19 Part 19

     "Kenapa kau memilih makan disini? Padahal aku berniat meneraktirmu di restoran mahal." bisik Sehun usai menggeser kursi plastiknya mendekati Yoona beserta memindahkan payung-yang tadinya mereka gunakan ketika berjalan menuju tepat itu.

     "Aku suka udon disini. Lagi pula sudah lama tidak makan disini."

°

     Yoona tarik rapat kancing jaketnya, udara didalam sana lumayan dingin. Mereka masuk ke sebuah warung tenda guna berlindung dari terjangan hujan yang terus turun dengan semangat, dan pojangmacha merupakan pilihan Yoona. Seperti yang Sehun katakan sebelumnya, dia berniat membawa gadis itu ke sebuah restoran mahal, tapi Yoona bersikeras ingin diantar ke warung tenda langganan mereka-yang lokasinya cukup dekat dari rumah Kwang Soo.

°

     Keduanya yang sama-sama kelelahan seharian-mengurusi masalah masing-masing-tampak menyantap udon dengan lahap. Yoona berlaku santai ketika menyeruput sisa kuah udon langsung dari mangkuknya. Ia bahkan bersendawa dengan nikmat setelah merasa cukup kenyang dengan santapannya. Disampingnya Sehun hanya tersenyum gemas melihat tingkah tak tahu malunya itu.

     "Bibi, aku minta soju 1 botol saja." kata Sehun kepada si penjual.

     "Tidak!" sela Yoona. Ekspresi trauma langsung tergambar jelas di wajahnya.

     "Kenapa kenapa?!" protes Sehun.

     "Pokoknya tidak boleh."

     "Memangnya kenapa?"

     "Sekali aku bilang tidak, ya tetap tidak." Sehun diam sejenak mengamati ekspresi Yoona kini. Perlahan senyuman timbul diwajahnya. Senyuman itu awalnya biasa saja, hingga akhirnya berubah menjadi menakutkan layaknya seperti iblis yang tengah merasa senang.

     "Aaa.." gumam Sehun seakan mengetahui penyebab Yoona melarangnya. "baiklah jika begitu." ujarnya dengan nada genit. Membuat Yoona merasa geli melihat tingkah anehnya yang memang selalu berubah secara mendadak. "aish, kenapa kau jorok sekali. Kuah udon sampai tertinggal dibibirmu. Kau mencoba menggodaku ya?" itu bukan teguran. Perkataan itu mengalir seiring jemari Sehun yang bergerak penuh kelembutan, menyeka sisa kuah udon yang tertinggal di tepi bibir Yoona. Serr.. Jantung Yoona berdesir hingga menghasilkan getaran menggelikan.

°

     Huaaaaaachim! (Suara bersin)

°

     "Maaf. Diluar sangat dingin dan bersin bukanlah kemauanku." ujar Jun Yeol. Sangat mengejutkan. Jun Yeol, Ji Soo dan Jong Suk tengah melangkah masuk kedalam warung tenda dan kini sudah duduk bergabung bersama Sehun dan Yoona. Kedatangan mereka membuat Sehun menjadi murung, tidak seperti Yoona yang merasa lebih aman. "yak, maafkan aku. Bersinku memang tidak bisa ditahan.." ujar Jun Yeol-yang sepertinya salah mengartikan maksud dari perubahan wajah Sehun. "Aku tidak bermaksud mengganggu waktu cinta-cintaan kalian.." mungkin Jun Yeol mengingat peristiwa bersin masal sehari yang lalu-yang mereka lakukan dengan sengaja untuk menghentikan aksi Sehun-sedangkan bersin yang baru saja ia lakukan adalah murni kecelakaan. Lucunya ia bersin tepat ketika Sehun tengah menyentuh bibir Yoona dengan jemarinya. Dan lucunya lagi, ketika mereka masuk kedalam warung itu bersamaan dengan aksi Sehun.

     "Oppa, ada apa dengan wajah kalian? Kenapa pucat sekali?" tanya Yoona dengan ekspresi cemas. Dilihatnya wajah mereka satu persatu. Mereka tampak pucat disertai tubuh mereka yang bergetar kedinginan. Pertanyaan Yoona memancing amarah mereka. Dengan serentak ketiga pria malang itu langsung menatap Sehun dengan sorot mata terseram yang mereka punya.

     "Kami tidak akan seperti ini jika tidak ditinggal begitu saja!" gumam Jong Suk penuh penekanan dan tetap  menatap Sehun.

