Di Kamar Titah..
"Mandi dulu deh." kata Titah.
"Yes gak di kunci pintu kamarnya, saatnya taruh kameranya.btaruh dimana ya? Emm.... Aha.. Taruh di sini saja deh kameranya." kata Fano yang menaruh kamera di kamar Titah.
Lima Belas Menit Kemudian..
"Selesai juga mandinya, sekarang tinggal cari baju deh." kata Titah yang sedang memilih baju untuk di pakai.
Dua Setengah Jam Kemudian..
"Selesai, saatnya pergi."kata Titah.
----
"Yuk Fan, sudah siap nih.. Kita ke mall dulu kan? Habis itu baru ke club dan gue sudah tidak ada lagi ya hutang ke elu. Hutang gue sudah lunas." kata Titah.
"Okay dear, then let's, we leave." sambung Fano.
Di Mall..
"Kita beli baju hangat ya untuk nenek saya." kata Fano.
"Oke.." seru Titah.
"Oh ya Titah kira-kira baju hangat yang warna apa yang cocok untuk nenek saya?" tanya Fano.
"Which is suitable for your grandmother, black, yes." jawab Titah.
"Black yes, emm okay, good choice, emm then I take the black color." kata Fano.
Fable Club Jakarta
"Iih apaan sih, bisa lepas gak? Nggak usah pegang-pegang dan gak usah dekat-dekat gue. Agak jauh sana.." kata Titah yang merasa risih karena Fano terus saja mendekatinya.
"Come on baby, don't be like that, our purpose here is to have fun." sambung Fano.
"It's for you but not for me. Hmm.." keluh Titah.
"Come on baby don't be angry like that." kata Fano.
"Iih apaan sih.." keluh Titah yang risih dengan sikap Fano.
Fano melihat Afgan, Budi, Rivan dan Ardian di club yang sama dengan Titah dan juga Fano, Fano pun meminta mereka untuk bergabung bersamanya dan juga Titah.
Titah pun pergi ke kamar mandi, ketika Titah melihat Afgan dan teman-temannya bergabung dengannya dan Fano.
Ketika Titah pergi ke kamar mandi Fano memperlihatkan sesuatu pada Afgan, Budi, Rivan, dan Ardian yaitu video Titah yang sedang tidak mengenakan pakaian di kamarnya.
Fable Club Jakarta
"Iih sana jauh-jauh dari gua, kan sudah gua bilang tadi jangan dekat-dekat gua. jaga jarak hus, hus, hus, sana.." kata Titah.
"Hayo lah sayang, jangan begitu sok jual mahal banget sih kamu." sambung Fano.
"Iih.. Emm.. Rasain nih, emm enak?" tanya Titah.
"Kok aku di gampar sih sayang?" tanya Fano juga.
"Tau.." kata Titah yang masih merasa risih.
"Eh ada Afgan tuh, Afgan, Ardian, semua. Sini, sini." sambung Fano yang melihat Afgan dan teman-temannya.
"Eh iya, eh di sini juga loe bang?" tanya Budi.
"Iya dong, oh ya gabung saja yuk." jawab Fano.
"Oke, oh ya sama siapa loe di sini bang?" tanya Rivan.
"Tuh.." jawab Fano lagi.
" Hmm dia lagi, lagi-lagi dia. Di sekolah dia, di sini pun juga dia. Hmm.. " kata Titah di dalam hati.
"Oh elu sama Titah ya bang?" tanya Ardian.
"Iya dong." jawab Fano.
"Loh, loh, loh sayang, mau kemana?" tanya Fano lagi.
"Ke toilet." jawab Titah.
"Oh ya sudah, kalian sini duduk. Oh ya saya mau kasih lihat sesuatu, barang bagus nih." kata Fano.
"Barang bagus, apaan tuh bang?"
"Sini, sini.. Nih coba kamu lihat dulu."
"Wih.. Mantap bang, mulus lagi." kata Budi.
"Tunggu dulu deh bang, ini bukannya Titah ya bang?"
"Ember.. Elu tau nggak tadi sore gua diam-diam masuk ke kamar Titah dan taruh kamera di kamarnya Titah."
"Wah berani bener lu bang."
"Iya dong.."
"Wah parah loe. Hapus nggak videonya." kata Afgan.
"Gak mau, oh ya kalian mau videonya Titah, ada gak yang mau. Ardian mau, kalian juga mau videonya Titah?"
"Mau bang, mau." jawab Ardian, Rivan dan Budi bersamaan.
"Gak ada ya, gak ada. Awas kalau kalian bertiga sampai punya videonya Titah di hp kalian." Afgan mengancam teman-temannya.
"Kenapa sih Agan, bilang saja kamu juga mau kan videonya Titah ada di hp loe. Bilang saja?"
"Buat apa gua punya videonya yang kaya gini, maaf ya bang dipikiran gua nggak ada tuh yang kaya gini. gua laki-laki yang harus melindungi cewek, salah satunya Titah."
