webnovel

Awal segalanya

Kendra hanya tersenyum, sayup dia mendengar Gisha bercakap dengan seseorang dalam telepon nya, kata 'sayang' yang sayup ia dengar dari lawan bicara Gisha mengusik rasa penasaran nya, Kendra pun keluar kamar, untuk duduk di teras depan.

Dan percakapan dalam sambungan telepon semakin jelas dari teras. Bukan maksud untuk menguping, tapi hanya memastikan kata sayang yang ia dengar itu menggambarkan status yang seperti apa, meski hatinya saat ini sudah mulai tak nyaman.

"Baru pulang, tadi mandi ..." Suara yang terdengar sedikit tak jelas.

"Oh kirain ke mana ... ya. " Suaranya sedikit pelan.

"Biasanya juga agak malam an, ini kamu pasti belum tidur?" Cakap Gisha yang seperti tak menyadari ada Kendra yang saat ini ada di kamarnya.

"Aku kangen ... Video call ... kebetulan sedang off," suara dari seberang pun samar di dengar Kendra. Dari sini perasaan Kendra mulai bercampur aduk.

"Baru tiga bulan ... Sabar ya sayang?" Entah apa yang di bisik kan namun kata 'sayang' yang kini lebih didengar jelas oleh Kendra, dan itu Gisha yang mengucapkannya, membuat dia mulai menarik kesimpulan bahwa sang penelepon memiliki hubungan khusus dengan Gisha. Tanpa pamit, dengan sedikit mengendap, Kendra pergi meninggalkan Gisha yang masih asyik video call dengan ... Yang Kendra asumsi kan itu cowok nya.

Dan semenjak sore itu teror panggilan dan sidak ketempat kosnya oleh Gisha pun di mulai.

****

"Waduh terus gua ke mana?" Balas Kendra.

"Mending lu ke tempat Fajar dulu deh, ntar kalo sudah aman gua info lagi."

Kendra membalasnya dengan emot jempol.

Gisha sudah pernah meminta maaf atas masalah itu, dan memohon Kendra untuk tetap bersamanya, dan tentu saja di tolak mentah- mentah oleh Kendra.

"Aku merasa nyaman deket kamu Ken." Gisha seolah tak malu tangis nya pecah di kamar kos Kendra, dia sampai ber simpuh di hadapan Kendra yang duduk di kasur busa nya.

"Jangan Gish, kasihan cowok kamu?" Ujar Kendra menenangkan, dia tentu tak enak dengan tetangga kos nya, meski di sana ada Beni dan Niko yang tentu saja akan cuek mendengarkan itu.

"Aku sudah putusin cowok aku, biar aku bisa sama kamu," astaga, Kendra sampai geleng- geleng kepala, kenekatan Gisha membuat Kendra kehabisan kata - kata, tapi tetap saja dia tak bisa menerima Gisha, keputusannya untuk menjauhi Gisha saat mendengar dia sudah mempunyai cowok sudah bulat, meski sekarang Gisha mengatakan dalam keadaan sendiri sekali pun, itu nggak memengaruhinya sama sekali. Lama Kendra membujuk Gisha untuk tenang.

"Ya sudah nanti aku pikirkan lagi ..." Kata- kata itu yang akhirnya membuat Kendra lepas dari Gisha untuk hari itu dan seterusnya.

Dan yang ada dia malah di teror. Beruntung dia tak mengetahui tempat kerja Kendra, kalau sampai tahu tentu keadaannya akan jauh lebih kacau.

Hampir 3 minggu kenyamanan Kendra terganggu, Gisha benar - benar meneror nya, dia sungguh tak menyangka, bahwa keputusannya untuk mengakhiri 'pertemanan nya' berbuah teror, ponselnya tak berhenti berdering, pesan dari Gisha tak pernah dia baca, kamar kos nya tak berhenti di sidak, sampai akhirnya Kendra memutuskan untuk pindah kos, membuang sim cardnya dan akhirnya di sinilah dia sekarang, menempati lantai dua bangunan kos dengan 12 kos khusus cewek di sebelah kanan tangga, dan khusus cowok di sebelah kiri, meski kesannya campur tapi tak ada kejadian asusila di sana.

