22 Tidak Menyangka

     Pagi yang cerah, seorang gadis remaja tengah berdiri mengenakan sepatu boot yang menutupi betis tingginya. 

   Cahaya  mentari sudah mulai datang menggantikan kegelapan malam, nampak kepanikan tersirat dari matanya. Sesekali ia mengusap keringat yang mulai turun membasahi pelipisnya. 

  Rambut panjangnya Ia ikat tinggi, saat ini ia tengah memberi minum kambing dan sapi peliharaan keluarganya dibantu sang paman yang sedang memberishkan kotoran yang memenuhi kandang. 

   "Pergilah, ini sudah sangat siang, Key," titahnya dengan tetap membersihkan kandang- kandangnya. 

   "Bolehkah, paman, aku janji besok aku akan bangun lebih awal," jelasnya dengan membuka sepatu bootnya. 

   "Kau sudah bangun sangat pagi, memang sekarang hewan ternaknya bertambah," jelasnya. 

    "Terimakasih, paman, Key pamit," gadis cantik yang memiliki  kulit putih namun tidak terawat ini meninggalkan tempatnya bekerja di setiap pagi. 

   "Astaga, aku telat lagi," Ia berlari menuju kamar mandi, untung saja ibu dan adiknya susah tidak ada di rumah. Jika ada akan banyak drama yang membuatnya samakin telat. 

"Kasihan sekali kamu, Nak, maafkan paman yang tidak bisa berbuat apa- apa," gumamnya dengan menatap kepergian gadis malang yang kebal akan siksaan itu. 

    Tidak membutuhkan waktu yang lama ia membersihkan diri, ia mengambil sepeda yang sudah lusuh. Bukan orang miskin namun kehidupannya sangatlah di bawah  kata sederhana. Ia mengayuh sepedanya dengan sangat cepat. Namun, dia anak yang ramah, di sepanjang jalan ia terus menyapa tetangganya yang kebetulan lewat. 

    Menjalani kehidupan yang berat, tidak pernah membuatnya putus asa. Ia selalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah.  Jauh jarak yang ditempuh untuk sampai ke sekolahnya. 

    Sampai di sebuah  gerbang ia hampir saja melakukan aksi panjat pagar, namun nasib masih berpihak padanya, ia masih sempat masuk tanpa telat. Ia memasuki gerbang yang hampir tertutup rapat. Teriakannya, memecah keheningan dan membuat security terlonjak kaget hingga tangannya terhenti untuk menutup gerbang menatap gadis yang meneriakinya. 

     Pria parubaya itu menghembuskan napas kasarnya manatao siswa baru di hadapannya yang tengah tersenyum manis. Cantik satu kata itu terlepas dari bibirnya. 

    Keysha memarkirkan sepedanya, baru saja ia berjalan lima langkah menjauh dari sana  namun langkahnya terhenti saat ia mendengar suara barang yang terjatuh, ia berbalik dan melihat sepedanya tertabrak sebuah mobil mewah milik  salah satu teman sekelasnya. 

   Matanya terbuka lebar saat ia melihat ban sepedanya terlepas, ingin rasanya ia memaki tapi ia tidak memiliki keberanian. Bukan takut dengan siswa ini, namun ia takut jika terjadi keributan dan membuat orangtuanya dipanggil datang ke sekolah ini. 

   Ia tidak bisa membayangkan betapa murkanya dan yang pasti siksaan akan ia dapatkan jika membuat ibunya kesal. 

 Belum sembuh luka cambukan kemarin dan sangat tidak mungkin ia mengukir bekas cambukan itu kembali melukis tubuhnya yang mulus. 

     Wajahnya menatap datar kedua temanya yang turun dari mobil dengan tertawa puas. 

  Ingin rasanya, Key merobek  mulut kedua temanya, memasukan kecoa ke dalam mulut congkaknya, biar dia bisa merasakan kagetnya kecoa yang terbang di dalam mulutnya. Namun, ia tidak bisa melakukannya, rasionya lebih mendominasi dibanding emosinya. 

   ia dengan penuh kesabaran memunguti ban sepedanya yang menggelinding jauh. Menangis, tidak! Keysha tidak akan menangis hanya hal sepele  seperti ini, hanya saja dia harus memikirkan cara bagaimana memperbaiki sepedanya dengan waktu yang tinggal beberapa menit lagi. 

   Bel masuk pun sudah  berbunyi dengan segera ia mengambil ban sepedanya dan menyandarkannya di samping sepedahnya. Mengikatnya dengan tali yang ia temukan di samping pos security. 

   Ia berlalu dengan langkah gontai, tanpa ia sadari ada sepasang mata yang terus mengamatinya. 

   Sampai di kelas semua riuh, Adam sudah duduk manis dengan membaca buku di tangannya. Bukan buku biasa yang ia baca melainkan buku bisnis yang memiliki ketebalan seperti sebuah bantal. 

    Seseorang menghampirinya dengan memeluk Keysha, gadis itu hanya memutarkan bola matanya jengah. 

