan dan Titah.
"Tunggu.. Gak salah lihat kan ya gue?"
"Enggak.."
"Itu Titah dan Afgan kan ya Ian?"
"Iya seratus buat loe Bud.."
"Kalian diam kenapa sih.."
"Ini anak bertiga lihatin apaan sih? Nggak ada kerjaan emangnya?" tanya pak Angga.
"Pak Angga kenapa?" tanya bu Dina.
"Ini lho bu, ini anak bertiga lihatin apaan sih?"
"Oh iya ya benar juga apa yang di bilang pak Angga. Kira-kira mereka lihat apaan ya sampai seperti itu, kita tanya saja yuk pak." ajak bu Dina.
"Ayo bu.." kata pak Angga setuju.
"Budi.." panggil pak Angga.
"Ya.. Kenapa?" tanya Budi yang tidak menyadari keberadaan pak Angga dan bu Dina.
"Ayo masuk kedalam kelas, ngapain kamu di sini?" tanya pak Angga juga.
"Sssttt jangan berisik kenapa ya, kalau mau masuk ke dalam kelas ya masuk duluan saja jangan ganggu kami." jawab Budi yang masih tidak menyadari keberadaan pak Angga dan bu Dina.
"Ganggu kalian? Lho memangnya kalian lagi apa sih?" tanya bu Dina.
"Itu tuh.." jawab Budi lagi yang masih tidak menyadari keberadaan pak Angga dan bu Dina sembari menunjuk ke arah Titah dan Afgan.
"Itu tuh apa sih?" tanya bu Dina penasaran.
"Titah dan Afgan, bu Dina." pak Angga memberitahu bu Dina sembari menunjuk ke arah Titah dan Afgan.
"Kok nggak loe jawab pertanyaan gue barusan. Sebelum elu balik mau apa?" tanya Afgan.
"Mau ini.." Titah mencium pipi Afgan.
"Eh di cipok, di cipok.." kata Rivan yang melihat Titah mencium pipi Afgan.
"Eh iya benar lho di cipok tuh di cipok.. Lihat kan? Kan..? Eh bu Dina, pak Angga." tanya Budi yang baru menyadari keberadaan pak Angga dan bu Dina.
"Afgan, Titah..!!" seru bu Dina yang melihat Titah mencium pipi Afgan.
"Bu Dina.." kata Rivan.
"Waduh.." sambung Ardian.
"Gawat.." kata Rivan dan Ardian bersamaan.
"Kalian berdua ikut ke kantor sekarang." pinta pak Angga.
"Bu.. Di.." panggil Rivan dan Ardian bersamaan.
"Apa?" tanya Budi.
"Elu ngapa kaga bilang kalau ada pak Angga dan bu Dina sih?" tanya Ardian kesal.
"Ya.. Ya.. Ya maaf gue kaga tau kalau yang ngomong sama gue itu bu Dina dan pak Angga." jawab Budi ketakutan.
"Sudah kalian masuk ke dalam kelas sana." pinta pak Angga.
"Ihs.. Ini gara-gara elu ya, gue juga mau ngomong sama elu nanti." kata Afgan.
Karena melihat Afgan di cium pipinya oleh Titah. Kini mereka berdua (Afgan dan Titah) di panggil ke ruang kepala sekolah.
Selesai dari ruang kepala sekolah Afgan memarahi Titah karena ulahnya yang mencium pipinya, ia jadi di panggil oleh guru dan juga kepala sekolah untuk di peringatkan agar tidak pacaran di sekolah.
Jam pelajaran sekolah pun tiba, Afgan dan Titah bertemu kembali di taman dekat dengan sekolah mereka.
Taman Garuda..
"Duh mana sih ini orang katanya ngajak ketemuan di sini tapi kok sampai sekarang belum datang juga. Tungguin sepuluh menit lagi saja deh, awas saja kalau dalam sepuluh menit itu orang gak datang juga gue tinggal balik." keluh Afgan saat menunggu Titah di taman.
"Hu.. Hah.. Hu.. Hah.. I'm sorry telat." kata Titah sambil menarik nafasnya.
"Oke.. Dah sekarang elu mau ngomong apaan?" tanya Afgan.
"Maaf.." jawab Titah membuat Afgan terkejut dengan perkataan Titah yang pertama.
"Ha.. Apa gue gak salah dengar nih. Seorang pembully kaya elu bisa juga minta maaf?"