****

Kadang Kendra penasaran sendiri, apa sih yang membuatnya begitu di gandrungi makhluk yang bernama wanita? Perasaan itu baru dia sadari setelah kejadian dengan Gisha, sebelum - belumnya dia tak pernah menghiraukan fenomena aneh yang biasa dia alami bersama makhluk bernama wanita, bahkan ketika pertemanan mereka berakhir di akhir masa kuliah dulu, karena perasaan Santi dan dirinya yang tak ia ungkap, dia hanya menganggap itu kebetulan semata.

Penampilannya menurut dia biasa saja, rambut gondrong yang selalu diikat ala-ala anggota yakuza Jepang juga ngga ada yang istimewa, banyak cowok yang terlihat lebih cakep darinya dengan potongan dan model rambut yang sama di luar sana.

Bahkan dia sampai browsing foto cowok di internet, sambil membandingkannya di depan kaca.

Angga Yunanda, selain hidung mancung dan bentuk rahang, tak ada satu pun yang bisa dibilang mirip dengannya, tapi entah kenapa mereka selalu membandingkannya dengan cowok itu.

Dan satu hal juga yang tidak bisa dibilang mirip, tampang nafsuan nya, karena Kendra tak pernah pasang wajah seronok seperti itu, dia justru kalem, bahkan beberapa teman menyebutnya dingin kalau di hadapan orang baru.

Sisi liar nya hanya akan keluar saat ia bersama orang-orang yang telah akrab dengannya.

"Coba tampang gua kaya elu ya cuk? Cewek gua mungkin lebih dari satu," kata Bagas pada suatu sore di depan kamarnya.

"Nah karena niat elu sudah jelek, makanya ngga dikabulkan." Jawab Kendra.

"Gua heran ama elu cuk, malam minggu bukannya searching cewek di mall atau taman, lu malah nongkrong ama sesama batangan, di tempat yang rata-rata isinya juga batangan," sahut Bagas.

Mungkin yang dimaksudnya tempat biliar.

"Elu ngga normal ya?" Tanya Bagas alis nya mengerut.

Dia bukan merasa heran, tapi lebih ke- meledek. Lihat senyumnya saja itu senyum ledekan.

"Kampret gua normal cuk !" Sambar Kendra membela diri.

Kenapa semua orang selalu menganggapnya tak normal? Apa efek mirip cowok tampang nafsuan itu yang bikin mereka berprasangka seperti itu?

"Cari cewek lah cuk? Biar gua kalo ngobrol gini ngga was-was?" Ucapan Bagas mulai memprovokasi.

"Bangke! bukannya sombong, kalau gua mau tinggal WA doang, sudah datang tuh cewek-cewek." Jawab Kendra dengan kesal, Bagas seolah meremehkan nya

Dia belum tahu kalau kontak list nya rata-rata berisi nama cewek, dan kesemuanya good looking.

Bahkan seandainya Kendra bilang 'iya', mungkin cewek nya kini juga sudah lebih dari satu, seperti keinginan Bagas.

"Yah ... kalo itu mah gua juga bisa cuk. Tinggal cari yang tarif nya berapa ?" Jawabnya tanpa rasa dosa

"Bangsat! itu open BO goblok!" Sahut Kendra kaget

Sungguh tak menyangka ucapannya di salah tafsirkan oleh alien planet gora-gora itu.

Memang benar mugkin ucapan Bagas, dengan tampang yang lumayan, seharusnya Kendra menjelma menjadi cowok playboy, bukan dia yang mendekati cewek tapi cewek – cewek yang mendekatinya, tapi yang sayangnya yang mendekatinya rata – rata adalah cewek ber cowok.

Hanya saja trauma masa lalu yang berhubungan dengan kaum hawalah, yang akhirnya menyelamatkan Kendra dari sifat jahat itu. Dan yang ada dia malah di kira cowok menyimpang.

"Kenapa kamu jadi cowok ngga peka sih Ken?"

Benarkah Kendra cowok yang kurang peka seperti ucapan Santi? Atau Kendra hanya terlalu takut untuk patah hati?

Tapi tentu saja petualangan hatinya bersama Santi ataupun Gisha bukanlah hal pertama dan terakhir yang akan dia hadapi.