webnovel

Tali Merah

Editor: Wave Literature

Xing Jiu'an cukup lama berdiri di samping jendela. Dia memandangi langit malam di luar. Tiba-tiba, dia mendengar pintu kamarnya diketuk. Dia pun segera membuka pintu.

"Jiu'an…" Ternyata Kakak Keenam yang mengetuk pintu.

Xing Jiu'an pun membukakan pintu dan membiarkannya masuk, lalu bertanya, "Ada apa?"

"Kenapa kamu kelihatannya tidak begitu senang saat pulang kali ini? Apa kamu mengalami hal yang buruk?"

Xing Jiu'an tersenyum tipis ketika mendengarnya, lalu menjawab, "Tidak, kamu terlalu banyak berpikir, Kak."

Sejak Xing Jiu'an selesai bicara dengan gurunya, entah mengapa dia tak begitu banyak berpikir, seolah-olah dia benar-benar merasa lega.

Sang Kakak Keenam menatapnya dengan hati-hati, lalu berkata, "Baguslah kalau tidak ada hal-hal yang membuatmu sedih. Kalau kamu memiliki sesuatu yang membuatmu sedih, jangan menahannya… Kamu punya begitu banyak saudara seperguruan dan kami tetap bersamamu."

"Kamu mengerti, kan?" Kakak Keenam bertanya sambil mengangkat kedua alisnya.

"Iya…" Xing Jiu'an memeluk kakak seperguruan yang lebih tua darinya itu dengan lembut sambil menganggukkan kepala.

"Baiklah… Aku hanya datang untuk menemuimu. Hari sudah malam, cepatlah tidur. Bukannya besok kamu harus kembali lebih awal?"

"Apa Kakak Keenam tahu apa yang akan kulakukan?"

"Balap mobil, kan?" Kakak Keenam mengusap rambut Xing Jiu'an dengan lembut. "Aku akan pergi bersamamu besok. Cepatlah tidur dan aku akan memanggilmu besok pagi. Jangan sampai kamu lepas kendali."

Sikap Xing Jiu'an sangat serius ketika dia bangun tidur. Tidurnya semalam bisa saja memang nyenyak, tapi saat bangun, dia menjadi tidak senang dan menyebalkan. Dia pun menjawab, "Baiklah…"

***

Keesokan paginya, Xing Jiu'an pergi bersama Kakak Keenam pagi-pagi sekali untuk kembali ke ibu kota. Bahkan dia belum sempat bertemu dengan Adik Termuda. Sepanjang jalan, Kakak Keenam yang mengemudikan mobil. Dia menyarankan agar Xing Jiu'an beristirahat baik-baik dan bersiap untuk pertandingan balapan malam ini. Ucapannya itu membuat Xing Jiu'an tidak tahu harus menangis atau tertawa.

Dalam perjalanan, Xing Jiu'an tidur sebentar di pesawat. Saat bangun lagi, mereka sudah hampir sampai di ibu kota.

"Akhirnya kamu bangun. Aku baru saja ingin membangunkanmu," ujar Kakak Keenam sambil memberikan air dan Xing Jiu'an meminumnya dua teguk. 

"Kakak, apa nanti kamu mau kembali bersamaku?"

"Aku masih ada urusan. Aku akan langsung ke lokasi sirkuit balapan dan mencarimu saja."

"Baiklah, boleh juga."

***

Ini bukan pertandingan yang besar, melainkan hanya pertandingan latihan biasa. Namun, Xing Jiu'an ingin mengikutinya karena dia masih memiliki banyak penggemar balapan. Jika dia sudah datang, maka itu bukan pertandingan balap biasa.

"Direktur, Nona Ketiga Keluarga Huo sudah datang."

Saat sang asistennya mengatakan hal itu, Lu Zhichen sedang melihat seutas tali merah. Tali merah itu sepertinya disimpan cukup baik, namun rasanya sudah lama sekali. Mendengar kata-kata sang asisten, dia menanggapinya dengan dingin, "Pergi…"

"Tapi…" Asisten itu terlihat ragu. "Tuan Muda Kedua Keluarga Huo kali ini juga datang."

"Huo Jinqi?" Lu Zhichen mengerutkan kening. "Aku tidak mau menemui mereka. Cepat siapkan mobil."

Lu Zhichen masih ada urusan, tentu saja dia tidak akan menemui mereka berdua.

"Baiklah… 

"Dan juga, kalau lain kali Nona Ketiga Huo datang, jangan biarkan dia masuk," ucap Lu Zhichen. Ini adalah toleransi yang bisa diberikannya untuk Keluarga Huo dan bukan toleransi yang bisa selalu diberikan kepada gadis itu. Lu Zhichen memegang tali merah di tangannya erat-erat.

Saat Lu Zhichen turun, Huo Chulan sudah meninggalkan tempat itu. Namun entah mengapa, Tuan Muda Kedua Huo masih di sana. Huo Jinqi, anak kedua Keluarga Huo, selalu membangkang dan melanggar aturan. Dia memiliki julukan 'Tangan Emas' dan masuk ke industri hiburan tak lama setelah lulus dari universitas. Orang hebat sepertinya mampu bersinar di mana pun mereka berada. Huo Jinqi telah menjadi bintang internasional dan punya ratusan juta penggemar.