     "Dalam kondisi hujan deras kami harus menunggu bis di halte.." sambung Jun Yeol.

     "Dan bis yang datang selalu dalam keadaan penuh." lanjut Ji Soo.

     "Membuat kami harus menunggu lagi."

     "Dan lagi." mereka terus melayangkan tatapan kekecewaan mereka ke Sehun.

     "Andainya dia tidak meninggalkan kami begitu saja!" decak Jun Yeol kesal.

     "Hah! Tega sekali! Setelah kami rela membantunya menyelesaikan masalahnya, kenapa dia bisa.. Aaak!!!" perkataan Ji Soo terhenti karena Jong Suk mencubit pahanya-bermaksud agar dia tidak melanjutkan perkataannya.

     "Masalah?" tanya Yoona. Jong Suk, Jun Yeol dan Sehun langsung membuang muka tidak ingin membahas itu.

     "Aa bibi, berikan kami udon. Porsi jumbo ya!" teriak Ji Soo setelah itu.

     "Oke..!"

     "Wah.. Aku lapar sekali." gurau Jun Yeol sembari melirik Yoona cemas-tidak ingin Yoona membahas masalah itu-sesuai yang Sehun katakan ketika mereka masih di bar. Mereka harus merahasiakan masalah itu dari Yoona.

     "Oo, aku juga. Aku juga sangat kelaparan. Haha.." sambung Ji Soo terbata-bata dan memaksakan senyum santai di wajahnya.

     "Kalian tidak ingin mengatakannya padaku?" suara rendah Yoona terdengar serius. Kontras membuat mereka semua segera melihat kearahnya. Tampak jelas eskpresi tegang di wajah Yoona-seakan ia sudah bisa menebak masalah apa yang telah terjadi.

°

     Yoona tatap mereka satu persatu. Tatapan darinya membuat mereka memilih untuk kembali membuang muka dan tetap bungkam. Sret! Kursi Yoona bergeser kebelakang dengan kuat-itu karena Yoona bangkit dari kursinya dengan gerakkan cepat. Amarah sangat kentara pada wajahnya kini. Tanpa mengatakan apapun, Yoona pergi meninggalkan warung. Menembus hujan tanpa tanpa perlindungan. Ya, dia meninggalkan payungnya disana. Tubuhnya pun tak mampu menghindari terjangan air hujan yang terus turun dengan semangat. Tapi tiba-tiba saja seseorang menahan tangannya.

     "Setidaknya gunakan payungmu." ia tarik tubuh Yoona untuk lebih mendekat dengannya. Sehun cengkram bahu Yoona di sisi lainnya hingga membuat tubuh bagian samping mereka merapat. Payung pun sudah memayungi keduanya.    "Mari kita pulang." langkah Sehun mulai menuntun perjalanan mereka menuju rumah. "aku memang mendapat masalah, tapi itu bukan masalah besar. Jadi kau tidak perlu khawatir." ujarnya di sela perjalanan mereka. Wajah Yoona yang sejak tadi sudah muram malah semakin muram. Ia melirik Sehun dengan pandangan kecewa-tentu kecewa pada dirinya sendiri.

     "Kakakku?" tanya Yoona dengan suara pelannya. Sehun mengendus kesal dan memilih menghentikan langkah mereka. Ditepi jalan yang sepi, masih menggunakan payung, mereka kembali berhadapan guna membahas permasalahan itu.

     "Ya benar, kakakmu. Tapi dia menyerangku bukan dikarenakanmu." Sehun mencoba untuk meyakinkan Yoona. "dia hanya berniat membalas dendam atas perbuatanku ketika di acara pernikahan ayahku." tapi perkataannya tampak tak berguna. Karena sepertinya Yoona masih menyalahkan dirinya. Ekspresi kesal diwajah Yoona membuat Sehun bingung hendak mengatakan apalagi. "yak, lagi pula kakakmu itu memang brengsek, tidak perlu tanpa alasan dia memang sudah sangat brengsek. Jadi kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Tanpamu dia tetap akan seperti itu."

     "Tapi jika aku tidak bersama kalian, dia tidak akan melukai kalian." putus Yoona dan lanjut melangkah, tanpa payung. Buru-buru Sehun mengejarnya dan kembali memayunginya.

