23 Kelebihan Keysha

    Hampir semua siswa tampak tegang, tapi tidak dengan Key.

   Dengan pasti gadis yang selalu menjadi bahan bully  mengambil spidol dari tangan gurunya, berdiri di depan dengan penuh ketenangan. 

   Dia mengusap dagunya menatap semua soal. 

      "Ayo, kerjakan!" titahnya. 

Keysha hanya mengangguk pelan tanpa merubah posisi tubuh dan tatapannya. Masih dengan menatap soal yang banyak. Perlahan ia membuka tutup spidol di tangannya menyimpan tutupnya pada bagian belakang spidol. 

    Dengan pasti tangannya bergerak tanpa terjeda mengisi soal tanpa ada keraguan. Tangannya menari- nari bermain dengan  angka seperti tanpa  berpikir gadis itu menulis dengan sangat lancar dan seksama. Sesekali ia menadahkan kepalanya ke langit-langit  kelas sebelum melanjutkan tugas dari gurunya. 

   Semua siswa ada yang menatap kagum ada juga yang meremehkan, mereka berpikir bahwa gadis penggembala kambing itu asal menulis. Tentu saja, bagi mereka yang menatap kagum sudah sedikit paham akan soal yang tertulis seperti teman sebangkunya. 

  Adam tersenyum padahal   sedari tadi ia merasakan panas dingin karena takut temannya tidak bisa menjawab. Ia tak bisa membayangkan jika setiap hari gadis yang selalu membuat kejutan itu harus membersihkan toilet. 

        "Sudah!" 

Matanya mengerjap tidak percaya, membuat soal sulit namun bisa dikerjakan tanpa ada satupun pertanyaan dari muridnya ini. 

    "Kau private di mana?" tanyanya, namun Keysha hanya terkekeh, "kenapa kau tertawa?" tanyanya heran. 

  "Mungkin dia gila, Pak!" celetuk salah satu temannya. 

   "Jangankan untuk private, sekolah saja waktuku sangat terbatas, Pak," jelasnya.

   "Lalu siapa yang mengajarkanmu?" Semakin dibuat penasaran atas kecerdasan muridnya dibalik jawaban yang diberikan. 

  "Apakah jawabanku benar?" tanyanya. 

  "Jawab dulu kau belajar di mana?" 

         "Ensiklopedia," singkatnya. 

Guru itu mengerutkan dahinya, memang cara belajar terbaik adalah membaca buku. Apalagi buku yang ketebalannya tidak main- main. Tapi anak ini bisa menjawab soal tanpa  ada yang mengajarkan dan hanya bermodalkan buku Ensiklopedi itu sudah sangat dipastikan bahwa IQ anak di 

hadapannya mencapai kata genius. 

     "Kalau salah ku perbaiki," ucapnya yang membuat gurunya terlonjak kaget. 

           "Duduklah," titahnya dengan mengusap pucuk kepala anak yang membuatnya terkagum. Niat memberi kejutan dengan soal yang sulit. Malah dibuat terkejut. 

   "Pasti salahkan? Anak penggembala itu mana tahu, dia kan tahunya hanya cara memberi makan kambing," cacinya dengan tertawa dan diikuti teman- temannya yang lain.

      "Diam, kamu!"  sentaknya merasa geram dengan salah satu murid yang menghina murid yang membuatnya terkagum. 

   "Harusnya kalian mencontohnya! Meski dia seorang penggembala dia memiliki kecerdasan yang tinggi! Apa kalian bisa lebih hebat dari dia?!"  tukasnya ketika murid- murid itu terus mengguncing Keysha. 

    Sedang gadis yang diributkan bersikap tak peduli dia sibuk melihat buku yang dibawa teman sebangkunya. Dia tidak pernah mau tahu tentang apa yang orang lain katakan dan ributkan tentangnya. Fokusnya adalah belajar dan mengurus peliharaan keluarganya. 

    "Jadi semua yang di jawab Key benar semua, pak?" tanya seorang siswa yang berkacamata tebal. 

        "Iyah, sama sekali tidak ada yang salah," jawabnya dengan tersenyum bangga. 

    "Bahkan aku belum selesai mengerjakannya," ucapannya dengan melirik gadis yang masih sibuk menatap teman sebangkunya dengan memegang buku tebal ditangannya. Entah apa yang ia lihat dari pria di sampingnya. 

   Jam pelajaran telah selesai dan sekarang waktunya istirahat, Key memegangi perutnya, lapar sudah pasti. Ia merongoh saku bajunya melihat uang logam yang ia miliki dengan posisi membelakangi Adam. 

  Perlahan ia memejamkan matanya, menghembuskan napas kasarnya berbalik dan tersenyum pada temannya yang sedang merapihkan buku- bukunya. 

   "Kau mau ke kantin?" tanyanya. 