  "Hallo, Key, apa kabar? Aku dengar kau memiliki masalah, bukan?" tanyanya dengan sok ramah. Ingin rasanya Key menimpali ucapannya bahwa dialah penyebab masalahnya. Sungguh sangat muak dengan semua ini. 

   "Key, kau sudah datang? Kemarilah, ada yang ingin aku bicarakan," Adam menarik tangan Keysha dari rangkulan temannya yang begitu sangat menyebalkan.

       "Ada apa?" tanyanya. 

"Hari ini akan ada guruku yang akan mengajar ilmu bisnis, kau mau ikut dengan aku?" tanyanya.

  "Maaf,  aku harus menggembala kambing, kau tahu itu," jelasnya. 

    "Memangnya kau tidak bisa ijin sehari saja?" tanyanya kembali. 

          "Tidak!" tukasnya. 

   "Baiklah, padahal kau sangat cerdas dan lagi aku akan senang jika kita bisa belajar bersama," sesalnya, namun gadis di hadapannya hanya menanggapi dengan senyuman. 

  "Dari mana kau bisa menyimpulkan kecerdasan seseorang. Padahal,.kita baru bertemu?" tanyanya. 

   "Karena kau suka membaca bahkan saat kau menggembala kambing- kambingmu!" jelasnya. 

   "Dari mana kau tahu?" tanyanya. 

    

    

Adam hanya terkekeh pelan menanggapi pertanyaan temanya. 

  "Hem, apa kau stalker?" Keysha tampak pemasaran padahal mereka baru bertemu. Bagaimana dia bisa tahu kebiasaannya. 

  "Enak saja! Memang aku terlihat seperti orang kurang kerjaan?" tukasnya. 

   "Iyah," jawabnya dengan terkekeh. 

  "Atau kau menyukaiku, Dam?" godanya dengan mengangkat sebelah alisnya. 

   "Jangan ngaco kamu, Sha! Mana ada aku suka dengan gadis yang jorok sepertimu!" bantahnya. 

   "Akh, benarkah, kau tahu? Bukankah aku sangat cantik," godanya kembali yang membuat wajah pria di hadapannya memerah, baru kali ini dia bertemu gadis seunik ini. Ataukah, karena memang selama ini dia tidak mengetahui dunia luar. 

       "Dam?" panggilnya lagi. 

"Astaga, Keysha! Diamlah, sebentar lagi guru akan datang!" bentaknya namun ia menahan senyumnya. 

    "Biarkan saja, biar dia tahu cerita tentang cinta kita berdua, Dam," jawabnya dengan terkekeh. 

   "Kenapa kau diam saja, Dam? Jawab dong?" Keysha terus menggoda teman sebangkunya, baginya ini adalah hiburan tersendiri. 

    "Itu…" Adam memberikan isyarat. 

"Apaan sih, kenapa mukamu tegang begitu!" tanyanya heran. 

    "Ekhem." Suara berat terdengar memecah keramaian. 

  "Diamlah, kenapa berisik sekali,. mengganggu saja!" cicitnya tanpa menengok ke arah sumber suara, ia masih menghadapkan nadanya menatap Adam.

  "Wah, sejak kapan seorang guru mengganggu," tukasnya dengan bersidakep. 

   Adam sudah tampak pucat pasi, bagaimana tidak, sedari tadi gurunya berada di sana dan Kesha tidak pernah peka akan mimik muka pria di hadapannya. 

   "Pak guru, sejak kapan di situ?". tanyanya dengan mengulas senyuman. 

 "Sejak kau mengatakan, "biarkan semua orang tahu cerita cinta kita berdua." Gurunya menirukan gaya bicara Keysha. 

  "Astaga, jadi ibu menguping," tanyanya polos yang hampir membuat Adam melepas tawa yang ia tahan. 

   "Bukan perkara menguping, ini pelajaran 

matematika bukan sastra!" bentaknya yang seketika membuat Keysha mengerjapkan matanya. 

  "Sekarang! Kau ikut aku kedepan!" titahnya. 

  Semua murid yang berada di kelas itu tertawa melihat melakukan teman sekelasnya yang begitu konyol. 

   Adam menatap iba, Keysha yang mendapat masalah dia yang merasakan l

Panas dingin. 

   "Berdiri di depan!" titahnya, Keysha menurut tanpa protes, baginya hukuman berdiri tidak lebih mengerikan dari siksaan ibunya. 

   Guru itu menulis banyak soal matematika  di whiteboard, Adam sudah merasa cemas pasalnya ini adalah hari pertama dan belum ada satupun mata pelajaran yang mereka pelajari. 

  Begitupun dengan para murid mereka yang melihatnya saja sudah pusing dan tenag.

  "Kerjakan semua soal yang saya buat, jangan hanya pintar berkata- kata!" Titahnya pada seorang siswa yang tengah berdiri. 

Nampak ketegangan dari semua wajah para siswa. 

TBC

   

    

avataravatar
Next chapter