webnovel

Kamar Xing Jiu’an

Editor: Wave Literature

Setelah meminum minuman jahe dan makan mie, Xing Jiu'an langsung merasa kenyang.

"Tidak heran kamu sangat kurus. Tiap hari makan sedikit sekali…" Kakak seperguruan perempuan mengomeli Xing Jiu'an sambil membersihkan mangkuk.

Xing Jiu'an ingin mencuci piring, tapi kakak seperguruannya itu tak mengizinkannya. Apa yang bisa dilakukan anak kecil di rumah. Sepertinya, di dalam mata kakak perempuan itu, Xing Jiu'an hanyalah seorang anak yang perlu dijaga dan dirawat olehnya. Dia adalah kakak perempuan seperguruan yang keenam. Meskipun dia murid yang keenam, tapi usianya sudah 28 tahun. Dia adalah seorang perancang busana yang hebat. Pekerjaannya sangat bebas, sehingga dia sering datang dan tinggal di gunung ini.

Xing Jiu'an tidak berdaya. Padahal dia sudah dewasa, tapi dia masih dimanjakan seperti anak kecil. Namun, perasaan ini benar-benar menyenangkan. Dia sangat berharap dirinya bisa terus diperlakukan seperti ini di masa-masa mendatang.

Setelah Xing Jiu'an datang, Adik Termuda itu tidak banyak bicara. Perhatian semua orang yang ada di tempat ini tertuju kepada Xing Jiu'an, yang sudah lama tidak bertemu dengan mereka. Tentu saja hal yang sama juga berlaku bagi Adik Termuda yang baru saja menjadi murid di sini. Adik Termuda itu sudah mendengar Kakak Tertua dan Kakak Keenam membicarakan tentang Xing Jiu'an. 

Kabarnya, sebelum dia datang, Xing Jiu'an adalah yang termuda. Hanya saja, meskipun Xing Jiu'an masih muda, tapi bakat dan keunggulannya sangat disegani semua orang. Xing Jiu'an juga merupakan murid yang paling memesona dari semua murid kebanggaan sang guru. Kabarnya, Xing Jiu'an adalah seorang gadis nakal. Namun, sepertinya sekarang kepribadian Xing Jiu'an tidak seperti yang dikatakan oleh para kakak seperguruannya.

Setelah mengobrol sebentar, Xing Jiu'an didesak untuk beristirahat. Xing Jiu'an telah menempuh perjalanan sepanjang hati. Dia naik pesawat dan mengemudikan mobil, tentu saja dia harus cepat beristirahat. Saat tahu bahwa Xing Jiu'an akan segera masuk ke kamar, mereka sepertinya teringat sesuatu.

"Ah, aku lupa memperkenalkan Adik Termuda kepada Jiu'an!" Mendadak Kakak Keenam berseru.

Adik Termuda menatap Xing Jiu'an dengan tatapan kosong. Dalam hati dia menggerutu. Ternyata kamu masih ingat kalau punya adik seperguruan! Ini benar-benar tidak mudah! Batinnya.

"Tidak apa-apa. Besok juga sama saja, tak perlu buru-buru." Kakak Tertua juga ikut bicara. Mendengar hal itu, Adik Termuda terlihat kesal.

"Sudahlah… Ayo semuanya kembali dan istirahat. Aku juga harus beristirahat," ucap sang guru yang sudah berdiri sambil menepuk-nepuk pakaiannya. Dia berjalan perlahan dan bersiap kembali.

"Guru, apa Jiu'an merasa khawatir? Apa yang Jiu'an katakan kepada Anda?" tanya Kakak Keenam Xing Jiu'an. Dia selalu merasa ada yang salah pada kepulangan Xing Jiu'an kali ini. Namun, dia tak berani bertanya kepada orang yang bersangkutan karena takut menjadi sedih. Saat tahu bahwa sang guru mengerti jelas akan hal ini, dia memberanikan diri bertanya.

Sang guru hanya melirik murid perempuannya itu. Sementara murid keenamnya itu tampak penuh harap menatapnya, membuatnya pura-pura menampilkan raut wajah misterius dan berkata, "Rahasia langit tak boleh dibocorkan. Aku ingin istirahat, jangan ganggu aku."

Setelah bicara seperti itu, sang guru langsung melangkahkan kakinya dan keluar. Meskipun muridnya berteriak memanggilnya, dia tidak ingin menjawab.

"Aku tahu pasti akan terjadi sesuatu!" Kakak Keenam berkata dengan suara rendah.

"Biarkan saja kalau Jiu'an tidak ingin mengatakannya. Masalah besarnya adalah mencari waktu untuk menanyakannya pada Mu Qing." Kakak Tertua yang ada di sampingnya juga ikut buka suara.

"Kita hanya bisa melakukan ini."

Xing Jiu'an kembali ke kamarnya yang sangat dikenalnya. Ruangan itu sangat bersih, bahkan tidak ada debu sedikit pun. Pasti ada seseorang yang membersihkannya setiap hari. Lokasi kamar Xing Jiu'an cukup bagus. Ketika siang hari, cahaya matahari yang hangat masuk menerobos ke ruangannya. Ada titik-titik cahaya kecil yang masuk melalui jendelanya. Saat malam tiba dan jika dia berdiri di samping jendela terbuka, dia bisa melihat kerlipan bintang-bintang yang indah.

Padahal, saat ini Xing Jiu'an sudah berbaring di atas tempat tidur dan bersiap tidur. Namun, dia sangat energik dan sama sekali tidak merasa mengantuk malam ini. Mungkin karena dia kembali ke rumah di mana dia dibesarkan sejak kecil. Tadi gurunya memberitahunya banyak hal dan itu membuat suasana hatinya sangat stabil.