     "Jadi benar karena ini kau ingin pindah?" tanya Sehun lagi seraya terus melangkah mengikuti gerak cepat Yoona. Pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. "kau pikir dengan kau pindah dari sini, kau akan aman?" Yoona tidak juga menjawabnya. "kakakmu bisa saja melukaimu diluar sana!" bentak Sehun geram.

     "Setidaknya dia tidak melukai kalian!" sambar Yoona yang sudah berhenti melangkah. Menghadap Sehun dengan raut wajah penuh kekesalan. "melihat kalian terluka sungguh membuatku semakin merasa bersalah."

     "Kami tidak menyalahkanmu." tidak merespon perkataan itu, Yoona memilih kembali melangkah. Kali ini ia berjalan dengan sangat cepat nyaris seperti berlari. Sehun tampak diam pada posisinya, hanya mengamati tubuh Yoona yang berlalu pergi begitu saja.

°

--

°

     Pagi itu entah mengapa udara terasa sangat ekstrim. Dinginnya diluar perkiraan. Kopi hangat yang baru saja Kwang Soo seduh menjadi dingin-padahal hanya ditinggal beberapa menit saja. Sup iga yang baru saja Kwang Soo panaskan harus tetap berada diatas kompor, tidak ingin menyantap sarapan dingin di pagi itu. Kwang Soo merasa sudah menyalakan pemanas ruangan, tapi sepertinya alat mahal itu tidak bekerja baik pagi itu. Lihat saja, semua yang duduk diruang makan tampak mengenakan pakaian berlapis hingga jaket tebal sepanjang lutut. Eits! Tidak semua. Sehun dan Yoona tidak bergabung bersama mereka. Kedua manusia itu masih didalam kamarnya. Mungkin masih tidur nyenyak.

     "Yong Bin sudah berangkat?" tanya Jong Suk yang kebetulan pada pagi itu tidak sempat menemani Yong Bin menunggu bis dan Kwang Soo lah yang menggantikannya.

     "Sudah. Tadinya aku juga sudah mengatakan pada gurunya, jika cuaca semakin ekstrim, aku akan segera menjemput Yong Bin." Kwang Soo terlihat sangat mencemasi bocah sombong itu.

     "Hmm, benar sekali. Lebih baik dia meliburkan diri saja. Aish, dingin sekali." tutur Ji Soo yang usai itu langsung mneyeruput sup miliknya.

     "Pasti ini dampak dari kemarin yang hujan seharian." tebak Jun Yeol yang juga sudah menyantap santapannya.

     "Aaa, Sehun masih belum bangun? Apa demamnya sudah turun?" tanya Jong Suk di sela percakapan mereka.

     "Sehun demam?" Kwang Soo berhenti mengunyah sejenak.

     "Oo, semalam panasnya sangat tinggi." sahut Jong Suk. "Yoona juga demam." kata Jong Suk lagi. "tapi sepertinya demamnya sudah turun. Aku belum melihat Sehun, dia mengunci pintu kamarnya."

     "Ada apa dengan mereka?" celutuk Kwang Soo dan lanjut mengunyah.

     "Semalam mereka hujan-hujanan." tangkas Jun Yeol.

     "Ada-ada saja."

°

     Keadaan rumah saat itu sangat sepi. Jun Yeol dan Jong Suk sudah berangkat kerja menggunakan mobil Sehun. Sedangkan Kwang Soo pergi untuk belanja bahan makanan ditemani Ji Soo yang lagi-lagi memilih bolos kuliah. Tinggallah Yoona dan Sehun dirumah. Yang masih berada di dalam kamar masing-masing. Saat itu Yoona sudah bangun dari tidurnya. Ia mendapatkan sebuah handuk yang terletak diatas keningnya. Ia singkirkan handuk itu dari keningya lalu mencoba duduk bersandar pada sandaran tempat tidur. Ternyata dia sudah cukup sehat.

     "Yong Bin?" sebutnya ketika membaca sebuah memo yang tertempel di atas handuk tersebut. Tulisan itu masih sangat berantakkan dan sulit dibaca. 'Nuna, cepat sembuh!' Senyum Yoona mengembang membaca itu. Walau bocah itu sombong dan menyebalkan, dia tetaplah adik yang menyayangi nunanya.

