webnovel

Dasar Aneh

    Ibunya berjalan memasuki rumah dengan tangan satunya menarik tangan Keysha.

  Keysha ingin lari tapi kemana, siapa yang peduli, tidak ada dan tidak akan pernah ada. Sedari kecil, mereka hanya menatap iba tanpa mau menolongnya. 

  Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? Kenapa tak ada yang berani melawan ibunya?

 "Tolong, tolong aku, siapapun!" pintanya parau.

 Dingin, sepi, pengap dan lembab, disinilah Keysha berada. Tubuhnya sudah memerah bekas cambukan, hawa dingin sudah merasuk pada tulang- tulang rusuknya terasa menggigil dan membeku. 

   Senyuman masih nampak jelas ia lihat tercetak dari bibir ibunya, bukan senyum bahagia namun sebuah senyum menyeringai, senyum itu yang selalu membuat Keysha ketakutan. 

  Tawanya memecah keheningan, membuat jiwa dan raga gadis kecil itu seakan terpisah secara mendadak. 

  Sebuah cambuk masih dipegang kokoh oleh ibunya.  JIka terus seperti ini, rasanya bernafas pun  sudah tak sanggup. 

  Keysha kembali menghirup nafas dalam saat wajahnya sampai di permukaan. ketika ibunya tengah merendam Keysha di dalam bak mandi yang berukuran besar. Ia terus dan terus memasukkan gadis remaja itu ke dalam air hingga hampir kehabisan napas, hanya rambut yang nampak dari permukaan air.

  Saat ada Ken, dia masih bisa membantah, sekarang mati pun dia pasrah. 

  "Kau tahu, hah? Sedari kecil tidak ada yang peduli padaku! Ayahku selalu menyiksaku! Aku bahkan makan bekas mereka! Kau tahu anak bodoh! Dia, yang selalu diperlakukan baik, sedang padaku dia selalu berbuat kasar! Aku benci dia,  aku benci kamu! Aku benci!"  Wanita itu kembali memasukan wajah key ke dalam air setelah berucap demikian. 

  "Apa ini, kenapa dia? Kenapa dia tampak marah, kesal dan sedih, siapa yang ia maksud  "dia"? Lalu, apa hubungannya dengan aku?" Keysha terus bertanya dalam hatinya dengan sisa napas yang sudah hampir habis. 

 

  

  "Ampuni aku, Buk, sakit!" keluhnya dengan mengusap tangan yang kembali dicambuk ibunya. 

  "Diam kamu! Jika dia tak merasakan apa yang kurasakan dulu, maka tubuhmu adalah gantinya! Haha," Ia kembali tertawa. 

   "Bukan ini, sungguh siksaan ini bukan karena  permintaanKu tentang syarat mengikuti OSPEK di sekolah, aku sangat jelas melihat  matanya penuh dendam dan amarah, tapi pada siapa? kenapa? Sebenarnya apa yang terjadi? Oh Tuhan, tolong aku, apakah aku harus berakhir hari ini di tangan iblis yang bernama ibu ini?" Key terus bergelut dengan pikiran, rasa sakit dan ketakutan yang menyelimutinya. 

  "Siapa sebenarnya "Dia" yang ia maksud? Aku harus mencari tahu, sebenarnya apa yang terjadi padanya, aku tidak ingin mati konyol, lalu bagaimana ini? Cara apa yang harus aku lakukan agar bisa terlepas dari jerat iblis ini." Key nampak berpikir dengan menahan napasnya didalam air, ia teringat sesuatu kelemahan ibunya. 

      "Buk, bunuh saja aku, sekarang!" titahnya dengan menggoyangkan cambuk di tangan ibunya. 

   "Diam kau!" bentaknya. 

"Ayo, bunuh aku! Aku sudah bosan hidup, aku lelah. Jika mati aku akan hidup bahagia dan bertemu Tuhan yang akan memberikan aku makanan yang lezat yang belum pernah aku  coba, Tuhan juga akan menyediakan aku istana terindah di sana, bunuh aku Buk! Aku sudah tak sabar ingin hidup bahagia di sana!" titahnya dengan menggoyang tangan ibunya kembali.

  "Apa kau bilang? Kau akan hidup bahagia?" tukasnya dengan mencengkeram dagu gadis di hadapannya. 

   "Iyah, bunuh aku, Buk, Sekarang! Aku mohon," Keysha memohon dengan wajah yang tersenyum lebar. Yah, ibunya sangat tidak suka akan senyuman gadis itu. 