"Dan makasih.." Titah membuat Afgan terkejut lagi dengan perkataan Titah yang kedua.
"Makasih ya gan, elu sudah membela gue." kata Titah.
"Membela elu? Yang mana?" tanya Afgan yang pura-pura lupa.
"Yang pertama di sekolah tadi pagi pas semua siswa ngejek gue dan yang kedua pas gue berpapasan dengan Fano dan pacarnya di sekolah yang tanpa gue sadari dia sudah taruh kamera di kamar gue."
*FLASHBACK ON*
"Eh ada anaknya koruptor lewat tuh ay." Fano mengejek Titah.
"Mana Ay. Gue kok gak lihat ya, atau mungkin sudah di penjara kali ay. Haha.." Niken juga mengejek Titah.
"Eh ada Fano si buaya datar, tadi elu bilang ke mbaknya ini apa? Ay?" tanya Titah.
"Ih apaan sih pengang-pegang. Ay lihat deh anak koruptor ini pegang-pengang aku ay. Ih.. Gak banget dan jangan pegang-pengang nanti gue ketularan lagi. Hus.. Hus.. Hus.."
" Titah.. Hmm mulai lagi. " kata Afgan di dalam hati.
"Eh buaya, elu lupa apa bagaimana sih kemarin kita ngapain saja di club." kata Titah yang mencoba memanas-manasi pacar Fano.
"Benar itu ay, kamu sama dia ngapain kemarin malam di club?" tanya Niken.
"Enggak ay siapa yang ngapa-ngapain sama dia di club. Jangan fitnah ya." jawab Fano ketakutan.
"Gue gak fitnah kok, eh mbak em sorry siapa nama loe?" tanya Titah.
"Niken." jawab Niken.
"Jangan di tanggepin ay, She's a crazy girl karena bokapnya baru saja di tangkap polisi karena korupsi dan akhirnya dia jatuh miskin." kata Fano yang masih ketakutan.
" Titah sama Fano kok masih ribut sih belum selesai juga. WA Budi dulu deh kalau gue telat datang ke kantin sekolah. " kata Afgan di dalam hati.
"Am I a crazy girl? It's not wrong to say that you're a crazy man, right?"
"Maksudnya apa ya elu ngatain cowok gue gila?"
"Wrong deh .. not a crazy man or rather yes. He's the one who's crazy about me, the proof is yesterday he said he loved me and chased me again."
"uh crazy girl don't you before you disgrace the others I spread.."
"Apa tadi elu bilang aib?" tanya Titah.
"Aib, jangan-jangan yang dimaksud Fano itu video dia yang kemarin di club itu lagi. Gak bisa, gak bisa gue biarin ini. Hmm.." Afgan menghentikan langkahnya dan memilih untuk memperhatikan Titah terlebih dahulu sembari mengontrol emosinya.
"Oke. Nih ay dia bilang sebelum rumahnya di sita, dia bilang apa jangan pak jangan itu gelang pemberian kakek saya." Fano mengejek Titah lagi.
"Mana ay gue mau lihat dong." pinta Niken.
"Nih.." Fano memberikan hpnya pada Niken.
"Elu.. Elu taro kamera ya di kamar gue, siniin gak HP loe.." kata Titah yang meminta HP Fano.
"Gak mau wleekk.." sambung Fano yang menolak memberikan hpnya pada Titah.
" Fano..!! " Afgan semakin bertambah emosi.
"Siniin gak.."
"Fano..!! Sini HP loe." kata Afgan yang sedang emosi.
"Kalau gue gak mau, mau apa loe?" tanya Fano.
"Sini hpnya." jawab Afgan masih dengan emosi.
"Kalau elu mau, loe ambil sendiri." tantang Fano.
"Oh elu nantang gue ya. Oke gue terima tantangan loe." Afgan menerima tantangan yang Fano berikan padanya.
Tak beberapa lama kemudian Afgan mendapatkan apa yang dia inginkan yaitu HP Fano. Kemudian Afgan membanting HP Fano hingga hancur.
Afgan dan Fano akhirnya berkelahi, Budi, Rivan dan Ardian yang melihat Afgan berkelahi segera melerai. Sedangkan Fano di bawa pergi oleh Niken setelah Titah meminta Niken membawa Fano pergi.
*FLASHBACK OFF*