°

     Yoona mengalihkan pandangannya menuju jendela kamar. Dari balik kaca jendela, tampak kondisi langit yang sama seperti kemarin, mendung. Pantas jika udara menjadi semakin minus. Merasa ia harus tetap prima, Yoona segera berlari ke kamar mandi. Berendam dengan air hangat. Usai itu, lengkap dengan sweater turtle neck yang ia lapisi dengan piyama polos berwarna merah, Yoona keluar dari kamarnya. Kakinya menuju dapur. Ia merasa sangat kelaparan.

°

     Dilihatnya panci yang masih berada diatas kompor. Syukurnya Kwang Soo masih menyisakan banyak makanan untuknya. Oo? Juga ada memo yang menempel pada panci. 'Sehun sedang demam tinggi, dia juga belum sarapan. Kami semua pergi dan hanya kau dirumah. Jadi tolong rawat dia dengan baik. Dari aku yang paling tampan.' Dan dari tulisannya, Yoona tahu betul bahwa itu adalah Kwang Soo. Mencoba tidak menghiraukan itu, Yoona memilih untuk memanaskan sup itu dan menyantap sarapannya terlebih dahulu.

°

     Setiap suap yang masuk kedalam mulutnya membuatnya kembali memikirkan isi memo tersebut. Dia demam? Bukankah yang basah kuyup adalah aku? Kenapa dia ikutan demam? Yoona pandangi pintu kamar Sehun yang dapat terlihat dari dapur. Lalu mata Yoona beralih memandangi sisa sup yang masih berada diatas kompor. Ia merasa ragu. Sebenarnya ia tengah berusaha menjaga jarak dengan pria itu. Entahlah, akhir-akhir ini ia merasa Sehun sedikit berbahaya untuknya. Aaa, tapi sakitnya akan semakin parah jika dia tidak sarapan. Berusaha meyakinkan diri, Yoona seruput habis sup miliknya. Ia bangkit dari duduknya dan mulai menyiapkan sarapan untuk Sehun.

°

     Dia menyiapkan makanan itu dengan sangat cepat, takut makanan itu dingin sebelum disantap. Ia letakkan ke atas nampan dan siap membawanya kelantai dua-dimana kamar Sehun berada. Oo? Tampak Sehun tengah menuruni tangga. Hanya menggunakan selapis kaos putih bertangan panjang dan celana tidur panjang. Wajah Sehun tampak sangat lesu, rambutnya berantakkan dan langkahnya terlihat tidak kokoh. Menuruni tangga dengan sangat lambat.

     "Yak, bukankah kau sedang demam?" Yoona sudah meletakkan nampan keatas meja makan, lalu buru-buru menghampiri Sehun. "kenapa tidak dikamar saja? Omo!" disaat Yoona memegang lengan Sehun hendak membantu Sehun melangkah, dapat Yoona rasakan suhu tubuh pria itu yang sangat panas.

     "Aku bosan dikamar." Sehun menepis tangan Yoona. bukannya duduk dimeja makan, Sehun malah berselonjor malas di hadapan televisi. Menonton kartun adalah pilihannya. Yoona raih kembali nampan tersebut.

     "Kalau begitu makan ini." Yoona sudah duduk disampingnya dengan nampan yang sudah berada di atas pangkuannya.

     "Tidak mau." tolak Sehun tak menoleh sekalipun, dia tetap fokus pada tontonannya.

     "Yak, kau harus makan."

     "Tidak mau."

     "Bagaimana mau meminum obat jika kau tidak makan!"

     "Aku tidak lapar."

     "Yak!" bentak Yoona kesal.

     "Bagaimana?" Sehun mendadak menatapnya. "kau pasti kesal karena aku tidak mau mendengarkanmu." Yoona terdiam. "begitu juga denganku." tentu Yoona paham akan maksudnya.

     "Ini menyangkut penyakitmu. Jika perutmu kosong kau bisa.."

     "Jika kau mau mendengarkan perkataanku, aku baru mau makan." sela Sehun, menatapnya meminta kesepakatan. Yoona menghela nafas dengan berat.

     "Apa yang ingin kau katakan?" ujarnya setelah itu, tak sepenuhnya tulus.

     "Jangan pindah dari sini."

     "Aku tidak bisa." jawab Yoona cepat.

     "Kalau begitu aku juga tidak akan makan."

     "Yak!"

     "Apa!"

     "Jangan begini! Mengertilah. Berat untukku melihat.."

     "Juga berat untukku membiarkanmu pergi dari sini." sela Sehun lagi. Untuk sesaat perdebatan itu terhenti. Mereka hanya saling tatap.

°

°

°

°

Continued..

avataravatar
Next chapter