"Ah masa sih atau jangan-jangan elu homo ya Afgan. Nggak suka perempuan loe ya hah?"
"Sembarangan loe ngomong, hmm.." kata Afgan yang menonjok Fano.
Fano dan Afgan akhirnya ribut di club, sedangkan Titah diam-diam pulang setelah dia dari toilet.
Dan sesampainya di rumah, Titah melihat banyak orang di rumah nya, ternyata rumah dan harta milik orang tuanya di sita. karena ayahnya di duga melakukan korupsi.
Berita ayah Titah tersebar sehingga di sekolah teman-temannya menjauhinya kecuali Afgan. Afgan melindungi Titah dengan cara berpura-pura menjadi pacarnya.
Kediaman Pak Raden Prabu
Di Ruang Tamu..
"Lho kok banyak sekali orang di rumah ada apa ya, bu ada apa ya kenapa di rumah banyak orang. Kenapa bu, lho ibu kok juga menangis sih. Kenapa bu, cerita dong bu. Lik, bi, ini ada apa sih, jawab dong. Cerita dong..?" tanya Titah.
"Nduk, tah, bapakmu, nduk.." kata bu Kirana.
"Bapak, bu, bapak kenapa bu?"
"Bapak di penjara, dengan tuduhan korupsi nduk dan kita harus pergi dari rumah ini."
"Pergi dari rumah ini bu. lho kenapa bu kita harus pergi dari rumah ini, rumah ini kan rumah kita bu?"
"Kita sudah tidak bisa tinggal di rumah ini lagi sayang, karena rumah ini disita. Kita bereskan barang-barang kita yuk."
----
"Bu kita sekarang tinggal disini?" tanya Titah.
"Iya sayang." jawab bu Kirana.
Keesokan Harinya..
Di Kamar Titah..
"Titah, nduk, bangun. Sudah pagi, mandi dan berangkat sekolah." pinta bu Kirana.
"Enggak ah bu." tolak Titah.
"Lho kenapa sayang?" tanya bu Kirana.
"Titah takut di bully, Titah juga malu bu. Karena kasus bapak, bu." jawab Titah.
"Kamu kuat sayang, ibu yakin kamu pasti bisa menghadapi teman-teman kamu." kata bu Kirana.
"Tapi bu.." sambung Titah.
"Sudah, percaya pada ibu. Sekarang kamu siap-siap dulu untuk sekolah, ibu mau angkat telepon dulu dari kang mas mu."
Dua Puluh Lima Menit Kemudian..
"Nduk kamu jangan pulang sekolah dulu ya, karena kang mas mu yang menjemput kamu sekolah nanti."
"Iya bu, kang mas mau pulang ke indonesia bu?"
"Inggih kang mas panjenengan mantuk dhateng indonesia, kanggo kasus bapak panjenengan, nduk."
"Ya sudah bu, Titah pamit sekolah ya" kata Titah.
"Iya, hati-hati ya." sambung bu Kirana.
"Assalamu'alaikum." Titah memberikan salam pada ibunya.
"Wa'alaikumussalam." bu Kirana menjawab salam dari Titah.
----
"Santi, Sinta" panggil Titah.
"Iya.." jawab Santi dan Sinta bersamaan.
"Ih itu kan anaknya korup. Ih Santi, Sinta, kalian berdua masih mau berteman dengan dia, gak takut apa di periksa KPK juga? Ih kalau gua mah ogah, gak lagi gua main sama dia deh. Iiiiihhh.." kata Andin yang kini membully Titah.
" Kasihan juga dia di bully, mereka setega itu membully Titah. " kata Afgan di dalam hati ketika melihat Titah di bully.
Di Taman Sekolah..
"Kenapa semuanya malah membully saya." kata Titah yang sedang duduk di taman sekolah.
"Woi anak koruptor ngapain di situ, ganggu mata gue saja loe. pergi sana anak koruptor, jangan sekolah disini, gak patas sekolah disini. Cuma bikin malu sekolah kita saja. Huuuu.." sorak salah satu murid dan diikuti oleh semua murid melempari Titah dengan kertas dan botol air minum.
"Woi.. Kalian semua ini pelajar kan, kok tidak mencerminkan seperti pelajar ya. Dengar ya bapaknya yang korupsi bukan anaknya, sudah sana bubar." kata Afgan yang membela Titah.
"Afgan bukannya elu kaga suka ya sama Titah, kok elu belain sih?" tanya Rivan.
"Eh Afgan itu memang gak suka sama sifatnya Titah. kalau orangnya kan belum tentu, benar kan Agan, sudah deh ngaku saja kamu, ya kan sebenarnya kamu suka dengan Titah?" tanya Ardian.
Di Kelas Titah..
" Si cowok mesum itu membela gue tadi, gue harus minta maaf sama Afgan dan gue juga minta tolong sama dia untuk pura-pura menjadi pacarku sekalian saja, untuk melindungi ku dari bully an teman-teman di sekolah. Ya sudah ke kelasnya Afgan saja deh. " kata Titah di dalam hati.