 Keysha mengerjapkan matanya, ia bingung harus berkata apa. 

  "Tidak, aku tidak lapar, aku akan ke perpustakaan ada buku yang harus ku baca," jelasnya dengan menggeser kursinya. 

  Terasa sesak, sungguh saat ini ia ingin makan. Tapi, uang logamnya yang ia kumpulkan hasil menjaga kambing tetangganya pun tak cukup untuk membeli makanan. Kadang ia harus menahan rasa perih diperutnya, menangis, tentu bukan Keysha. 

   Sejak kepergian Ken dan ia mengusir Josh dia sudah tidak pernah merasakan nikmatnya sarapan pagi, kecuali saat ayahnya kembali itu pun bisa dihitung dengan jari. 

   "Key, tunggu!" Adam mengejar langkah temanya dengan membawa bungkusan di tangannya. 

   "Kenapa?" tanyanya.

   " Bolehkah, aku meminta tolong," tanyanya dan gadis di hadapannya mengangguk pelan dengan tersenyum. 

   "Ikut aku!" ajaknya dengan menarik tangan dan membawanya ke sebuah taman dekat kolam ikan tempat biasa mereka duduk. Di bawah pohon dengan menikmati hembusan angin dan daun yang berguguran menerpa wajah mereka yang membuat tenang. 

  "Duduklah," titahnya dengan menekan bahu gadis di hadapannya dan 

Key menurut saja. 

   "Bantu aku habiskan makan, yah. Soalnya nenek akan marah jika ada sedikit saja makanan yang tersisa," jelasnya. 

   "Tapi aku sudah kenyang," tolaknya, bukan itu alasannya tapi dia malu. 

   "Ayolah, aku tidak tega melihat nenek nangis, kalau tak habis dia akan murung karena berpikir masakannya tidak enak. 

 "Den Adam," sapa seseorang padanya. Melihat itu pria yang disapa itu memberikan makanannya pada Key. Menarik pria parubaya menjauh dari temannya. 

  "Saya mencari Aden, tadi nyonya berpesan bahwa kalau Aden tidak ke kantin, aku harus mengantar dan  memastikan bahwa Aden memakannya. Jelasnya. 

   Adam mengambil nampan dan berjalan menjauh. 

"Pergilah!" titannya namun tak bergeming.

   "Bapak tenang saja!"  tukasnya, "aku pasti menghabiskannya," ucapnya mendorong  perlahan tubuh seseorang yang memberikan nampan berisi makanan yang lengkap dengan satu gelas susu hangat. 

   "Memang aku anak kecil, masih diberi susu. Mana mungkin aku minum susu din

barengi minum obat. Ada- ada saja!" gerutunya dengan berjalan mendekati teman perempuannya yang tengah duduk memegangi tempat makan.

    "Kenapa kau belum memaknnya?" tanyanya dengan menyimpan nampan di hadapannya. 

      "Aku menunggumu," jawabnya dengan menyerahkan tempat makan yang ia pegang. 

   "Ayo, kita makan sama- sama, lihatlah, banyak sekali makanan. Mana bisa aku menghabiskannya sendirian," ucapnya dengan menahan sedikit kekesalan. 

   Key hanya terkekeh, "Mau ku suapi?" godanya pada pria yang tampak kesal.

   "Aku sudah besar tapi, nenek memperlakukan aku seperti seorang bayi," cicitnya. 

   "Bersyukurlah, kau tak akan sanggup jika jadi aku," timpalnya. 

Adam menatap heran memang apa yang sebenarnya terjadi padanya. Tapi, ia tak berani menanyakannya. 

   Tidak terasa mereka menghabiskan makanan yang begitu banyak. 

   "Katanya tidak lapar?" godanya ketika Key meminum susu dan hanya menjawab dengan tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

   "Kau minum obat lagi?" tanyanya. 

"Hanya vitamin," jawabannya dengan tersenyum. Namun, Key mulai sedikit curiga. 

  "Air mineralku sudah habis, kau tunggu disini, aku akan pergi membelinya sebentar," ucapannya dengan beranjak yang dibalas anggukan oleh temannya.

   Key mengambil pensil dan buku gambar yang ia letakkan di sampingnya. Tangannya menari- nari melukis sketsa. Sudah menjadi kebiasaannya jika memiliki waktu senggang jika tidak membaca maka ia akan melukis. 

     Satu Sketsa terbang tertiup angin ia berlari mengejar. Namun tanpa sengaja ia menabrak seorang pria bertubuh tinggi di an gendut. Matanya menatap tajam gadis dihadapannya. 

   Semua siswa yang berada di taman merasa takut melihat pria yang ditabrak Keysha. Mereka sudah bisa menebak apa yang akan dilakukannya pada gadis malang itu. 

TBC

 

    

avataravatar
Next chapter