 "Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagia, meski mati sekalipun!" serkahnya dengan mendorong tubuh Keysha, hingga membuat tubuh gadis itu terbentur dinding bak mandi raksasa . Wanita parubaya itu berjalan menjauh dan membanting pintu.

  "Berhasil!" Gadis remaja itu merasa lega Ia sudah merasa terbebas dari ancaman kematian hari ini. 

  "Auuuuh…" 

Ia mengerang merasakan sakit disekujur tubuhnya saat ia sedang berjalan menjauh dari tempat terkutuk itu. Entah apa yang ada di pikiran ibunya, hingga ada ruangan khusus penyiksaan seperti itu dan kenapa ia selalu tampak bahagia setelah menganiayanya. 

  Gadis malang itu berjalan dengan rasa penuh sakit di tubuhnya. Ia melewati ruang keluarga sembari meringis, ketukan pintu menghentikan langkahnya. Ia berjalan hendak membuka pintu dengan langkah yang semakin berat. Bagaimana pun tubuhnya terasa remuk, dan penuh lebam bekas pecutan. 

  Gedoran pintu yang semakin keras membuatnya, melangkah cepat dengan menahan tangis akibat rasa perih di punggungnya yang bergesekan dengan seragam sekolah yang masih ia kenakan. 

  Saat membuka pintu, ia menghembuskan napas berat. Satu orang yang menyebalkan telah kembali. Wajahnya tampak riang dan gembira. Matanya berbinar dengan memegang satu piala di tangannya. 

  Keysha sudah tidak pernah heran dengan penampilan adik perempuannya yang baru menginjak kelas satu sekolah dasar ini. Meski begitu ia sudah mengenakan make-up yang berlebih. Entah apa yang ada di otak kedua manusia ini. Ibunya tampak bahagia jika mendandani wajah adiknya bak seperti barbie yang nyebur ke got. Lipstik merah seperti habis makan darah, lensa mata seperti mata setan dan rambut panjang seperti kuntilanak. Itulah, perumpamaan Key yang sanagt muak dengan dua manusia ini.

Anehnya, Ibunya selalu menginginkan anaknya seperti boneka Barbie yang membuatku merasa aneh akan melakukan mereka.

        "Anak dan ibu yang kehilangan        kewarasannya," cicitnya di dalam hati dengan berlalu menjauh. 

  "Hey, kakakku yang jelek!" 

"Astaga! Anak ini apa cermin di rumah ini kurang? Jika aku jelek bagaimana dengan muka dia yang seperti panci gosong!" geramnya namun ia hanya bisa menggerutu dalam hati.

Keysha menatap acuh tak acuh, sudah biasa dia dengan ucapan adiknya, benar- benar selalu membuatnya muak. 

     "Ambilkan aku minum!" titahnya dengan berkacak pinggang 

     "Kau ambil saja sendiri! Kau kan punya kaki dan tangan!" timpalnya dengan melangkah menjauh. 

     "Ibuk…"teriakannya. 

     "Astaga! Dasar anak iblis!" Keysha menatap tajam. 

"Kanaya, ada apa sayang? Wah, anak kesayangan mamah sudah pulang dengan membawa piala lagi," ucapnya dengan memeluk anaknya. 

   "Kakak, tidak mau mengambilkan aku minum! Padahal Naya haus sekali, cape kan aku, Bu!" cicitnya, yang membuat Key memutarkan bola matanya jengah dengan drama yang menjijikan ini. 

   

   "Benarkah anak bodoh?!" bentaknya, dengan menatap tajam. 

   "Akh, mana mungkin, kakak menolak permintaan tuan putri," bantahnya dengan mencoba tersenyum manis. 

  Key, berjalan membuatkan minum untuk tuan putri gila yang berstatus sebagai adiknya. Ia berpikir jika Naya akan seperti Ken adik kembarnya yang baik, tapi dia salah besar hadirnya Naya semakin membuat hidupnya sulit. Tukang ngadu yang sangat menyebalkan. 

  "Apa mereka tidak punya hati! Bahkan bajuku masih basah, aku juga masih merasakan perih dari bekas cambukannya." 

  "Benar- benar membuatku muak! Ingin pergi kemana? Lalu, bagaimana dengan ayah? Bahkan, aku sangat merindukannya.

  Gadis malang itu terus menggerutu hingga teriakan dari ruang tamu menghentikannya. 

    "Keysha! Apa kau membuat minuman di Afrika! Kenapa lama sekali, cepat!" teriaknya.

   "Bahkan, teriakannya membuat kuping ku lari dari tempatnya," gerutunya dengan berjalan membawa minuman di tangannya. 

   TBC

  

Next chapter